“Seira Pramudina, bagaimana ceritanya anda bisa menerbitkan cerita Benefit Of Love yang kini meledak di pasaran?”
Aku tersenyum, memberikan senyum semanis mungkin, kemudian mendekatkan microphone ke bibir. “Awalnya saya hanya iseng post di sebuah jejaring social. Kebetulan teman wattpad saya adalah salah satu editor di penerbit Fanedik Media, dan dia tertarik untuk membukukan cerita itu. Jadilah begini.”
“Bagaimana dengan inspirasi-nya? Apakah tokoh Galih dalam cerita itu adalah Karafan Kenas? Vokalis Band Wizard yang dikabarkan sedang dekat dengan anda itu?”
Senyumku hampir memudar, namun aku berusaha seprofesional mungkin untuk menjawab pertanyaan dari beberapa wartawan ini. Walaupun aku tahu alasan pasti kenapa para wartawan itu datang pada launching bukuku, aku tetap tidak menyangka mereka akan membahasnya langsung. Apalagi kalau bukan karna mereka ingin tahu tentang kedekatanku dengan Kenas? Sahabat sehidup sematiku itu adalah seorang Vokalis band terkenal, jadi beritanya pasti sudah menjadi pencarian utama.
“Saya dan Ken hanya bersahabat. Dan tentang tokoh Galih, dia bukan Ken.” Jawabku sebisa mungkin mencegah nada ketus yang ingin kuberi.
Dan seakan belum puas dengan jawabanku, pertanyaan-pertanyaan yang datang malah semakin melenceng dari acara launching ini. Arghhhh
“Sejak kapan anda mengenal Karafan Kenas?”
“Apa kalian pernah menjalin hubungan dan sekarang menjadi sahabat?”
“Anda mengenal baik keluarga Karafan Kenas, apakah sebaliknya juga begitu?”
“Apakah alasan Karafan Kenas berat untuk meninggalkan Indonesia adalah karena anda?”
“Novel Benefit Of Love itu terinspirasi darimana?”
“Karafan Kenas menyukai anda bukan?”
Aku membuat batuk kecil, membuat suasana kembali kondusif. Agak kesal, kulirik saja MC yang malah menikmati kehebohan itu. Dia harusnya menertibkan acara ini, bukannya malah menikmati kan? Hhh lain kali akan kusuruh mereka mencari MC yang lebih professional.
Baiklah, pertanyaan mana yang harus kujawab? “Saya dan Ken bersahabat karena dulu adalah tetangga. Jadi ya, keluarga kami saling mengenal dengan baik. Soal alasan Ken berat meninggalkan Indonesia untuk go internasional, saya pikir dia punya banyak pertimbangan untuk itu. Dan untuk pertanyaan perasaan Ken, sekali lagi saya tekankan kami hanya bersahabat.” Aku menarik nafas panjang, kemudian tersenyum lebih manis pada seorang wartawan yang menanyakan pertanyaan yang lebih masuk dalam topic.
“Novel Benefit Of Love, terinspirasi dari meletusnya Gunung Merapi di tahun 2010. Kebetulan saya memasukan beberapa kisah nyata yang saya alami kala itu.” Lanjutku lagi dengan nada yang lebih manis, tentu saja.
“Baiklah, sepertinya masih banyak pertanyaan. Tapi melihat waktu yang tinggal sedikit, saya akan menutup acara kali ini dengan acara penandatanganan novel Benefit Of Love oleh Seira Pramudina.” MC itu tersenyum pada semua orang, membungkuk sedikit, kemudian mengatakan kata-kata perpisahan yang tidak begitu kudengarkan. Aku melihat ada beberapa pesan masuk di inbox, dan hanya satu nama yang tertera disitu. Ardiansyah Fadyan.
₰₰₰₰
Aku memandang kaca besar yang ada dihadapanku, tanganku menggenggam secangkir coklat panas untuk menghangatkan tubuhku yang kedinginan. Kehangatannya mengalir dari tanganku dan membuat seluruh tubuhku hangat. Pakaian tipis yang kugunakan menjadi sumber dingin yang menusuk.
“Dia bilang apa?” Tanpa menolehpun, aku tahu siapa yang bertanya. Lelaki yang duduk dihadapanku dengan pakaian kasualnya. Aku memilih diam, malas membahas tentang itu. Tapi ternyata lelaki itu nggak melepasku dengan mudah. “Seira, gue lagi ngomong.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Complicated Love [1]
Teen FictionCopyright © 2014 by luthfia_AF "Lo pernah gak ngerasain jantung lo berdetak cepet banget, bibir lo nggak bisa berhenti tersenyum, dan ada rasa hangat yang tetiba masuk ke hati lo?" "Pernah. Biasanya reaksi kayak gitu muncul dideket orang yang dicint...