VI

8 0 0
                                    


Seminggu tak ada perubahan. Senyuman ceria Isha hanya tampak pada waktu tertentu. Saat ia sendiri, semuanya hampa. Ia bingung ingin mengadu pada siapa lagi hingga terpikir untuk menceritakan semua pada ibunya.

“Ibu pernah patah hati nggak?”

“Ya pernah, kenapa?”

“Nggak papa, sepertinya aku sedang merasakannya”

“Patah pada siapa? Ceritakan ke ibu”

Beberapa jam berlalu tanpa jeda. Isha menceritakan semuanya dengan rinci hingga meteslah air matanya. Ibunya berkata,

“Sudahlah, jadikan apa yang terjadi dimasa itu sebagai pengalaman dan proses dala tujuan awalmu, jangan terlalu dipikirkan, ibu tau rasanya sakit, tapi ibu juga tau kalau kamu kuat, ibu tidak khawatir kamu terluka, menangis, atau susah karena ibu yakin akan kekuatanmu, anggap itu uluran tangan Allah dalam menyayangimu, Allah memberi petunjuk bahwa ia tidak tepat bagimu jadi kamu nggak usah bersedih jika dijauhkan, mungkin saja kamu dan dia dijauhkan untuk dipertemukan kembali dengan keadaan sama-sama pantas”

Tak terasa malam akan segera berganti. Isha dan ibunya memutuskan untuk tidur. Isha memeluk ibunya dengan erat. Ia berharap dapat memulainya dari awal lagi, melaksanakan tujuan utamanya dan melupakan apa yang terjadi. Meski rasa sayang tulus Isha tetap ditujukan pada lelaki yang telah menyakitinya. Nama Mas Fikri selalu disebutnya dalam doa.

Kapan ceritanya panjaaaaaaanngg :))

Berpisah Tuk BertemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang