Chapter 3, Lost Control.

467 74 7
                                    

Yoongi menghela napas. Entah sudah berapa kali malam ini, ia mendapati dirinya tidak fokus bekerja dan memikirkan hal-hal yang akhir-akhir ini membelit hidupnya.
Batas pemberian uang pada pamannya masih ada dua hari. Dan Yoongi masih belum mendapat jawaban apapun dari permintaan tolongnya dari sang boss.
Ini pertama kalinya sang paman meminta uang begitu banyak padanya. Biasanya lelaki tua itu hanya merampas sebagian gajihnya dan kadang-kadang mengambil seluruh uang Yoongi di dalam dompet jika ia kalah judi.
Entahlah.
Dan kuliahnya, jangan lupa. Dosennya pasti menunggunya tetapi Yoongi tidak punya cukup waktu untuk melanjutkan skripsinya dalam waktu dekat. Mungkin nanti; karena ada hal penting yang harus Yoongi selesaikan terlebih dahulu.

"Vodka."
Suara itu mengagetkan Yoongi, ia sedikit mendongak dari kursinya.
"Mingyu-ssi?" katanya, separuh tidak yakin karena bisa saja ia salah menyebutkan nama. Tetapi lelaki ini adalah lelaki yang sama yang memesan tequilla kemarin.

"Yo, Yoongi-ssi. Tidak kusangka kau mengingat namaku." sapanya. Lelaki bertubuh tinggi itu mengeratkan jaket besar yang tudungnya nyaris menutupi sebagian wajahnya.

"Ah, vodka? Akan segera datang untukmu." kemudian Yoongi segera menyiapkan pesanannya dan meletakkan gelas kaca kecil yang kemudian diletakkannya di nampan dan menyodorkannya pada Mingyu.
"Jangan terlalu sering mabuk-mabukan, kau tahu? Ini akan membuatmu lupa diri, uangmu juga lenyap bersama dengan kesadaranmu. Oh, kau pasti tahu maksudku." Imbuh Yoongi kemudian.

"Siapa yang mabuk-mabukan?" suara Mingyu terdengar kesal.
Ia meraih botol vodkanya dan menuangkan sedikit cairan bening itu ke dalam gelas kacanya, "Ini hampir musim dingin, kau tahu kan. Aku butuh sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh." dalihnya.

"Ya." Yoongi mendengus sembari mengelap meja di samping Mingyu, "Dan aku yakin kau punya perapian dan mantel yang bahkan cukup untuk membuatmu berkeringat di badai salju. Dasar, mencari-cari alasan saja." rengutnya kemudian Luhan memanggilnya. "Aku pergi dulu."

"Ada apa, Hyung?" Tanya Yoongi sembari berjalan mendekati Luhan.

"Kau dipanggil boss, Yoon. Katanya itu hal penting. Kau diminta untuk datang ke ruangannya." kata Luhan sambil menunjuk-nunjuk ruang boss mereka yang tertutup rapat.

Hal penting?
Permintaannya kah?
"A-ah, baiklah. Terima kasih telah memberitahuku, Hyung. Kuharap ini adalah sesuatu yang baik." Yoongi meringis di akhir kalimatnya, sedangkan Luhan mengangguk dengan bibir mengerucut,

"Ya. Kadang aku tidak mengerti dengan perubahan mood pak tua itu." ejek Luhan dengan bisikan pelan, kemudian merek berdua terkekeh akibat candaannya.
Yah, Yoongi tahu jika pak tua itu cukup menyebalkan.
Tetapi ia juga cukup baik, kadang-kadang.
Dan sekarang Yoongi berharap sesuatu yang 'kadang-kadang' itu kini bisa menolongnya.

tok tok tok.

"Masuk."

Klik.

Saat pertama kali membuka pintu ruangan itu, Yoongi bisa melihat ada tiga laki-laki dalam ruangan itu. Boss nya, seorang laki-laki yang cukup berumur dan di sebelahnya duduk lelaki muda yang sepertinya adalah bodyguard laki-laki itu. Yoongi bisa lihat, tidak bodoh untuk mengetahui jika laki-laki itu adalah orang dengan kekayaan melimpah. Tetapi, siapa?

"Permisi." sapa Yoongi, ragu-ragu.
Kenapa boss mereka memanggilnya saat sedang ada tamu penting begini?

"Ah, Yoongi, akhirnya kau datang. Duduklah." ucap sang boss; Choi Siwon, seolah-olah Yoongi telah lama mereka tunggu di sana.

At the End of the Rope [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang