Chapter 8, Long Day.

205 22 7
                                    

.
.
.

Hari-hari berikutnya berlangsung biasa saja, tidak ada kejadian berarti di antara Jimin dan Yoongi meski hal tersebut tidak menutupi bahwa selalu ada pertengkaran kecil yang terjadi saat keduanya mulai berargumen.

Yah, lebih tepatnya hari-hari yang cukup menyenangkan bagi Jimin,
dan cukup mengesalkan bagi Yoongi.
Meski dikatakan berlangsung biasa saja, hal itu tidak menutup fakta bahwa Yoongi seringkali membukakan pintu saat Jimin pulang larut, menyiapkannya makan, ataupun membersihkan apartemen yang sepertinya dikotori tuan muda Park itu dengan sengaja.

Begitupun dengan siang ini.
Jimin merebahkan diri di depan sofa sambil bermain dengan game pada ponselnya, sementara Yoongi sedang mengganti bunga di dalam vas.
Kebiasaan yang jadi sering terjadi semenjak Yoongi tahu bahwa Jimin pun menikmati keadaan apartemennya yang menjadi sedikit lebih berwarna.
Keduanya baru saja selesai makan siang saat bell apartemen mereka tiba-tiba berbunyi.

.

"Buka, ndut."
Jimin memerintah dengan malas, lelaki itu menyuapkan snacknya dengan cepat seolah jika sedetik saja ia terlambat menekan tombol pada gamenya maka ia akan kalah.

"Tidak usah kau perintahkan pun aku tahu bahwa aku yang harus membukanya, jadi diamlah daripada kau harus mengataiku." Desis Yoongi sembari merapikan vas bunganya lalu berjalan mendekati pintu,
"Aku akan menunggu dengan sabar saat-saat kau terserang stroke karena langsung bermalas-malasan setelah makan daging, Park." Tambah Yoongi.

"KAU─"

"Sst. Tamu bisa mendengar suara anda, tuan Park." imbuh Yoongi dengan senyum kemenangan melihat wajah kesal Jimin dan berbalik untuk membuka pintu apartemen mereka.

Betapa terkejutnya Yoongi, ternyata Jiwon yang datang berkunjung. Sialnya, apartemennya dan Jimin sedang sangat berantakan dan Yoongi seketika khawatir jika Jiwon akan berpikir Yoongi tak becus mengurusi putra tunggalnya kemudian membatalkan perjanjian hutang diantara mereka.

Banyak pikiran yang membuatnya melayang-layang; hingga jentikan jari Park Jiwon di depan wajahnya membuat Yoongi tersadar dan langsung berdeham kikuk,
"M-maafkan aku! Silahkan masuk, tuan Park. Maaf sekali keadaan apartemen sekarang sedang sangat berantakan."
Yoongi membungkuk dalam, setidaknya ia mencoba menjelaskan sebelum ayah dari Jimin itu mengambil kesimpulannya sendiri.

Ucapan Yoongi pun nampaknya meraih atensi Jimin, lelaki itu segera bangun saat nama ayahnya disebut, kemudian berpura-pura meraih majalah minggu lalu dari atas meja, berlagak sedang membacanya dengan serius.

Setelah menutup pintu utama, Yoongi dengan setengah terburu lekas-lekas berjalan masuk mendahului Jiwon. Tidak sopan memang, namun Yoongi terpaksa melakukannya untuk memungut kaos kaki dan bungkus snack sisa Jimin untuk segera dibuangnya ke tempat sampah.
Jiwon terkekeh mengerti, lalu memberikan kode pada Yoongi untuk berhenti sehingga pemuda itu meringis dan kembali membungkuk meminta maaf.

"Tidak apa, aku mengerti."
Tutur Jiwon setelah menghentikan tawanya, pandangannya berpendar pada isi apartemen yang jarang ia kunjungi ini.
Seingatnya, hanya dua atau tiga kali pernah menginjakkan kaki di apartemen anaknya itu.
"Lagipula, aku lihat yang berantakan adalah barang-barang milik Jimin." imbuhnya membuat Yoongi menahan diri agar tidak menoleh pada Jimin dengan senyum puas.

At the End of the Rope [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang