Chapter 6A, Sick.

362 57 6
                                    

Hello, tidak terasa sudah berbulan-bulan Author pemalas ini tidak update, ya.
Mianhae.
Saranghae.
Mumumu 😗😗

.
.
.

Jimin memandang nanar pintu apartemennya yang baru saja tertutup.
Amarahnya meletup, Yoongi pandai sekali memancing amarahnya.
Segar di ingatan Jimin, jika seseorang yang memulai segalanya adalah Yoongi. Yoongi yang bersikap kasar dan kurang ajar saat Jimin meminta bantuan padanya, mulut Yoongi yang begitu bangsatnya terus mengucapkan sesuatu yang memancing amarahnya.

Jika ada yang patut disalahkan,
orang itu adalah Min Yoongi.
Bukan Park Jimin.
Menurut Jimin, Yoongi terlalu bersikap semena-mena dan sekehendaknya saja, ia marah saat seseorang berkata kasar padanya padahal dirinya pun sama kasarnya; di sini Jimin adalah seorang korban, dan sebuah kesalahan bagi Yoongi karena telah salah baginya jika berani berurusan dengan Park Jimin, seorang korban yang beruntungnya bisa memberi perlawanan kepada seseorang seperti Yoongi.
Bagaimanapun itu, disini Yoongi memang benar-benar bersalah.
Ingat itu.

"Bangsat."
Umpatan pertama itu akhirnya keluar dari mulut Jimin. Hilang sudah hasratnya untuk menyetubuhi perempuan di dalam kamarnya sana.
Ia menyelipkan sebatang rokok setelah menyalakannya; kemudian berjalan menuju kulkas untuk mengambil alkohol favoritenya.

Brak!
Botol kaca berisi minuman itu diletakannya dengan keras bersamaan dengan kedua kakinya yang sudah naik ke atas meja, ia terdiam lama, menikmati sesapan rokoknya sembari menenangkan pikirannya.

"Chaeyeon-ssi, keluar dari kamarku."

Tidak perlu waktu lama untuk mendapatkan balasan, perempuan itu memang tidak menyahut ucapannya tetapi bunyi pintu yang terbuka; jelas menandakan responnya.

Jimin melirik perempuan itu dengan ujung matanya, rupanya perempuan itu sudah mempersiapkan diri. Pakaiannya tipis sekali, begitu transparan hingga seluruh tubuhnya terlihat; mulai payudara kecilnya yang menegang hingga kewanitaannya yang tertutupi bulu-bulu halus.

Boleh juga.

"Kurasa kau sudah mengerti bagaimana memuaskan Park Jimin, bukan?"

Malu-malu, Chaeyeon mengangguk pelan tanpa memandang Jimin; perempuan itu meremas erat ujung pakaiannya, terlihat gugup sangat jelas.

Jimin tersenyum miring,
"Santai saja untuk seks pertamamu, aku akan membuatmu tidak akan pernah melupakannya. Kemari," Jimin memberinya tanda untuk mendekat, "Duduk di pangkuanku dan mulailah dari mencium bibirku, manis."

"Ne, oppa."
Chaeyeon mendekat setelah Jimin mematikan rokoknya di asbak dan merentangkan tangannya, menduduki paha Jimin yang membuatnya tiba-tiba merasa basah; sensitif luar biasa saat kewanitaannya menyentuh kain jeans Jimin yang keras.

"U-unmh."
Kemudian disanalah Jimin bergerak; sikap perempuan yang pasrah dan malu-malu seperti inilah yang diinginkannya. Perempuan yang menurut dan patuh pada ucapannya; dan Jimin akan senang hati untuk memuaskannya dengan segala yang dimilikinya.

Ya, seorang dominan memang harus dipatuhi, bukan begitu?

.
.
.
.

Jimin mulai memanggang rotinya pada toaster sembari mengaduk kopinya yang mengepul.
Cuaca yang indah, setelah melewati malam yang dingin dengan pergumulan panasnya, pagi ini cuaca sedikit lebih hangat dengan sedikit berawan.

At the End of the Rope [MinYoon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang