Nama ku Song Joongki. Joongki.
Hari ini, Musim dingin peramaku di Korea, setelah Musim panas lalu aku memutuskan untuk kembali ke Korea dibandingkan tinggal di Negeri Sakura bersama nenek dan kakekku. Seperti nyanyian yang indah, melodi yang menghangatkan dan kageine yang selalu membuat kalian ketagihan, bukan tanpa alasan aku kembali ke negeri ku ini. Bulan lalu, aku mendapatkan tawaran untuk bergabung dalam tim pembuat soundtrack sebuah drama di Korea, hal yang mengejutkan untukku. Karena aku hanaylah seorang musisi amatir yang masih belajar di sebuah komunitas pecinta seni music di negeri sakura ini. Namun, ternyata seorang temanku pernah merekam aksi ku saat memainkan senar itu dan memasukannya ke channel video di Youtube, dan banyak orang yang tertarik. Sebuah keuntungan bagiku
Alasan lain ku menerima pekerjaan ini dan kembali ke Seoul adalah seorang penulis misterius yang sangat aku sukai karyanya. Aku pecinta music, namun aku juga penyuka tulisan dan buku. Selama ini, aku selalu pensaran dengan sosok Moon Chaewon sang penulis dengan karyanya yang sangat indah dan untaian katanya yang mengalir dengan lembut di buku-buku nya. Aku bersorak gembira saat tahu ia lah penulis naskah drama ini dan akan membuatkan lirik untuk melodi yang aku buat.
Pertemuan pertama ku denga kru film dan penulis kesukaan ku itu tentunya membuatku gugup setengah mati. Ternyata orang yang aku kagumi sangat cantik saat di lihat langsung. Tentu saja, karena ia penulis yang jarang sekali mau di beritakan oleh media, jadi ia terkesan tertutup dan misterius. Sebuah sapaan hangat darinya langsung membuatku yang saat itu masih terlalu amatir dengan dunia hiburan memerah karena malu. Lalu jabat tangan yang pertama kali itu membuatku tak bisa melupakan hangat tangannya. Semenjak itu, kami bekerja sama namun setelah itu bagaikan tergerus oleh kesibukan, dan waktu yang semakin sempit membuat kami tak pernah bertemu kembali.
Saat makan malam untuk merayakan kesuksesan drama itu, aku dating dengan manager baru ku. Satu bulan yang lalu, sebuah agensi terkenal di Seoul mengajakku untuk bergabun, dan aku pun tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku langsung menelepon Kim Hyung, teman ku sejak di perguruan tinggi untuk bersedia menjadi manager ku setelah melihat jadwal yang diberikan agensi sangat padat. Aku bahkan memulai rekamanku 2 minggu semenjak aku bergabung, emmbuat para trainee yang belum melakuakn debut keheranan melihat aku si artis baru yang langsung debut melangkahi mereka. Di awal aku bergabung dengan agensi ini, aku merasa seperti di masukan kedalam kandang macan yang siap menerkam ku kapan saja saat aku lengah, namun eprcayalah padaku mereka tak seburuk itu.
Aku duduk bersebelahan dengan Sutradara Choi, dan aku melihat wanita itu, penulis kesukaanku, bahkan aku belum sempat meminta tanda tangannya, duduk di meja yang agak jauh dariku dengan staff staff lain. Aku memberikan senyum terbaikku untuknya, yang ia balas dengan senyum malu-malu miliknya. Melihat tanda-tanda tak keberatan darinya, aku bermaksud untuk mendatanginya dan sekedar menyaa atu jika aku beruntung aku bisa mendapatkan nomor teleponnya. Apa aku mencintainya? Tentu tidak atau belum malahan namun dalam tahap ini aku merasa aku tertarik padanya, dan aku ingin mengenalnya lebih dekat lagi. Saat sutradara Kim selesai berbicara, aku sudah beranjak dari dudukku dan bersiap-siap untuk menghampiri penulis moon namun sayang sekali, sutradara Choi malah menarikku ke arah meja yang berisi aktris dan actor drama itu. Dan di sanalah aku baru menyadari, cantiknya aktris yang berakting di drama ini. Ia memelukku singkat saat Sutradara Kim bercerita tentang kesuksean soundtrack drama ini. Jantungku berdetak cepat saat wanita mungil di depanku ini memelukku. Wanita yang sudah lama terjun ke dunia acting, wanita cantik dengan marga sama denganku, Song Hyekyo.
Setelah makan malam itu, aku di sibukkan dengan pekerjaan ku sebagai solois gitaris yang ada di agensi terkenal itu, masuk ke bulan selanjutnya aku mulai debut ku bersama beberapa boyband atau penyanyi solo, dan itu malah membuat nama ku makin melambung. Kehidupan ku sangat sempurna kala itu, aku memiliki karir yang sangat bagus, mereka memuja-muja namaku, jangan katakana bahwa aku gila kepopuleran namun siapa yang tak senang saat orang-orang yang mencintaimu meneriakan namamu karena bakat mu. Tentu saja aku sangat bahagia, gitar adalah hidupku, aku menyukai music sejak aku masih berumur 3 tahun dan siapa sangka aku malah bisa berkiprah di dunia music saat ini. Kehidupan percintaanku juga tidak bisa di bilang buruk, aku memang belum meresmikan hubungan ku dengan wanita yang usia nya lebih tua di bandingkan aku itu, namun secara perhatian dan segala tingkah lakunya aku tahu bahwa ia merasakan hal yang sama denganku.
Tahun kedua aku bergabung dalam dunia entertain, sebuah fans club internasional ku resmi di buka, aku bahagia sekali kala itu. Aku bisa terhbung dengan penggemar-penggemar ku di dunia luar sana. Aku mulai di sibukkan dengan fan meeting, fan greeting bahkan fan signing. Hari ini adalah jadwal ku melakukan fan sign di sebuah pusat oerbelanjaan erbesar di Korea Selatan. Dengan senyum cerah aku memberikan tanda tanganku di sekeping album milikku yang mereka miliki kini. Lalu dengan sedikit basa-basi aku akan mengucapkan hallo atau hanya menanyakan kabar mereka. Aku tahu dengan perhatian ku sedikit saja, mereka akan sangat senang. Aku terlalu bahagia karena aku memiliki mereka, penggemar ku yang siap mendukungku di saat aku terpuruk pun. Seorang gadis berkuncir dua kini tersenyum ke arahku, dengan sopan aku mengucapkan slaam dan menjabat serta melakukan selfie bersama dengannya. Setelah nya, giliran seorang wanita dengan topi pet nya yang menutupi wajahnya setengah dan yang terlihat hanya rambutnya yang pendek seperti potongan rambut lelaki. Aku mengucapkan salam dan hanya dibalas anggukan wajahnya, saat aku menawari nya berfoto bersama ia hanya menggeleng pelan, aneh bukan? Seharusnya mereka penggemarku yang mengajak berfoto.lalu ia berjalan menjauhi panggung, dan dengan sedikit gerakan ia menghilang, wajah dan gerakannya mengingatkan ku pada seseorang yang bahkan aku tak ingat siapa meskipun otakku menggali lebih dalam lagi.
Tahun ketiga adalah tahun dimana masa-masa sulitnya aku berhubungan dengan wanita yang resmi menjadi kekasihku kini. Di tahun baru kemarin, aku mengucapkan perasaanku dan dibalas dengan senyum hangat dan perkataan manisnya pula. Namun sayang di sayang, badai pun harus mendera hubungan kami, aku harus menyelsaikan masa wamil ku. Dan ini sudah menjadi kebijakan dari agensi bahwa mereka yang akan mengatur waktu wamil ku, rencanya setelah wamil aku akan bergabung dalam sebuah pentas teater dan juga film. Karena ku rasa, hal itu tak meruikan juga akhirnya aku memutuskan bahwa aku akan berangkat wamil. Kesalahan fatal ku adalah aku tak memberitahu kekasihku dulu sebelum menerima tawaran itu.
Di tahun keempat ku semenjak memulai debut, aku keluar dari wamil ku dan mengerjakan beberapa proyek iklan CF ku. Jangan tanyakan hubungan ku dengan wanita yang telah 4 tahun belakangan ini ada di hati dan otakku, hubungan kami menghambar. Bagai sayur tanpa garam dan bagai daun tanpa tetes embun di pagi hari. Jangan kan sapaan sayang atau kalimat lembut semacamnya, kami bahkan hanya melewati waktu berdua saat di rumah nya, yang kebetulan orangtua nya telah mengetahui dan menyetujui hubungan kami berdua. Beberapa minggu ini memang tersebar berita tentang hubungan kami di media. Sebuah media portal online yang sangat marah akhir akhir ini mengungkap kasus hubungan kekasih sesame artis ini ternyata mencium gerak gerik ku dengan kekasih ku ini. Aku bahkan masih mengingat saat minggu lalu aku makan malam di sebuha restoran privat dekat sungai han untuk sekedar bertemu dengan kekasih ku ini ternyata dapat mereka selidiki, alhasil foto ku saat berjalan berdua bahkan tertangkap kamera paparazzi dengan ukuran gambar yang terlihat sekali di perbesar beberapa kali. Kami memutuskan untuk tak menghiraukannya, agensi ku pun telah menggelar konferensi pers untuk menjelaskan bahwa hubungan ku dengan Hye Kyo hanya sekedar senior junior. Dengan memeprtimbangkan karir ku yang belum berada di puncak, hal seperti mengumumkan hubungan percintaan ku sangat lah beresiko.
Bagaikan sebuah es tipis di atas permukaan air, suatu hari pasti akan ada saatnya sinar matahari membuatnya tiada. Wanita ku, satu-satu nya kekasihku pun seperti itu. Ia diam, emamg namun taka da yang bisa menebak hati manusia, bahkan dalam nya lautpun akan kalah dengan dalam nya sebuah hati manusia karena menusia begitu kompleks. Diam nya wanita itu yang selalu aku artikan taka pa-apa itu ternyata salah, aku salah menafsirkan. Aku bagaikan seorang pujangga yang berjalan di tengah gurun pasir yang bodoh, berharap bahwa suatu hari aku akn bertemu dengan air ternyata yang aku lihat hanya lah oasis, fatamorgana. Aku fikir wanita itu telah mengerti aku sepenuhnya, ternyata salah. Wanita itu terllau sulit memahami ku saat aku pun tak pernah bisa mengertinya. Tanggal 8 september kemarin adalah hari akhirnya, pada saat perayaan ulangtahun ku yang ke 34 tahun, ia menyatakan bendera putihnya, ketidak sanggupannya untuk mendampingiku. Dan yang lebih menohok adalah saat ia mengakui bahwa hatinya berubah, berubah haluan dari arahku kea rah sahabat dekatnya, Yoo Ahin yang bahkan aku sangat dekat dengannya. Aku marah, tentu. Aku merasa di khianati namun wanita itu mengeluarkan jurus ampuhnya yang membuatku tak dapat berkata-kata yaitu menangis, hal yang sangat aku pertanyakan kenapa semua wanita dapat mengeluarkan tetesan bening itu sebagai senjatanya di saat kita para pria mati-matian menahan untuk mengeluarkannya.
Aku jatuh, bukan jatuh hati
Aku patah, tanpa aba-aba
Pada akhirnya
Semua nya karena kesalahanku
Yang terlalu sombong untuk dapat menjaga karirku dan dirinya
Karena aku terlalu berambisi untuk memilikinya
YOU ARE READING
THE SUN AND MOON
Fiksi PenggemarKita bagaikan musim panas dan musim dingin, selalu bertolak belakang. kita bagaikan matahari dan bulan, ya aku bulan karena aku yang akan selalu menunggu cahaya mu untuk bersinar. tapi bisakah untuk sejenak kita berjalan di jalan yang bersisian?