Idolaku, Imamku

2.7K 56 0
                                    

Adzan subuh kali ini pun ada yg berbeda. Rasanya ingin skali aku mendengarkannya kembali. Aku refleks meraih mukena dan sajadah yang ada di paling bawah tumpukan baju-bajuku. Begitu perih hati ini saat tau sudah sangat jarang sekali aku tidak bersujud kepada-MU, Ya Robbi.

"Non, mau kemana? Kok bawa-bawa mukena." Ujar Bi Ijah yang terlihat baru saja bangun tidur.

"Aku mau cepat-cepat ke masjid dekat rumah, Bi Ijah."

"Tumben, non." Raut wajah Bi Ijah terlihat bingung.

"Aduh maaf ya bi, aku gak ada waktu," rasanya aku ingin cepat sampai di masjid. Dan perasaanku benar-benar tentram sesampainya di masjid.

"Bismillahir rohmannir rohim. Qulhuallahu ahad. Allahush shomad. Lamyalid walam yuulad. Walam yakullahu kufuwan ahad. Allahu akbar." Aduhai indahnya suara itu. Aku seperti pernah mendengar suara itu! Entah kapan. Sepulang dari masjid, aku pun bingung apa yang akan aku lakukan. Ini masih jam 5 pagi. Tidak mungkin kan aku ke sekolah sekarang? Mungkin aku bisa mengecek tugas yang tadi malam aku kerjakan. Hah tak terasa sudah mau jam 7, sekarang saatnya aku untuk berangkat ke sekolah. Pagi itu di sebuah SMP Budi Ibu. Terlihat seperti biasa. Sama seperti suasana kelas saat ini. Hah aku begitu rindu dengan kelas ini. Padahal kemarin aku pun sekolah juga.

"Hayo, bengong lagi." Nadia mengagetkanku. Dia itu sahabat terbaikku. Padahal kita berdua beda banget! Dia itu tomboy, pintar olahraga, bisa bela diri. Dia sudah seperti pelindungku.

-----------

Suara alunan musik ini, membawaku ke dalam dunia lain. Dunia yang belum aku kenal sebelumnya!

Aku berdiri disini. Semua memanggil-manggil namaku, semua orang! Iringan lagu berhenti seiring dengan dance ku. Yah benar aku seorang dancer. Aku mulai memasuki dunia entertaiment yang benar-benar tidak pernah ku pikirkan akan pernah masuk kedalamnya.

"Ham kosernya udah selesai. Lo ngapain masih diri disini?" Morgan dengan lembut mengelus punggungku.

"Hah, iya iya maaf gw gak nyangka aja bisa jadi seorang Idol yang terkenal kayak sekarang."

"Ya ampun masih aja lo ngebahas masalah itu juga."

"Hehehe." Gw pun mengikuti temen gw turun dari panggung. Dan menuju tenda dibelakang panggung. Disana sudah ada teman seperjuangan gw. Ada Rafael yang sedang baca buku. Bisma, Reza dan Dicky yang masih dengan kejahilan mereka. Dan Rangga yang langsung membuka handphonenya.

"Nah kan nanti kita masih ada perform lagi jadi lo harus istirahat ya, ndut."

"Iye, iye. Dasar ganteng"

------------

Kenapa setelah kejadian itu aku ingin sekali pergi kesebuah pesantren untuk memperdalam ilmu agamaku. Aku akan membicarakannya nanti setelah ayah pulang dari singapura dan bunda pulang dari jepang. Semoga saja mereka mau mengabulkan permintaanku yang satu ini.

"Dhel, udah bel tau dari tadi. Lo gak mau ke kantin?" Ucap Nadia, dia temanku, tapi kita berdua beda kelas.

"Kagak ah, aku lagi males makan."

"Yaudah gw ke kantin bareng yang laen aja ya. Mau titip sesuatu gak?" Tawarnya.

"Iya, biasa ya. Cokicoki." Aku pun mengeluarkan Al-Qur'an yang sengaja aku bawa ke sekolah. Mulai saat ini aku harus lebih rajin beribadah. Janjiku.



Ada cast yang aku ubah. Jadi maaf banget yang udh baca sebelumnya...

Idolaku, Imamku *discontinue*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang