Rama Rivaldi.
Masa lalu yang sangat Nina sesali pernah menjadi bagian di hidupnya.
Cowok itu cinta monyet sekaligus mantan pertamanya saat baru menginjak kelas 4 SD. Hell, kalian tak salah baca. Memang 4 SD. Seorang Nina Adisha berpacaran pada umur 9 tahun dengan salah satu playboy kelas teri macam Rama Rivaldi.
Uh, mengingat kejadian suram 6 tahun lalu, membuat kepala Nina pusing saking absurd-nya ia kala itu.
Tapi sungguh kasihan Nina karena memori sialan itu tak ingin pergi meski sudah larut malam begini. Jarum jam sudah melewati angka 12 dan Nina tidak mengantuk sama sekali. Ia justru menatap nyalang wallpaper yang menghiasi seluruh permukaan dinding kamarnya.
Salahkan Gissa yang mengusik memori itu untuk naik ke permukaan dan tak mau kembali lagi ketika di perjalanan menuju rumah mereka siang tadi.
"Gini, nih. Gue perhatiin dari cara dia ngeliat lo di tangga sekolah tadi, dia 'keliatan' masih ada rasa sama lo. Bukan di tangga sekolah juga sih, tapi di setiap lo dan dia ada di suatu tempat yang sama. Semisal kantin, koridor mading, gerbang, sampe terakhir ya di tangga tadi. Lo emang nggak pernah liat, karena lo udah terlanjur buang muka duluan. Tapi kita yang selalu liat, Nin. Terlebih lagi gue.
"Udah, nggak usah munafik. Sebenernya lo seneng kan, gue ngomong gini? Lo juga masih ada rasa kan, sama dia? Nin, gue sebagai sahabat yang—ehem—sangat baik, gue menyarankan supaya lo dan dia... balikan.
"Buat apa sih, sok-sok-an menjaga jarak saat lo tau kalo sebenernya lo dan dia 'masih' punya rasa yang sama? Buang jauh-jauh deh, kalo ada orang yang ngomong 'gengsi kali, balikan sama mantan'. Hell, lo ini yang balikan sama mantan lo, bukan mereka. Lo ini yang bakal ngejalanin semuanya nanti, bukan mereka. Terus kenapa harus mikirin kata-kata mereka?
"Lagian, pribadi Rama juga nggak buruk-buruk amat, Nin. Dia tinggi, cowok banget juga gayanya. Cuma mentalnya aja yang langsung ciut kalo udah diledekin sama kita-kita. Biar kemampuan ngitungnya doremi, tapi kalo udah urusan hafal-menghafal, dia nggak bisa dianggap remeh.
"Nina, now tell me, apa alibi bodoh lo buat menyangkal kalo lo dan dia nggak seharusnya balikan?"
"Ah, Gissa tai."
[M a n i f e s t a s i : Dua]
KAMU SEDANG MEMBACA
Manifestasi
Short Story[FINISHED] "Malah bengong, lagi! Woy, lo itu telat. Lo nggak ada usaha buat jalan kaki, apa?" Satu-dua langkah terpenuhi begitu Nina tiba di sisi Rama. Dan telunjuk lentiknya tak tahan untuk tidak terangkat, menodong tepat di depan mata cowok itu, k...