Sudah baca bab 20?
Yang belum baca dulu, yuk!
Jangan lupa vote ya❤----------------
Hujan deras pagi-pagi bukanlah hal yang baik untuk anak sekolah. Harus bertarung dengan kubangan air dan derasnya hujan diwaktu bersamaan. Pun dengan aku yang berjalan sangat hati-hati dibawah payung yang ku bawa.
Beberapa kali aku menghindar dari genangan air supaya tidak tersiram oleh kendaran yang lewat.
"Sorry, gue nebeng ya."
Aku terkejut saat melihat ada orang yang tiba-tiba masuk kedalam payungku yang tidak terlalu besar.
Aku melirik seragamnya. Sudah basah. Aku menoleh untuk melihat wajahnya, namun entah apa yang dilakukannya. Dia seperti kesulitan berjalan dengan tubuh yang agak menunduk.
"Lo yang pegang, nih." kata ku yang sadar akan sulitnya dia berjalan.
"Oh, yaudah. Tolong pegangin tas gue ya."
Saat itulah akau sadar jika laki-laki ini yang minggu lalu menyelundup kebarisannya, menghadang matahari yang mengenai wajahnya. Namanya, Gaga. Aku tidak pernah lupa nama itu setelah hari itu berakhir.
Aku meliriknya lagi dan tas yang dia berikan padaku. Aku tidak bermaksud tidak sopan, tapi aku memang penasaran kenapa tasnya begitu ringan.
"Lo nggak bawa buku, ya?" tanya ku dengan suara sedikit berteriak.
Dia melihat kearah ku. Jantung ku tidak bisa berhenti berulah. Untung saja suara hujan lebih keras dibanding suara jantungnya.
"Ngapain ke sekolah bawa buku banyak tapi nggak digunain. Mending bawa satu tapi multi fungsi, kan?" katanya.
Aku tidak paham apa itu candaan atau pernyataan. Tapi aku tetap tersenyum. Bukan karena perkataannya. Tapi mendengar suaranya dari sedekat ini membuat kaki ku lemas.
"Oiya, Git-"
"Eh? Lo tau gue?" aku sangat kaget mendengarnya memanggil nama ku. Walau sekedar 'Git,"
Dia mengerjap beberapa kali, lalu menunjuk nametag ku. "Itu."
"Oh..."
Entah apa yang ada dikepala ku. Aku berfikir dia mengenalku karena dia mencari tahunya. Apa-apaan aku ini, aku terlalu ge-er lagi padanya.
"Eh, udah sampe." Katanya tiba-tiba disela lamunan liar ku.
Aku melihat gerbang sekolah yang dipenuhi payung warna-warni.
Dia langsung memeberi payung ketangan ku setelah mengambil ranselnya. "Makasih, ya." teriaknya ketika menerobos hujan.
Mata ku memicing ketika melihatnya berkomat-kamit. Tapi sialnya aku tidak bisa dengar apa yang dikatakannya.
Drrt!
Lamunan Gita terbuyar lagi. Entah keberapa kalinya dia mengingat kejadian itu. Berkat getar diponselnya, Gita terselamatkan dari situasi canggung yang melibatkan masa lalunya itu.
Gita memeriksa ponselnya. Satu pesan dari Badai.
Badai; Aku masih latihan. Kamu dimana? Udah pulang? Masih disekolah? Jangan kemana-mana, 20 menit lagi aku pulang aku jemput kamu. Lagi hujan deres, jangan diterobos nanti kamu sakit.
Sudah hampir 17 menit lebih Gita duduk dihalte tepat didepan GOR biasa Badai berlatih. Dia sendiri tudak tahu apa yang membawanya ketempat ini. Tapi Gita yakin itu adalah seauatu yang penting. Terlalu penting sampai Gita tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET (✔)
Novela Juvenil[Complete] Jatuh cinta itu mudah, tapi risikonya yang terlalu besar. Membagi kasih juga menyenangkan, tapi memulihkan lukanya yang sulit. Tapi tenang, ini bukan tentang keduanya. Melainkan sepenggal kata maaf yang sanggup menjadi antibiotik terh...