Sudah baca bab 22?
Yang belum baca dulu, yuk!
Jangan lupa vote ya❤
--------------Andai saja setiap hari adalah rapat guru. Gita akan lebih sering pulang cepat, akan lebih sering jalan kaki, lebih sering panas-panasan, atau sekedar makan es potong rasa kacang hijau seperti sekarang.
Gita serius ketika bilang ia sedang panas-panasan. Matahari memang sedang terik sekali, rasanya seperti lihat pacar sedang jalan dengan mantan pacarnya. Panas, bukan?
Ah sudahlah, lupakan saja. Tidak ada gunanya menghibur batin sendiri dengan gurauan semacam itu.
Gita sengaja memperlambat langkahnya, ia ingin ponselnya bergetar supaya bisa merasakan sensasi membalas pesan sambil berjalan kaki. Tapi semakin langkahnya pelan, hal yang ditunggu tidak kunjung datang. Ponsel di saku roknya masih belum bergetar sejak sepulang sekolah.
Gita merasa dirinya mulai menjelma sebagai gulma cantik yang mengintili inangnya.
Bagaimana tidak! Mereka ke kantin bersama, berangkat bersama, jalan bersama, tapi Badai sibuk dengan ponselnya. Lalu ketika Gita bosan dan bertanya apa yang ia lakukan dipinselnya, Badai hanya menjawab;
"Aku nggak lagi selingkuh, kok. Cuma lagi priview lomba kemarin, jadi kamu diem dulu ya."
Gita menggeretakan giginya.
"Liat aja nanti. Gue nggak mau ngejar-ngejar orang buat minta maaf."
Gita benci mengakui ini, tapi sekali waktu Gita sangat kesal dengan Badai dan segala keanehan yang dia lakukan di ponsel dan pikirannya itu, rasanya seperti ingin marah dan meluap-luap sejadinya. Tapi sedetik betikutnya tatapan mata sial itu kembali membuat Gita salah tingkah dan kehilangan amarahnya.
"Aduh!" pekiknya.
Gita hampir tersungkur ketika ia menginjak tali sepatunya yang terlepas. Untuk menghemat waktu, ia melahap habis es potongnya.
Gita tidak mengikat tali sepatunya dengan benar. Hanya menarik kedua sisinya kuat-kuat lalu menyelipkan asal talinya kedalam sepatu. Dan disaat bersamaan ketika Gita akan berdiri, ia melihat seseorang berdiri di depan pagar rumahnya. Orang itu berjongkok seperti menaruh sesuatu lalu pergi.
Gita menyipitkan matanya sambil kakinya berjalan pelan, ia memiringkan kepalanya, alisnya mengerut. Ada seorang gadis berdiri di depan rumahnya?
Dia siapa?
"Dia si Putri, Putri itu bukan ya?" kata Gita menerka-nerka.
Dia belum pernah melihat 'mantan kekasih' abangnya -kecuali dari foto-
"Yang bener aja. Ngapain cewek gila itu kesini? Nggak tau diri dasar-Lho?" Gita terkejut.
Langkahnya terhenti. Dia belum menyelesaikan ucapannya tapi matanya sudah dipaksa membulat dan menyadarikan sesuatu.
Dia bukan Putri. ucap Gita dengan nada kekeliruan dalam hatinya.
Pandangan mereka bertemu dalam satu detik tadi. Ketika gadis itu melintas tepat disampingnya dengan kepalanya tertunduk dan tangan yang membekap buku pelajaran.
"Maaf?" Gita memutar tubuhnya bermaksud menahan gadis itu. Dan kebetulan, ia menyadari jika Gita memanggilnya. "Kita pernah ketemu bebetapa kali. Lo inget gue, kan?"
※※※※
Angin berhembus sejuk dibawah pos ronda kecil ini. Rasanya semua panas pindah ke sisi lain dunia ketika udara sejuk datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RESET (✔)
Novela Juvenil[Complete] Jatuh cinta itu mudah, tapi risikonya yang terlalu besar. Membagi kasih juga menyenangkan, tapi memulihkan lukanya yang sulit. Tapi tenang, ini bukan tentang keduanya. Melainkan sepenggal kata maaf yang sanggup menjadi antibiotik terh...