PROLOG

374 28 0
                                    

GADIS itu melangkah gontai menyusuri koridor kampusnya. Cuaca hari ini cukup panas, karena itu membuatnya badmood seketika. Bagaimana tidak? Ia mendapatkan tugas akhir semester yang menurutnya sedikit hmmm– gila. Pak Dion, dosennya menyuruh Deeva terbang ke Amerika untuk menyelesaikan skripsinya disana. Ia disuruh mewawancarai dokter-dokter setelah itu ia membuat penjelasannya. Kalo Deeva pemalas sih ia akan menolak permintaan dosennya, tapi karna ia ingin lulus tahun ini jadinya Deeva menerima tugas-tugas itu. Selain karna ia ingin lulus tahun ini, ada lagi penyebabnya mengapa ia menerima tugas akhir semester yang menurutnya sedikit gila itu.

"Bun, jadinya aku terima tugas yang dikasih Pak Dion" katanya sambil mengambil koper yang berada di kamar Bundanya.

"Bunda selalu dukung yang terbaik buat kamu" Bundanya tersenyum, "Oiya, kemarin kamu kemana? Gibran nyariin kamu kesini."

Deeva mematung. Ia menunduk lalu mendongak menatap langit-langit kamar Bundanya sambil mengigit bibirnya.

Gibran....

flashback on

Deeva mengendarai mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Pandangannya menjadi buram karna air bening itu mengumpul di kelopak matanya. Tujuannya kali ini, ke Danau yang berada tak jauh dari rumahnya. Ia memakirkan mobil secara asal kemudian ia cepat-cepat turun dari mobil. Deeva berlari sampai ia tersandung batu berukuran besar hingga dengkulnya menjadi luka. Tapi ia tak pedulikan itu, ia berdiri lagi lalu berlari lagi sampai ia tiba didepan Danau.

"KAMU JAHAT GIBRANNN!!!" teriak Deeva sambil menangis.

Hanya butuh waktu tigapuluh menit untuk menenangkan dirinya.

Setelah dirasa dirinya sudah tenang ia menelfon sahabatnya, Maura.

"Kenapa deev?" tanya orang disebrang sana.

"Gue jadi ke amrik besok" katanya berusaha menormalkan suaranya.

"HAHHHH?!!!??? LO SERIUSSS??? GIBRAN TAU?" Maura terkejut.

Deeva menjauhkan ponselnya dari kupingnya ketika mendengar sahabatnya berteriak.

"Gibran gatau. Dan gue mohon sama lo jangan kasih tau dia soal ini" pinta Deeva.

"Iyaiya janji, by the way suara lo beda"

"Lagi flu" alibinya.

"minum obat ya deeva sayang biar cepet sembuh! jaga kesehatan disana, jangan kecentilan sama bule-bule disanaa!! inget lo udah punya Gibran seorang"

Deeva tersenyum mendengarnya. "Iya, gue matiin ya"

Tuttt...Tuttt..

Flashback off

"Ah, masa Bun? Kemaren aku jalan sama Maura" jawabnya berbohong.

Diana, Bundanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. "Lain kali bilang dulu sama pacar kamu, Bunda liat kemarin muka dia panik banget loh, Deev"

Deeva tersenyum kikuk. "Ii– iya Bun"

"Yaudah, sana rapihin baju kamu biar besok lansung berangkat" suruh Bundanya dengan lembut.

"Iya, bawel" sekilas Deeva mencium pipi Bundanya lalu melengos pergi.

Deeva memasuki kamarnya yang berada di lantai dua. Kemudian ia mulai memasukkan baju yang nanti akan dibutuhkan disana.

Setelah semua baju yang ia butuhkan nanti sudah masuk ke dalam koper. Deeva langsung membentuk bintang besar di kasurnya. Ia menatap langit langit kamarnya yang berwarna putih.

Deeva kembali mengulang kejadian kemarin siang di otaknya. Membuat dadanya terasa sesak bila teringat kejadian kemarin.

aku salah apa sama kamu gibran.....






-------------

hallo readers!!!!selamat datang di cerita pertama kita!!!

pada penasaran nggak sih sama kisahnya rafa dan deeva????

kalo votenya diatas 15 kita bakalan update part 1.

gimanaaa?????

RadeevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang