chapter👉5

185 12 2
                                        

Rafa menutup pintu itu kembali dan membaringkan dirinya lagi di sofa empuk yang ia tiduri selama semaleman. Rasa sakit dikepalanya kembali menyiksanya. Ini tidak akan terjadi jika ia meminum obatnya. Semalam ia baru bisa tidur jam 3 dini hari, karena rasa sakit di kepalanya terus saja menyiksanya dan darah keluar dari hidungnya yang tidak berhenti-berhenti. Terlebih, karena ia tidak suka posisi tidurnya seperti janin dalam kandungan.

Rafa sangat ingin mencari obatnya, tapi rasanya ia tak mampu berdiri dan berjalan karna rasa sakit dikepalanya terus menjadi-jadi. Ditambah lagi dengan semua badannya yang terasa pegal. Ia harus terlihat baik-baik saja didepan cewek itu, Deeva. Ia tidak mau diledeki cowo lemah, apalagi diledekinya dengan cewek tengil yang membuatnya menguras banyak tenaga.

Dengan terpaksa, akhirnya Rafa menguatkan diri untuk membersihkan diri. Meski harus berjalan setengah sadar. Sepuluh menit kemudian Rafa keluar dari kamar mandi dengan rambut yang masih basah dan handuk yang melingkar dilehernya. Ia sudah merasa 'sedikit membaik' sekarang.

Baru saja beberapa langkah ia keluar dari kamar mandi menuju ruang tamu tiba-tiba suara yang sangat familiar terdengar dari depan pintu Apartmentnya.

"Woiii ada orang ga sih didalemm??" Deeva mengetuk-ngetuk pintunya pelan. "Pemilik Apartment nomer 2110 bukain pintunya!!!" Deeva menggedor-gedor pintu tersebut.

Yaallah sejak kapan di Apartment orang gila bisa masuk?

Rafa menggeram sebal, baru saja ia ingin menekan nomor sandinya, tapi rasa sakit dikepalanya kembali menyiksanya. Ia merasa penglihatannya sedikit berkurang, tapi dalam dirinya ia berkata "Kali ini jangan lemah" Rafa terus menguatkan dirinya.

Dalam 5 detik ia memejamkan matanya, bermaksud agar rasa sakit itu berkurang. Rafa mengigit bibirnya hingga mengeluarkan sedikit darah.

Lo kuat Raf, gaboleh lemah didepan cewek.

TING! akhirnya ia selesai menekan tombol kata sandinya, Rafa langsung bernapas lega. Ketika pintu sudah terbuka ia langsung berjalan cepat kembali duduk disofa ruang tamu.

Deeva berdecak sebal saat melihat cowok itu mala duduk manis di sofa, sementara dirinya sibuk dengan plastik yang berisikan bahan-bahan makanan. "Bantuin gue dong, dasar ya emang cowo ngga peka" gerutu Deeva sambil meletakan satu persatu bawaan belanjanya. Rafa tidak merespon. Menengok pun tidak. Sedari tadi cowok itu hanya menunduk sambil terus memegangi kepalanya.

Mulai caper kan nih cowok

Deeva menggurutu kembali saat cowok itu benar-benar tidak merespon omongannya, ia dikacangin oleh cowok ganteng plus menyebalkan itu.


60 puluh menit sudah berlalu, Deeva sudah selesai memasak udang saus padang, cumi goreng tepung, ayam goreng dan juga telur dadar. Makanan ini adalah salah satu favorite pacarnya, Gibran.

Eh, emangnya masih pacar ya?

Kali ini Deeva harus benar-benar jujur, bahwa ia sangat rindu dengan Gibran. Tapi rasa kekecewannya yang Gibran kasih masih membekas dihatinya sampai saat ini. Deeva memang tipe cewek yang mudah memaafkan orang, tapi dirinya bukan tipe cewek yang gampang melupakan.

Mungkin, kalo aku ikut lomba melupakan seseorang aku pasti akan kalah. Aku akui itu, aku paling tidak bisa cepat-cepat melupakan seseorang, apalagi aku sudah bersama dengannya selama 2 tahun lebih. Satu-satunya caraku agar bisa melupakan Gibran adalah mencari pelarian. Itu cara yang paling tepat.

RadeevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang