chapter👉 3

159 11 4
                                    


*media; Rafael Agam Kerova

✨✨✨

"Ini Apartment lo?" tanya Deeva sambil menatap ruangan yang berada didepannya dengan tatapan kagum, "bukan" jawab Rafa sambil menatap Deeva dengan pandangan 'dasar norak.'

Deeva langsung menatap Rafa dengan pandangan bingung. "Loh? Terus ini Apartment siapaa?!?" tanya Deeva lagi, kali ini nada nya berubah menjadi lebih tinggi. Rafa memijat pelipisnya yang terasa pening saat mendengar nada suara cewek yang berada disampingnya. "Aduhhh, bodoh banget sih. Kalo ini bukan Apartment gue, kenapa gue bisa buka pintunya pake password?" Rafa menatap Deeva dengan gemas. Bukan gemas karna cewek itu lucu. Tapi gemas ingin memakannya hidup-hidup.

Tapi kalo boleh jujur sih, memang cewek ini lucu. Tapi, kalo aja dia gangeselin mungkin saat ini udah Rafa pacarin.

Deeva hanya memasang cengiran andalannya, "iya juga sih, hehehehe" Rafa menatap Deeva datar. "Lo mau berdiri disini sampe kapan?"

Deeva mengabaikan pertanyaan cowok itu dan mulai menjelajahi Apartment milik Rafa yang lumayan rapih. Deeva jadi malu sendiri, saat mengingat dirinya jika sedang emosi atau tidak mood. Ia selalu melempar barang yang berada di sekitarnya, hingga isi rumahnya seperti kapal pecah.

Ia berhenti didepan sebuah pintu bercat putih yang dihias dengan tempelan tulisan, "masuk tanpa izin denda 100k" Deeva hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saat melihat tulisan itu, lucu juga ni cowok, batinnya.

Tanpa memperdulikan tulisan yang ditempel dipintu itu, ia langsung membuka pintunya. Ketika pintu kamar sudah terbuka, Deeva lansung membuka mulutnya sambil berdecak kagum. Ia pikir bahwa didepannya adalah kamar perempuan yang sangat rajin membersihkan kamarnya.

"Lo buta ya? Atau kependekan? Sampe ga liat aturan yang gue tempel" tanya Rafa sinis.

Deeva berbalik badan dan menghadap Rafa yang berdiri tak jauh darinya, "pertama, gue gabuta. Kedua, tinggi gue 165cm jadi gue ga pendek-pendek amat. Ketiga, gue gapeduli sama aturan yang lo buat."

"Karna lo numpang jadi lo harus taat aturan." balas Rafa tak mau kalah.

"Pokonya gue mau tidur dikamar ini titik gapake koma." Deeva menarik kopernya lalu membawanya ke dalam kamar.

Rafa menghela napas berat. "Itu kamar gue. Lo tidur dikamar tamu" jawab Rafa sambil menatap Deeva yang mulai membuka kopernya. Deeva menoleh dengan pandangan sinis. "Gamau, pokonya gue mau disini" cecarnya.

"Idihh, ini kan kamar gue" seru Rafa sambil menahan lengan Deeva yang sudah mukai membuka gembok yang berada dikopernya. "Kenapasih lo jadi cowo pelit banget?!! Lagian gue disini juga nggak lama kali"

"Lo pikir gue peduli?! Udah sana pindah ke kamar tamu" suruh Rafa sambil menutup kembali koper yang Deeva bawa dan menurunkannya dari atas tempat tidur. Deeva menatap rafa dengan sulit diartikan. Ia sedang memikirkan cara supaya ia bisa tidur dikamar ini.

Deeva diam, kemudian menunduk. Menyadari bahwa cewek nyebelin itu tidak berbicara apapun, Rafa menoleh ke arahnya. Ya tuhan, dia berasal dari planet mana sih?!? batin Rafa frustasi.

Deeva memulai akting menangisnya. Ia masih menunduk sambil mengusap pipinya seakan-akan menyeka air matanya dan menyuarakan suara tangisnya.

Mampus. Gue nangisin anak orang. gumam Rafa dengan pelan tapi bisa didengar oleh cewek itu. Sedangkan Deeva menahan senyumnya. Berhasil, katanya dalam hati kegirangan.

"Eee– eh jangan nangis dong—" Rafa panik. "—Gue gapunya balon" wajah Rafa berubah menjadi memelas.

Rasanya Deeva ingin ketawa sekencang-kencangnya melihat wajah cowok itu yang memelas. Tapi, ia berusaha untuk menahannya dan kembali melanjutkan akting nangisnya. Dengan sengaja, Deeva mengencangkan suara tangisnya.

Rafa mengacak rambutnya frustasi, yeeeu ngeledek nih bocah, batinnya.

Dengan amat terpaksa akhirnya Rafa memperbolehkan Deeva tidur dikamar kesayangannya. "Iya dehhh, lo boleh tidur disini"

Deeva lansung mendongakkan kepalanya dan menatap rafa dengan pandangan berbinar. "Yaudahh, sana keluar" usir Deeva sambil mendorong tubuh cowok itu keluar dari kamarnya— ralat! Kamar Rafa yang ditempati Deeva untuk sementara waktu.

Rafa menatap pintu kamarnya yang sudah ditutup dengan cewek itu dengan mengelus-ngelus dadanya. "Yang waras ngalah" katanya sambil jalan menuju ruang tamu untuk menonton serial kartun kesukannya.

Limabelas menit berlalu. Kartun kesukannya baru saja bersambung. Tepat saat kartun kesayangannya sudah selesai, alarm jam tangannya berbunyi. Pertanda ia harus meminum obat.

Rafa membuka tas ranselnya dan mencari keberadaan obatnya. Namun, obatnya tidak ada didalam tasnya. Ia mulai panik. Pertama, panik karna ia tidak meminum obat itu dari pagi. Pasalnya, kalau ia tidak meminum obat itu seharian, ia akan mimisan. Mimisan memang sudah biasa baginya. Tapi sekarang keadaannya berbeda. Ia tidak bisa biasa untuk sekarang ini, karna ada orang lain berada di Apartmentnya. Bagaimana kalau cewek itu melihat dia mimisan? atau mungkin sampe pingsan? Ah, ini terdengar lebay tapi jujur ia benar-benar panik sekarang.

Dilain tempat, Deeva sedang membereskan tasnya. Tanpa sengaja tangannya menemukan sebuah botol kecil yang berisikan obat kapsul yang lumayan banyak. Dibotol tersebut juga tertera nama disana, 'Rafael Agam Kerova' Deeva menatap botol tersebut dengan tatapan bingung. "Lohh, ini obat siapa?"

Deeva memutar-mutar botol tersebut sambil menggumam, "Rafael Agam Kerova. Berarti dia pemilik obat ini, tapi, ini obat apa?"



➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️➡️


next? 20 votes.

RadeevaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang