(3) Intro

34 5 16
                                    

Cinta memang selalu datang dengan tiba-tiba.

Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah kegiatan MOS.

Ara sudah berada di kelas saat jarum jam menunjukkan angka 06.45. Mungkin Ara sudah kapok bangun kesiangan.

"Hai, Ra."

"Hai juga, Dit."

"Eh gue lupa," ujar Radit tiba-tiba.

"Apaan?"

"Harusnya gue tadi jemput elo."

"Lah? Buat apa? Orang gue tadi juga dianter Bang Keenan," ujar Ara seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Lo lupa ya sama perjanjian kita?" tanya Radit.

Hening.

"Perjanjian apaan dah?" tanya Ara setelah terdiam beberapa saat namun tak kunjung mendapatkan jawabannya.

"Monyet, lupa bener lu?" tanya Radit sedikit kesal.

"Heh ngaca! Monyet monyet," ujar Ara sewot.

Radit memutar bola matanya.

"Lupa bener nih anak," batin Radit.

"Perjanjian kita pas abis elu dilabrak Kristal," jelas Radit.

Ara tampak berpikir.

"Yang mana sih? Kemarin itu kan gue lagi di kantin, terus tiba-tiba Kak Kristal dateng. Gue dilabrak terus dia mau jambak rambut gue. Abis itu..." ujar Ara mengingat-ingat.

"Abis itu apaan? Lupa gue," ujar Ara seraya nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.

"Dasar nenek," gumam Radit.

"Apa lo bilang?!" tanya Ara melotot.

"Enggak kok mbah, nggak papa kok," jawab Radit cekikikan.

"Anjir lah. Cantik-cantik begini dibilang mbah," ujar Ara kesal.

Radit pun tertawa.

"Udah ah. Btw, gue duduk sama lo boleh?" tanya Radit.

"Serah," jawab Ara seraya mengedikkan bahu.

"Yeee, gitu aja mutung," goda Radit seraya menowel pipi Ara yang cukup tembem.

"Bodo."

"Ealah, ya udah maap," ujar Radit.

"Telat."

Radit mengedip-ngedipkan matanya.

"Ara kan baik," rayu Radit seraya menampilkan puppy eyes yang mungkin bisa membuat para cewek meleleh.

Sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi Ara.

"Serah lo, nyet. Mau duduk ya udah tinggal duduk susah amat. Ini sekolah bukan punya emak gue kok tenang aja," ucap Ara datar.

"Lah, mutung beneran. Ga asik ah," batin Radit.

"Ya udah gue duduk samping lo," putus Radit sambil menaruh tas ranselnya.

Ara hanya memainkan ponselnya tidak peduli.

***

"Kampret gue kesiangan lagi," batin Aksa.

Beruntung Aksa tidak sampai terlambat karena dia datang tepat sebelum satpam mengunci pintu gerbang.

Karena para guru masih rapat pagi, maka banyak sekali siswa siswi yang duduk-duduk di bangku depan kelas mereka.

AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang