Malam itu hujan turun dengan derasnya. Hawa dingin mulai merangkul tubuh. Suasana ini sangat cocok untuk membuatmu meringkuk ditempat tidur, sambil memeluk guling dan diselimuti dengan hangatnya. Tapi tidak bagi para pengguna jalan raya. Mereka harus konsentrasi penuh untuk menghindari kecelakaan darat. Tentu saja sudah ada himbauan dari para polisi untuk mengurangi laju kendaraan. Selain itu, para pelaut menunda keinginan mereka untuk berlayar agar terhindar dari tingginya hempasan ombak. Di bandara, para penumpang terlantar akibat tertundanya keberangkatan pesawat. Tetapi tetap saja, diluar sana akan ada kecelakaan yang tak dihindarkan.
Dari kejauhan terdengar sirine ambulan. Mobil ambulan tersebut berhenti tepat depan pintu utama UGD. Dengan tergesa para petugas turun dari mobil dan beberapa lainnya keluar dari ruangan sambil membawa tandu.
Seorang gadis dengan piyama merah berbalut jaket berwarna biru tua tengah duduk termenung di ruang tunggu. Tangan dan kakinya bergetar. Sesekali ia menggosok-gosokkan telapak tangan untuk mengurangi kekhawatiran. Wajahnya pucat pasi. Kini kakinya hanya beralaskan sendal berbulu coklat dengan kepala beruang yang seharusnya hanya ia pakai untuk dirumah.
"Kamu tidak apa-apa?".
Gadis itu mendongak. Dilihatnya wanita yang lebih tua dari dirinya menepuk pundak dengan pelan. Tangisnya pecah. Wajah yang pucat kini bersemu kemerahan.
###
Salam Hangat Reader!
Terima kasih sudah mampir untuk membaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cormatin Cintanya
General FictionNey memilih untuk menetap ditempat yang jauh dari kampung halamannya. Budaya, sosial, gaya hidup dan bahasa jauh berbeda dari kebiasaannya. Ia nekat untuk menetap disana karena satu alasan. Satu alasan yang membuat hidupnya berubah. Tanpa persiapan...