CLARA memandang langit yang mulai menggelap. Begitu dia melihat adanya kilatan petir di atas sana, Clara melangkah mundur. Dia memejamkan mata kala telinganya mendengar suara guntur yang saling bersinggungan.
Clara takut.
Di sekolah hanya tinggal dia dan beberapa orang saja yang duduk di pos satpam. Mereka juga menunggu jemputan sama seperti Clara. Bedanya mereka menunggu orang tua mereka untuk menjemput sedangkan Clara sedang menunggu sosok Mark yang sejak sejam yang lalu meninggalkan sekolah, mengantar Flora pulang katanya.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore namun sosok yang ditunggui Clara belum datang juga. Cewek itu mulai resah dan kesal. Lihat saja nanti jika lelaki itu sampai dihadapannya, Clara akan memukulinya sampai dia kualahan.
Dua orang terakhir yang bersamanya di Pos Satpam sudah dijemput sejak lima menit yang lalu. Sekarang Clara hanya sendiri sambil menikmati suasana hujan yang membuatnya semakin ingin pulang ke rumah.
Sesabar apapun manusia akhirnya akan bosan juga begitupun juga dengan Clara.
Cewek itu memutuskan untuk menghubungi Mark namun Mark tak meresponnya sama sekali. Maka dari itu Clara mengirimkan Mark sebuah pesan singkat.
Clara : Lo dimana sih? Kalau 15 menit lg lo blum ke sini, gue ngamuk.
Read|
Clara semakin kesal begitu pesannya langsung dibaca oleh Mark namun Mark tak memberikan respon sama sekali. Lantas Clara kembali mengirimkan pesan kepada cowok itu.
Clara : Fix gue pulang.
Clara tak peduli lagi jika dia akan basah karena tekatnya untuk menerobos hujan. Cewek itu berlari keluar dari gerbang kemudian belok ke arah kiri menuju rumahnya. Dia tak memperdulikan tatapan orang-orang yang tengah berteduh sedang menatap aneh ke arahnya.
Hari ini Mark benar-benar membuatnya kesal.
Begitu dia merasa bagian pinggang belakangnya terasa sakit, Clara berhenti sejenak sambil berusaha meraih obat analgetik ditasnya. Sembari meraba tas, Clara menatap sekelilingnya yang tampak sepi, hingga tak sengaja matanya tertubruk di sebuah cafè di hadapannya. Di balik kaca tebal café itu, dia melihat Mark sedang tertawa bersama Flora masih mengenakan seragam sekolah lengkap.
Mark terlihat tenang tanpa beban. Sedangkan Clara terlihat begitu kesakitan. Apa-apaan Mark itu? Dia sama sekali tak memikirkan Clara?
Tangan Clara terkepal menahan kesal. Obat yang ingin dia minum kini hancur ditangannya. Clara pun akhirnya melangkah tak memperdulikan pinggang serta perutnya yang kini mulai berdenyut nyeri tanpa ada niatan untuk berhenti, dia terus berjalan dengan menyeret kakinya menjauhi café itu.
***
MARK menatap Clara yang saat ini terbaring lemah di kasur. Seusai mengantar Flora pulang, Mark menjemput Clara di sekolah namun ia tak mendapati sosok perempuan itu di sana. Mark semakin khawatir ketika dia menghubungi ponsel Clara namun cewek itu tak kunjung mengangkat teleponnya, hingga Anita--Ibu Clara menelponnya, menyuruhnya untuk menemani Clara di rumah karena Anita masih berada di kantor. Tanpa pikir panjang, ia langsung melajukan motornya, beruntung hujan sudah berhenti sejak setengah jam yang lalu hingga memudahkan cowok itu untuk cepat sampai di rumah Clara.
Mark sekarang berada di kamar Clara, Mark tadi mendapati Clara pingsan di depan kamar mandi beruntung Clara sudah mengganti seragamnya yang basah. Dokter pribadi Clara datang setelah Mark memberitahukan Anita bahwa Clara jatuh pingsan. Dokter itu mengatakan Clara hanya mengalami pusing biasa kepada Mark lalu setelah itu Dokter pergi setelah meninggalkan beberapa macam obat di nakas samping tempat tidur Clara.
Sebenarnya Mark sangat bingung sekali ketika dia melihat obat-obatan itu yang begitu banyak. Memangnya Clara sepusing apa hingga meminum berbagai macam obat-obatan seperti itu?
Adzan Maghrib sudah berkumandang namun Mark belum juga melihat Clara akan menunjukkan kesadarannya. Maka dari itu Mark memutuskan untuk mengambil air wudhu kemudian melaksanakan ibadah sebelum waktunya habis.
Seusai menunaikan ibadah, Mark mendapati Clara yang sudah sadar. Senyum Mark mengembang, dia melepas benda panjang yang bertengger di kepalanya kemudian berjalan mendekat ke ranjang Clara.
"Sejak kapan lo di sini?" tanya Clara, dia berusaha mendudukan dirinya. Mark yang melihat itu pun membantu Clara.
"Lo kenapa pingsan tadi?"
Clara tampak kesal mendengar pertanyaan itu. Dia pikir Mark akan meminta maaf karena tak menjemputnya tadi siang dan akan mengakui kesalahannya. Tapi ternyata sepertinya Mark memang mungkin sengaja.
"Gue tadi pusing, seharian di sekolah nggak makan." jawab Clara. Meskipun Clara kesal kepada lelaki itu, Clara tak mungkin mengatakan yang sebenarnya jika dia pingsan karena tak tahan menahan efek samping dari gagal ginjal.
Mark tampak mengernyit. "Kok bisa sih?" tanya Mark bingung. Biasanya sewaktu istirahat Clara selalu menghampiri kelasnya dan mengajaknya untuk istirahat bersama di kantin. Tapi tadi, cowok itu lama menunggu Clara namun Clara tak kunjung datang. Hingga ketika lima belas menit bel istirahat dibunyikan, Flora muncul dan mengajak Mark untuk istirahat bersama. Mark yang memang sudah lapar itu pun menyetujui ajakkan Flora. Clara mungkin bawa bekal, itulah yang ada dipikiran Mark ketika dia dan Flora duduk di kantin tadi siang.
"Tadi banyak tugas," balas Clara. "Gimana hubungan lo sama Flora?" tanya Clara
Mark tampak berseri, matanya tampak bersinar begitu mendengar nama Flora. "Baik. Lo tau nggak? Besok gue bakalan dikenalin ke orang tuanya." Mark tampak bernapas lega. Cowok itu duduk di tepi ranjang.
Clara terkekeh sembari melempar bantal dan tepat mengenai kepala Mark. "Emangnya lo nggak takut ketemu Bokapnya?"
Mark nyengir. "Takut sih, cuman yah... nggak usah tegang juga. Santai aja lah, anggap aja Bokap sendiri." ujar Mark masih dengan wajah berseri.
Melihat Mark sesenang itu membuat nyali Clara untuk mengatakan perasaan yang dimilikinya sekarang itu menciut. Clara menghela napas sesak sambil berusaha menampilkan senyuman palsunya. Lebih baik begini daripada Mark tahu perasaannya kemudian Mark akan membencinya, tidak jangan sampai.
"Ohiya La, gue pulang ya?"
Berat rasanya untuk Clara menganggukan kepalanya. Namun, Clara tak boleh egois. Mungkin saja Mark mau pulang mandi melepas kepenatan yang dia rasakan, apalagi tubuh Mark masih terbalut dengan seragam sekolah. Maka dari itu Clara Mengangguk pelan. Hal itu membuat Mark beranjak, sebelum pergi dia mengecup kening Clara sekilas.
Clara termangu menatap kepergian Mark. Dia kemudian bergumam lalu membenamkan kepalanya. "Lo jahat Al. Kenapa lo bisa bersikap biasa-biasa saja? Kenapa lo nggak ngerasa bersalah sekali pun? Kenapa lo nggak minta maaf ke gue?"
Clara meremas ujung bantal, melampiaskan kekesalannya yang sedaritadi dia tahan.
***
Semoga kalian suka ya.
Aku bawa Visual Flora nih
KAMU SEDANG MEMBACA
INVISIBLE
Teen FictionClara menyukai Mark entah sejak kapan. Apakah saat ia bersahabat dengan Mark? Atau ketika Mark melindungi dirinya saat itu? Clara seringkali menemani pria itu ketika Mark akan mengakhiri hubungannya dengan para Perempuan-perempuan yang telah menj...