Mémoire

180 14 0
                                    

Chaerin POV's

Oppa dulu bertanya; Pernahkah kau jatuh cinta? Aku pernah. Aku jatuh cinta dengan seorang pria brengsek. Ia sering membuatku sedih, kecewa, marah.

Namun aku selalu mencintainya.

12 tahun aku habiskan bersama pria itu. Selama itu pula ia memberikan warna dalam hidupku yang kelabu. Ia memanggilku Hunchae. Imut sekali kan?

Aku memanggilnya Jingyo oppa. Ia benci dipanggil seperti itu, tapi aku menyukai gayanya saat marah. Bibirnya pasti akan mengerucut, membuatku selalu ingin menciumnya.

Jika kau pikir kisahku selalu bahagia, kau salah. Empat tahun lalu aku memutuskan untuk pergi ke Los Angeles, mengejar mimpiku menjadi penyanyi di Amerika. Jingyo oppa benar - benar marah pada saat itu. Ia tidak mau berbicara padaku. Ia pergi meninggalkan apartemen kami. Bahkan ia tidak datang mengantarku ke bandara.

Kabar terakhir yang kudengar, ia mengasingkan diri ke Jepang. Beberapa jam sebelum keberangkatanku.

Kau tahu kan betapa sakitnya?

Itu belum selesai. Enam bulan aku merintis karir di Amerika. Aku memutuskan untuk menunda debutku dan kembali ke Korea. Meminta maaf pada kekasihku.

Sekaligus mengucapkan selamat. Ia sudah berhasil mendirikan labelnya sendiri. Enam bulan tanpaku, ia telah berkembang begitu pesat.

Hari itu musim panas, aku melangkahkan kaki dengan bahagia menuju apartemen Jingyo oppa. Sengaja aku tidak memberitahunya, menjadikan kedatanganku sebagai kejutan.

Tapi ia memberikan kejutan yang lebih dahsyat. Seorang wanita berambut sebahu datang membukakan pintu untukku. Pintu apartemen Jingyo oppa.

Air mataku berlomba - lomba meloloskan diri dari wadahnya. Tidak. Aku tidak boleh menangis.

"Di.. Dimana Jiyong oppa?"

Gadis itu menatapku dari atas kebawah. "Siapa kau?" ,tanyanya dengan aksen Jepang yang kental.

Tiba - tiba Jingyo oppa muncul dibelakangnya. Dengan acak - acakan. Serta kantung mata yang terlihat sangat jelas. Ah, ternyata sebegitu kacau kah kau tanpaku?

"Hunchae?" ,desis oppa tidak percaya. Ia melihatku seolah aku ini mayat yang bangkit dari peti.

"A.. Aku pulang. Selamat tinggal oppa." , aku melambaikan tangan. Berusaha tersenyum pada dua makhluk dihadapanku.

Aku berlari sekuat tenaga, tidak peduli dengan fakta bahwa aku mengenakan high heels. Bahkan jika bisa, aku ingin terjatuh ditangga agar aku melupakan hari ini.

Sayang, keinginan itu tidak bisa terwujud karena apartemen mewah ini hanya memiliki lift. Aku menekan tombol lift, dan segera pergi dari sana.

Oppa, aku muak dengan diriku sendiri. Kenapa aku masih mencintaimu meski kau memperlakukanku seperti itu?

________________________________

Hari itu aku bertemu Seungri. Tujuh bulan setelah aku melihat oppa dan seorang wanita di apartemen.

Ia bilang akan membantuku melupakan oppa. Aku sudah bilang berulang kali padanya, aku tidak akan bisa melupakanmu. Tapi ia tidak pernah mau mendengarku.

Setiap hari ia mengirimiku bunga dan cokelat. Aku selalu memberikannya pada Dara unni atau Minzy. Aku tidak ingin menerima apapun dari pria itu. Terlebih aku tahu kenyataan bahwa ia adalah teman satu grup oppa hingga sekarang. Aku tidak ingin oppa terluka karena melihatku.

Sebenarnya aku tidak ingin terlibat lebih jauh dengannya. Namun ia selalu menarikku mendekat.

Hampir dua tahun sejak aku melihat oppa dengan wanita lain di apartemen. Ia tiba - tiba melamarku. Padahal kita tidak pernah menjalin hubungan apapun.

Kutolak.

Dengan gigih ia mendatangi appa. Tapi jawaban appa sama denganku.

Ia hanya menginginkan oppa sebagai menantu. Bukan pria lain.

Dia tetap tidak menyerah. Ia bahkan mengumumkan di media jika aku sudah bertunangan dengannya.

Aku tidak punya kuasa untuk membantah. Ia seorang produser sepertimu. Sedangkan aku hanya artis biasa.

Kau pasti tau, aku tidak pernah menginginkan pertunangan itu oppa. Aku ingin kembali pada oppa. Aku merindukan oppa.

_______________________

Oppa, kukira kau menerima parfum yang kukirimkan dua bulan lalu. Aku baru tahu hari ini jika kau tidak pernah menerima benda itu.

Jadi sebenarnya siapa yang salah disini? Aku atau kau?

Aku memang tidak pernah meminta cinta yang indah kepada Tuhan, tapi kenapa kisah kita menjadi serumit ini?

- Part 4 End -

ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang