Nostalgia

36 9 22
                                    


***
Entah apa yang harus aku lakukan untuk melupakanmu, karena setiap langkahku, selalu ada sepenggal kenangan bersamamu~ Again~
**


Via POV

Angin siang ini, benar-benar membuatku kewalahan. Aku harus merapikan rambut ikalku beberapa kali.

Coba aku pakai shampo Pintin, pasti gabakal kemana-mana ini rambut. Aku terus mengerutu dalam hatiku.

Kalau tidak karena kuliah eyang dosen tercinta, aku memilih untuk beristirahat di kost. Gerutu-gerutuan yang terus ada dipikiranku.

Aku memutuskan untuk berhenti berjalan dan duduk di taman kampus. Entah hari ini sangat melelahkan, ditambah banyak cobaan yang terus mengusikku untuk berangkat ke kampus.

Jarak kost-kampus cukup jauh, tapi hari ini aku memutuskan untuk berjalan kaki. Alasannya tidak lain tidak bukan karena bensinku habis. Alasan yang sangat logis untuk mahasiswi semester tengah yang belum mendapatkan kiriman. Ohh bukan, mahasiswi yang belum mendapatkan gaji kerja part time.

Kebanyakan mahasiswa mengandalkan uang orangtua atau beasiswa. Kalau aku hanya bisa mengandalkan sedikit uang orangtua ditambah gajiku sendiri menjadi guru honorer di salah satu Sekolah Khusus Autis di Yogyakarta.

Sudah berkali-kali aku mengajukan beasiswa, tapi hasilnya nihil. Aku memang tak cukup pintar untuk membuat berbagai tulisan. Sedangkan kebanyakan beasiswa yang ditawarkan harus menyertakan karya tulis. Oh sungguh tak adil.

Aku hanyalah mahasiswa yang sedikit prestasi gemilang. Coba waktu SMA dulu aku tak mengalami cedera saat bertanding bulutangkis. Pasti aku sudah mendapatkan banyak prestasi dari bidang olahraga itu.

Sepintas aku teringat bulutangkis, oh tidak teringat tentang kamu. Kamu yang pernah ada dihatiku. Kamu yang dipertemukanku karena ketidaksengajaan kita yang menyukai bulutangkis.

"Hey Via, Viantika Caesa Karisma." Seseorang memanggilku dan membuyarkan lamunanku.

Olla ya sahabatku yang sangat Lola. Mirip dengan namanya lola eh Olla. Dia selalu mengangguku saat aku sedang fokus dengan lamunanku.

"Kebiasaan deh lu ah, ganggu aja." Ucapku pada Olla sambil menepuk lengan kirinya.

"Ganggu? Oh kamu lagi semedi disini?" Tanyanya polos tanpa dosa padaku.

"Iya!! Gue lagi cari wangsit." Jawabku kesal pada Olla.

"Ya Allah Vi, gabole cari wangsit. Dosa. Dosa Vi, itu perbuatan yang gak diperbolehkan dalam agama kita. Vi, gue mohon jangan aneh-aneh." Olla menceramahiku dengan ekspresi sedih.

"Ya Allah ampuni Via yang telah berdosa ini dan cepat sadarkan Olla yang suci, polos dan lola ini." Aku menadahkan tanganku menisyaratkan sedang berdoa.

"Kok kamu doain gue sih Vi, harusnya gue yang doain lu." Ceplos Olla padaku masih dengan wajah lola nya.

"Amiin." Ucapku spontan.

"Kok amiin sih?" Tanya Olla.

"Kok..Kok ayam kokok?" Aku menarik tangan Olla. "Yuk keburu masuk eyang dosen tercinta"

"Eh, gue mau ngomong sesuatu sama lu Vi." Ucap Olla padaku saat aku mengajaknya berjalan.

"Ngomong aja."

"Kok lu gapake motor?" Tanya Olla dengan polosnya.

"Udah itu aja? Enggak, motorku lagi tidur, kasian seharian kemaren bekerja."

"Oh.. Kasian ya motormu." Jawab Olla dengan sangat datar.

***

Kami pun tiba di kelas dan apa yang terjadi? Kelas masih kosong. Padahal jam menunjukkan pukul 13.00 tepat, sesuai jadwal mata kuliah hari ini.

"Kok masih kosong ya La? Padahal kalau sesuai jadwal ini udah penuh para bocah-bocah dengan muka zombie." Tanyaku pada Olla.

"Kan sekarang libur, kuliahnya eyang diganti besok jam 10 pagi" Jawab Olla sambil memainkan game candy crushnya. "Emang disini ada zombie?"

"Olllaaaaaa..... Kenapa gak bilang dari tadiiiiii sihh." Teriakku kesal sambil mencubit lengan kanan Olla.

Aku memang extra sabar dengan sahabatku satu ini, dia memang cerdas dalam hal akademik, tapi lemotnya masyaAllah. Meskipun begitu aku sayang dengan sahabatku satu ini. Dia selalu membuatku tertawa ketika aku sedih. Percuma aku memarahinya, toh dia juga bakal ga paham. Paham sih tapi lama.

"Terus ngapain lu berangkat?" Tanyaku

"Mau ngembaliin presensi ke subbag." Jawab Olla sambil memperlihatkan presensi mata kuliah Orthodidaktik anak autis.

" Kok gue gatau sih hari ini libur" Aku memukul kepalaku pelan "Oiya ya paketan abiss"

"Tadi mau sms, tapi pulsaku abiss juga." Olla menunjukkan deretan giginya yang berpagar padaku.

Kemudian kamipun keluar dari kelas dan aku mengantarkan Olla bertemu pak-pak subbag untuk mengembalikan presensi.

Saat kami selesai mengembalikan presensi, kami berpisah. Aku memutuskan untuk ke toko hijau, sebuah toko perlengkapan alat tulis di dekat kampusku. Sedangkan Olla, dia ada keperluan dengan tim Marching Band kampus.

***

Aku mencari kertas lipat untuk mengajar kelas sore di sekolah tempatku bekerja. Aku bertanya dengan seorang lelaki yang berdiri didekat deretan kertas-kertas.

"Permisi mas, kertas lipat yang ukuran sedang ada?" Tanyaku padanya.

"Oh sebelah sini." Dia mengantarku menuju rak kertas lipat dan memberikannya padaku.

"Terimakasi mas" Ucapku sambil tersenyum.

"Dim, gue cariin kemana-mana, malah disini sama cewek. Gue udah nemu velcro." Lelaki tersebut menepuk punggung lelaki yang mengantarku mencari kertas alias lelaki yang aku kira penjaga toko.

"Maaf bro, tadi gue cari kertas daur ulang. Buat nempelin di velcronya." Ucap lelaki yang aku kira penjaga toko pada temannya.

Sekonyong-koyong aku malu. Aku gak nyangka ternyata dia juga pembeli.
Aku pun berpura-pura budek dan pergi pelan-pelan dari kedua lelaki yang sedang membicarakan hal yang akupun tak tahu apa maksudnya.

***

One Time For Me  (Again)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang