Setelah itu, aku membusuk dengan pemikiran-pemikiran naifku bahwa pasti ada setidaknya setitik perasaan yang kausimpan terhadapku. Namun aku kembali harus mengingat bahwa kau telah menyangkalnya dengan lugas, bahwa takada sedikit pun perasaan itu untukku.
Setelah itu, aku berkata bahwa aku akan mundur. Namun selangkah pun tak kuambil. Aku tak melangkah ke depan, pun tak ke belakang. Aku ragu akan pilihanku dan itu semua karena kau.
Aku ingin berlari menyongsong dirimu di depan sana, namun aku dibangunkan secara paksa oleh kenyataan. Aku takdapat melakukan itu.
Aku ingin melangkah mundur ke belakang. Bergerak jauh ke sudut untuk mengucilkan diriku sendiri. Namun aku dibuat takut, seolah aku akan sangat jauh darimu. Padahal, sekali pun dekat kau tetap tak terjangkau.
Jadi aku hanya berdiri diam selagi jarum jam bergerak ke arah yang positif. Terbelenggu oleh rasa sakit yang kuciptakan sendiri. Terlilit oleh imaji yang mengatakan bahwa kau akan menjadi milikku. Bahwa kau pasti menyimpan perasaan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
03.03; Sulit Menghapus Bayangmu
PoetryPuisi dan prosa, karya yang sederhana namun penuh makna. Karena berkat mereka aku berhasil menuangkan semua rasa serta asa yang tak mampu terucap lewat bibir. Sampai akhirnya aku berani berbagi kepada kalian mengenai pahit-manis-asam-asinnya kehidup...