Astoria's problem

161 26 57
                                    

Astoria melangkahkan kakinya menuju kamarnya, kamar tersebut ia tempati bersama kakaknya, Daphne Greengrass, entah apa alasannya, Daphne selalu memaksa agar ia selalu tidur seruangan bersama Astoria.

Astoria benci itu.

Kapan ia akan bebas?
Sekali saja ia ingin memiliki sesuatu untuk dirinya sendiri.
Hanya untuknya, dan hanya miliknya.
Tidak ada penghalang, perusak, ataupun sesuatu yang mengganggunya.

Dan tebak, sekarang seorang Pansy Parkinson juga berada di ruangan yang sama dengannya, beserta Daphne tentunya.

Astoria menghentakan kakinya kasar dan melangkah menuju nakas kecil disamping kasurnya, lalu mengambil sebuah kunci dan melangkah menuju lemari bajunya.

Dia membuka lemari bajunya dan mengambil sebuah kotak berukuran sedang, lalu ia duduk di atas kasurnya.

"Ehm, hai, Tori?" sapa Pansy, merasa terkacangi Pansy akhirnya memilih untuk melanjutkan obrolan dengan Daphne.

"Lo tau gak?, dari kemarin Draco itu sifatnya aneh banget, dia jadi, ngelantur terus sering ngigau tentang seseorang, siapa ya namanya, Hebby?"

Prang, Pansy dan Daphne membeku ditempatnya, pipi kanan Pansy tersayat, ternyata Astoria melempar vas ke arah Pansy dan Daphne
"Hebby?! Kau menyebut nama perempuan jalang itu lagi?! Didepanku?!" Astoria terkekeh, dadanya naik turun menyeimbangi nafasnya yang saling memburu.

Pansy mendesah, hal ini terjadi lagi, Astoria selalu menjadi sensitive dengan nama Hebby, apa maksudnya.

"Gadis sialan itu, merebut Draco ku, merebut kebahagiaanku, dasar gadis jalang, sialan, dia selalu menghalangiku, gadis penyakitan, gila, yatim piatu, dasar sialan!!! Arghh!" Astoria menjambak rambutnya sendiri, Daphne berlari kearahnya dan memeluk Astoria, "Oh, c'mon Astoria, sadar! Astoria ingat, aku selalu disini ingat? Aku selalu ada disampingmu, tenanglah Tori" Daphne memeluk seraya mencium puncak kepala sang adik.
Air mata sudah mengalir deras di pipinya.

Pansy dengan panik menyambar handphone dari tas yang ia bawa dan menelfon Ron.

"Ron? Ron?! Tolong bantu kami, kerumah keluarga Greengrass, kumohon, bawa Potty dan kawanannya, segera"

"Well, kurasa permulaan yang baik adalah halo? Namun tak apa, nanti gue ama si Harry kesono, kapan?"

Pansy memutar matanya, terkadang kekasih nya ini memang memiliki kebodohan yang tidak pada tempatnya.

"Sekarang Ron, walaupun lo lagi di kamar mandi, ato lagi main, geret kawanan elu kesini, SEKARANG"

Pansy memutuskan sambungan teleponnya dengan Ron dan segera menenangkan Astoria yang masih memberontak dalam pelukan Daphne,
"I hate that puta*, kenapa dia tidak mati? Oh aku lupa dia sudah mati, hihi"

Astoria memang seperti ini, terkadang berubah menjadi menyeramkan seperti ini, emosi hatinya tidak dapat ditentukan setelag mendengar kata "Hebby",
Paling parah adalah kejadian minggu lalu, entah apa yang Astoria pegang, dan kemungkinan besar disana terdapat nama Hebby.

Namun Astoria langsung terkikik dan melempar semua barang didepannya, menjambak rambutnya, dan terparah, ia menodongkan pisau dapur tepat ke leher Daphne (etdah Thor, jadi genre horror :v)

Harry dan Ron sudah datang, dan kini Astoria sudah tenang, setelah ditenangkan oleh Harry dan Ron.

Mereka berempat, Harry, Ron, Pansy, dan Daphne berada di dapur, mencoba mengambil udara bersih dengan santai.

"So, kami berdua hanya dipanggil saat butuh, hah? Kasar sekali, nona Greengrass, nona Parkinson" Ron berkata sambil melipat tangannya.
Harry hanya bisa memijat dahinya.

Daphne memandang Ron malas, "Iya baiklah, maafkan aku, namun hanya kalian yang bisa kumintai tolong, dan tambahan, kau bisa menguras habis kulkasku, ada kalkun disana, dan kurasa masih ada jus?"

Ron dengan cepat melangkahkan kakinya ke dapur.
"Bagus Ron, kau memalukan diriku" Pansy memutar matanya.

"Hebby lagi?" Harry bertanya pada Daphne, Daphne hanya mengangguk,
"Sebenarnya siapa si Hebby itu?!" tanya Daphne tidak sabaran, Pansy ikut mengangguk mengiyakan pertanyaan Daphne.

"Penjelasannya lebih panjang daripada ceramah He-
Ehm, kau tidak mengenalnya, ia tidak ada bukan siapa - siapa, bukan" Harry mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Pansy dan Daphne bertanya - tanya, Harry ingin menyebutkan nama siapa?

"Intinya, apa ada paket dikirimkan kesini minggu lalu? Atau sesuatu yang berhubungan dengan nama Hebby?"

Daphne nampak berfikir, lalu ia menjentikan jarinya, dan berlari menuju kamar Astoria, ia kembali dengan membawa kotak yang tadi dipegang oleh Astoria.

"Entah paketnya seperti apa, namun Astoria selalu menjadi aneh bila melihat kotak ini, dan ia selalu melarangku melihatnya"

Harry membuka kotak tersebut, dan kotak tersebut berisikan segala sesuatu tentang Hebby.

Foto, foto, foto, dan lebih banyak foto.
Foto tersebut beraneka ragam, dari hanya foto Hebby sendiri, sampai ada foto Hebby dengan Draco.
Dan teman - temannya.

Dan gotcha, Harry menemukan sebuah kaset rekaman bertuliskan "Astoria - 5"

Ya, kuharap mereka tidak mengingatnya.

"Har, sebenarnya Hebby itu, siapa?"

Pansy mengangguk mengiyakan pertanyaan Daphne pada Harry, Harry hanya tersenyum sembari memandang lantai yang diinjaknya.

"Kalian lupa siapa dia?" Ron bertanya sambil memegang paha kalkun ditangannya.

Daphne dan Pansy hanya bisa mengangguk, Ron tertawa.

"Ini aneh Harry, apa hanya Draco, Pansy, dan Daphne yang tidak ingat?"
Harry menoleh ke arah Ron, lalu mengangguk.
"Iya, dan berterimakasihlah pada merlin karena mereka tidak ingat"

Alis Pansy dan Daphne semakin berkerut, permasalahan ini semakin sulit, bukankah Astoria hanya mengalami halusinasi? Setidaknya itulah yang dikatakan oleh psikiater mengenai Astoria.

Harry hanya mengangkat bahunya, "Belum saatnya aku menjelaskan"

"Tapi tunggu - tunggu yang lebih penting sekarang, siapa itu merlin?"

.
.
Wah Astor ampe dibawa ke psiater :v

Betewe, Happy eid mubarak untuk semua yang merayakan.
Maafkan Sisi kalau ada kesalahan,
P.s : Boleh kali THR nya.

*puta : bit*h (in spanyol kalo gak salah)

13 Reason Why - 1 | √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang