Affogato - Manisnya Affogato

12.4K 1.2K 155
                                    

Masih seperti kemarin, gerimis di pertengahan musim gugur saat Mark membuka cafe miliknya bersama beberapa pekerja.

Aroma manis segera menguar masuk ke indra penciuman para pejalan kaki yang lewat dengan terburu-buru, takut kebasahan.

Mark Lee.

Putra salah satu pengusaha kaya yang bergerak di bidang hotel and resort. Ayahnya Lee Taeyong, memberinya sebuah gedung dua lantai sebagai hadiah ulang tahun ke duapuluhnya dua tahun lalu dan ibunya Chittaphon Leechaiyapornkul-Ten, memberinya sebuah coffee maker.

Memang hanya coffe maker tapi melihat ketulusan ibunya juga ayahnya yang menyukai minuman berkafein itu. Membuat Mark berfikir ke depan dengan membuka sebuah cafe.

Sejak itu Mark mengosongkan tabungannya sejak junior high school hingga kuliah untuk mengisi gedung pemberian ayahnya dengan perabotan cafe dan dapur. Tentu dengan coffee maker pemberian ibunya sebagai icon utama dalam cafe.

Life.

Nama cafe milik Mark. Cafe bernuansa keluarga yang hangat dan penuh kasih.

Dengan motto. "The Taste Of Life"
Mark memberi rasa manis pahit kehidupan lewat cita rasa kopi dan dessert nya.

Mark Lee, pemuda kaya dengan cafe yang memiliki banyak cabang juga sebagian hotel ayahnya.

Mark tersenyum saat denting pertama pada lonceng cafenya terdengar. Seorang pemuda manis bergigi gingsul masuk sambil menggosok kedua tangannya.

"Selamat pagi.." Sapa Mark ramah.

Pemuda itu tersenyum, "Pagi.. Bisa pesan sepotong sacher torte dan vanilla latte hangat."

"Tentu.. Silahkan duduk dan kami akan antarkan pesanan anda."

"Terima kasih."

Mark menoleh mencari sosok temannya yang ia anggap adik.
"Jeno!!"

"Ya hyung.."

"Kau kuliah sore kan?"

"Iya.."

"Kalau begitu pelanggan pertama untuk mu tuan muda." Kata Mark sambil menunjuk pemuda manis bergigi gingsul dengan dagunya.

"Uh-oh! Aku tidak yakin.." Jeno menggaruk tengkuknya.

"Aku tahu ini hari pertama mu bekerja dan aku juga tahu tangan mu tidak pernah melakukan pekerjaan selama di istana mu.. Tapi kau ingin mandiri kan?"

"Iya.. Tapi.."

"Inilah saatnya memulai.. Hasilkan uang dengan keringat mu sendiri bukan keringat Jaehyun samchon."

"Hufftt.. Baiklah."

Jeno segera mengambil pesanan pelanggan pertamanya yang baru selesai di buat barista.

Mark terkekeh melihat Jeno, ia lupa kapan terakhir kali ia bertingkah sebagai tuan muda setelah membangun cafenya sendiri. Ibunya benar-benar bersikap seperti pelanggan saat datang ke cafe nya dan itu melatih Mark untuk dapat bekerja dengan baik di sela-sela pendidikan Magister nya.

"Dasar.."

Mark melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 8.35. Biasanya 'dia' datang lima menit yang lalu tapi sekarang tidak tepat waktu.

Dan itu membuat Mark khawatir.

Baru saja Mark ingin meninggalkan tempatnya untuk mengecek keadaan luar cafe, denting bel kembali terdengar.

Mark tersenyum lega, "Selamat pagi.."

Pemuda manis yang di tunggu Mark tersenyum tipis saat suara Mark menyapa indra pendengarannya.

Trilogy Of Life - Story 1 - Affogato (MarkMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang