Sequel - Bahagia Itu Sederhana

8.4K 741 68
                                    

Jemari itu bergerak perlahan, menari dengan begitu indah diatas tuts piano. Dia Na Jaemin yang sesungguhnya. Na Jaemin yang ceria dan penuh kehangatan.

Lantunan nada itu berhenti saat sebuah lengan kokoh melingkari bahunya. Jaemin tersenyum dan menerima satu kecupan manis di pelipisnya.

"Hyung sudah pulang ya?" Jaemin mendongak dan melihat wajah lelah Mark yang lucu.

Mark mengangguk dan menarik Jaemin agar berdiri.
"Aku pulang cepat.."

Jaemin terkekeh menggoda. "Iya, pulang setelah tiga hari itu sangat cepat."

"Oh ayolah Nana sayang.."

Jaemin tertawa pelan dan meraih koper yang dibawa Mark.
"Kalau begitu, hyung mandi saja dulu. Aku akan menyiapkan makan malam. Setelah itu aku akan memijat hyung."

Mark tersenyum tipis dan mengusak rambut Jaemin.
"Kau adalah yang terbaik. Inilah mengapa aku selalu rindu rumah."

"Yeah! Teruslah rindu rumah hyung, agar kau selalu ingat kami."

Mark tertawa pelan dan mencubit hidung Jaemin.
"Baiklah.. Setiap napas ku berhembus saat itulah aku mengingat kalian."

Jaemin tersenyum dan menahan bibir Mark yang bersiap menciumnya. Mark segera memundurkan wajahnya dan memutar matanya jenaka.

"Oh ayolah Jaemin."

"Tidak. Tidak. Hyung pasti tidak bisa berhenti di ciuman. Perlu tiga sampai empat jam untuk hyung 'puas' kan?"

Mark tertawa dan mengangguk. "Ngomong-ngomong dimana Jisungie?"

"Pangeran mu sedang istirahat sore Yang Mulia." Jawab Jaemin. Tangannya sibuk melepaskan dasi Mark yang terlilit rapi.

"Oh! Aku harus mengecek keadaan jagoan ku!"

"Ya.. Ya.. Jangan lupa mandi sebelum bertemu Jisung ya hyung."

"Tentu, aku akan pastikan diri ku bersih sebelum menyentuh kulitnya."

"Hahaha.. Aku jadi teringat beberapa bulan yang lalu. Astaga! Hyung benar-benar lucu."

"Berhenti mengingat hal konyol itu.. Astaga sayang ku Lee Jaemin!!"

Jaemin tertawa dan segera keluar dari kungkungan Mark.
"Sudahlah.. Cepat mandi hyung!"

Mark berdecak dan berjalan malas ke kamar tangannya menyeret asal koper besar yang dibawanya ke Dubai, sementara Jaemin hanya mampu tersenyum manis melihat Mark, suaminya sejak satu tahun yang lalu.




Denting lonceng terdengar indah saat Jaemin berjalan pelan diatas karpet merah. Lengannya melingkar nyaman di lengan Johnny. Hari yang begitu ditunggu, dimana ia melepas statusnya sebagai pemuda bebas.

Ia mendongak dan melihat sosok Mark dalam balutan tuxedo putih sedang berdiri tegap menantinya dengan senyum menawan yang membuat jantungnya berdebar gila.

Dan Mark tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Jaemin, bagaimana pemuda manis itu terlihat puluhan kali lebih cantik dan manis dalam balutan gaun putih. Gaun yang khusus dirancang oleh Ten, tentunya dengan sedikit paksaan agar Jaemin mau mengenakan gaun indah itu.

Mereka berhadapan dan saling memberi senyum hangat.

Johnny bedeham. "Mark Lee. Aku serahkan Jaemin untuk menjadi pendamping mu. Berjanjilah bahwa kau akan setia bersamanya. Setia padanya dan melindunginya."

"Aku akan korbankan hidup ku untuknya papa. Aku berjanji." Jawab Mark penuh ketegasan.

Akhirnya jemari mereka bertaut. Mereka melempar senyum sebelum sang pastur memulai pembacaan janji. Janji dimana mereka akan saling mencintai, menjaga, setia dan bersama dalam suka ataupun duka terucap penuh ketegasan, penuh kesungguhan dan rasa tulus.

Trilogy Of Life - Story 1 - Affogato (MarkMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang