Affogato - Mark Lee

5.4K 937 42
                                    

Ten, ibu Mark Lee. Ia sedang membaca sebuah buku resep masakan khas Itali saat Mark datang berkunjung.

"Good morning mom!" Sapa Mark setelah mengecup pelipis ibunya.

Ten melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit.
"Morning.."

Mark duduk disamping ibunya dan memakan biskuit gandum buatan ibunya. Ibunya adalah seorang desainer ternama, namun ia hanya melayani pesanan gaun atau setelan untuk pernikahan.

"Kau sudah mengantar Jaemin pulang?" Tanya Ten tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku resep.

Mark tersenyum, "Ya, selamat sampai di rumah."

Ten mengangguk dan tak lama ia menyerit mengingat sesuatu. "Mark bukankah ini jadwal mu ke.."

"Tidak! Aku sudah berhenti menemui psikiater sejak satu tahun yang lalu." Kata Mark cepat.

"Huh?!"

"Aku sudah tidak membutuhkan psikiater. Aku sudah berubah. Bahkan aku sudah tidak membutuhkan obat penenang."

Ten menaikkan salah satu alisnya, "Perasaan mu sudah membaik."

"Ya!"

Ten mengangguk lega. Anaknya perlahan-lahan kembali seperti yang dulu. Anak yang penuh kasih sayang dan cinta.

Tiga tahun yang lalu, Mark pernah menyukai seorang gadis cantik namun gadis itu menyukai orang lain. Klise. Cinta segitiga.

Mark tidak dapat mengungkapkan perasaannya karena gadis itu benar-benar mencintai laki-laki tersebut. Ia hanya diam mendengar seluruh keluh-kesah sang gadis yang terluka hatinya karena di bully fans sang kekasih.

Dan suatu hari gadis itu di temukan tewas gantung diri di kamarnya karena di putuskan kekasihnya yang selingkuh di tambah dengan bullying yang terus mendera.

Mark terpukul dan depresi. Perasaannya di penuhi penyesalan, penyesalan karena ia tidak dapat mengungkapkan perasaannya dan penyesalan akibat tidak dapat melindungi si gadis.

Sejak saat itu Mark adalah anak yang pendiam bahkan setelah lulus dari bangku universitas.

"Mommy sangat menyukai Jaemin." Kata Ten tiba-tiba.

Mark mengangguk. "Aku mencintainya."

Ya, Ten sangat-sangat dan amat sangat menyukai dan menyayangi Jaemin, karena Jaemin, Mark bangkit dan berjalan seperti dulu, bahkan Jaemin mampu membuat Mark mau melanjutkan studinya ke jenjang magister.

Tapi..

Ten tetap mengkhawatirkan sesuatu.

Mark sangat mencintai Jaemin, Ten tahu itu. Dan itu dapat menjadi bahaya bagi orang lain. Mark dapat melakukan apa saja pada orang yang di anggapnya menyakiti Jaemin.

Merusak kehidupannya.

Menutup peluang masa depannya.

Menghancurkan keluarganya.

Bahkan membunuhnya.

Semua itu Mark lakukan agar Jaemin, orang yang dicintainya tidak berakhir tragis seperti cinta pertama Mark Lee.

"Yaa.." Ten berkata mendayu.

Mark menyerit melihat reaksi ibunya. "Kenapa?"

Ten menatap Mark serius, "Mark kau tahu kan.. Walaupun keluarga kita salah satu yang kebal dan di prioritaskan oleh hukum, bukan berarti daddy mu akan diam saja saat kau-"

"Saat aku? Huh?! Saat aku melindungi Jaemin."

"Mark!! Itu bukan melindungi.. Kau menghancurkan masa depan seorang atlet panahan.. Merusak ekonomi banyak keluarga dan.."

"Sudahlah mom.. Mereka berhak atas itu semua.. Agar mereka sadar jika mereka tidak lebih baik dari Jaemin."

"Tapi.."

"Mommy dan Daddy tidak perlu mengurusi bagaimana cara ku melindungi Jaemin." Kata Mark dingin. Ia beranjak dari duduknya, ingin pergi dari rumah dan kembali ke apartement nya.

"Kau pikir Jaemin akan suka?!"

Deg..

Mark menghentikan langkahnya saat ibunya berkata demikian.

"Jaemin adalah anak penuh dengan welas asih.. Sementara kau? Mungkin Jaemin akan menjauhi mu jika tahu bagaimana sikap seorang Mark Lee yang dia sayangi."

"Lalu aku harus melihatnya di rendahkan dan berakhir bunuh diri."

"Pikiran Jaemin tidak sependek gadis itu." Bantah Ten lagi.

Mark mengatupkan bibirnya, ia segera pergi dari rumah dengan rahang mengeras.

Mark melajukan mobilnya ke arah rumah Jaemin. Ia ingin melihat wajah manis Jaemin untuk meredakan emosinya.

Sekitar duapuluh menit akhirnya Mark sampai di rumah Jaemin, ia segera memarkirkan range rover nya di samping toyota harrier milik ayah Jaemin.

"Mark!!!" Panggil Johnny.

Mark kebingungan mencari sumber suara sebelum ia melihat tangan Johnny melambai di balik jajaran bunga lilly dan dafodil.

"Oh!! Samchon!! Sedang apa?"

"Menanam bunga milik mama Jaemin. Masuklah, mama Jaemin sedang membuat kue."

"Oh!! Ya baiklah!! Aku juga akan makan siang." Kata Mark lalu melenggang masuk.

Johnny menggeleng jenaka, "Ya, ya!! Aku berusaha rela kau menghabiskan beras di rumah ku!" Kata Johnny bercanda.

Terdengar tawa Mark dari dalam rumah dan pekikan melengking Hansol karena kaget akan kehadiran dan tawa Mark.

"Imo.."

Hansol masih sibuk dengan adonan cookies saat Mark memanggil. "Tawa mu sangat menyeramkan Mark."

"Johnny samchon sangat humoris."

Hansol terkekeh, setuju dengan pendapat Mark.

"Hyung.."

Mark menoleh dan melihat Jaemin berjalan ke arahnya dengan bantuan anjing siberian husky putih hitam pemberian Mark enam bulan yang lalu. Mark segera menghampiri Jaemin dan memeluknya erat.

"Jaemin.. Jaemin.. Jaemin.." Lirih Mark sambil terus mengusak rambut hitam Jaemin.

Jaemin membiarkan Mark terus memeluknya dan mengusak rambutnya. Karena Mark yang seperti ini adalah Mark yang penuh beban pikiran.

"Apakah kau bahagia?"

"Bahagia ya..."

Jaemin tersenyum hangat, "...ya aku bahagia..."

"Karena Mark hyung yang baik hati bersama ku."

Saat itu juga tubuh Mark menegang. Mark mengeratkan dekapannya dan bergumam pelan.

"Aku baik hati??"

To Be Continue

Hai chapter empat up!!
Adakah yang menunggu?
Semoga chapter ini dapat menjawab pertanyaan kalian tentang bagaimana Mark yang sebenarnya.
Dan adakah yang penasaran siapa gadis yang di cintai Mark di masa lalu??

Thanks for reading..
Jangan lupa mampir di chapter selanjutnya..
Jangan lupa vote and comment..

Thanks for reading!!!! ^^

Trilogy Of Life - Story 1 - Affogato (MarkMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang