.something like

32 6 0
                                    

Lorong-lorong sempit yang berada di tengah gang permukiman terlihat amat lenggang,hanya seorang laki-laki yang menenteng bungkusan melewati lorong itu. Ia sampai di depan sebuah rumah yang terlihat lusuh dan tak terawat.

"Selusuh ini kah rumahku?!" gumamnya, lalu memasuki rumah yang adalah rumahnya sendiri.

"Aku pulang," Ia menyahut.

"Kenapa telat?" sambar seorang gadis, bertanya.

"JR memintaku menemaninya di rumahnya. Dia lagi bermasalah dengan Kak Sohyun," jawab laki-laki yang tak lain Dongho.

"Lalu, kenapa HP mu tidak bisa dihubungi?" Si gadis kembali bertanya.

"Aku takut JR curiga karena aku melihat HP ku berkali-kali, dia bahkan sempat bertanya."

Dongho melepas sepatunya, dan membaringkan tubuhnya di sofa.

"Cepat mandi lalu makan. Aku sudah siapkan makanan," ucap gadis itu lalu kembali menonton TV.

"Siapa yang menyuruhmu masak? Tanganmu belum begitu pulih. Pasti masakanmu tidak enak," canda Dongho.

"Enak kok. Aku kan hanya masak mie instan," jawab si gadis –Ahreum- sambil terkikik pelan.

"Bisa-bisa aku kekurangan gizi kalau kamu terus yang memasak."

"Udah syukur mau aku buatin makanan. Ya udah sekarang, cepat mandi lalu makan," perintah Ahreum.

Tapi, Dongho masih asyik membaringkan tubuhnya.

"Kang Dongho! Cepatlah mandi," bentak Ahreum.

"Tidak mau. Panggil aku Baekho dulu," balas Dongho, manja.

"Astaga. Baiklah. Baekho, bangun! Kamu harus segera mandi," Ahreum mengalah.

"Iya, ahreumdaeun nae sarang," ucap Dongho lalu berdiri.

"Dongho! Namaku hanya Ahreum, tidak pakai tambahan berlebihan begitu," teriak Ahreum kesal lalu melemparkan bantal sofa pada Dongho, tapi Dongho dapat menghindar dan segera masuk ke dalam kamar.

"Dasar Kang Dongho," umpat Ahreum, lalu tersenyum sendiri.

###

Jalanan itu begitu ramai dengan suara mesin motor dan para manusia yang berteriak histeris di pinggir jalan.

Motor-motor melaju cepat, berusaha menjadi yang terdepan. Garis finish di depan mata, motor sport berwarna merah melajukan motornya dengan sangat cepat.

Semua orang berteriak histeris ketika motor sport merah itu mencapai garis finish. Dengan bangga pengemudi itu melepas helm nya dan menorehkan senyum kemenangan.

"Kau menang lagi," ucap seorang lain yang juga mengikuti balap liar tadi.

Pengemudi motor sport merah itu tersenyum. "Itu hal yang biasa, Lee Jeongmin."

"Bagaimana kalau kita taruhan?" Ajak Jeongmin.

"Kau berani menantangku dengan kemampuanmu yang seperti itu?!" remeh si pengemudi motor sport merah.

"Kau tidak akan melawanku. Aku kenal seseorang yang jauh lebih baik darimu," ucap Jeongmin

"Siapa? Tidak ada yang bisa menandingi kemampuanku disini," jawabnya menantang.

"Dia tidak pernah balapan disini. Jadi, kau menerima tawaranku?" Si pengemudi motor sport merah mengangguk.

"Yang kalah harus menyerahkan motornya dan berlutut di depan yang menang. Bagaimana?" tawar Jeongmin.

"Aku tidak mau semua itu. Aku hanya mau kau membantuku memasuki kelas 3'8," ucap pemilik motor sport merah.

"Kalau begitu, bagaimana kalau berlututnya di sekolah?" saran Jeongmin. Pemilik motor merah sedikit terkejut, lalu akhirnya mengangguk.

"Apa yang ingin kau lakukan ke kelas 3'8? Itu sama saja memancing harimau yang siap menerkammu," tanya Jeongmin penasaran.

Namun lelaki pemilik motor sport merah hanya tersenyum lalu memakai helmnya.

"Sampai bertemu besok lusa untuk taruhannya." Si pengemudi menjalankan motornya.

Jeongmin melongo. "Besok lusa? Secepat itu? Matilah aku." Jeongmin menepuk dahinya.

###

Waktu istirahat telah tiba. Semua siswa keluar dari kelasnya masing-masing. Tak terkecuali Jeongmin yang berjalan cepat menuju kelas 3'8 yang berada di samping kelasnya, 3'7.

Jeongmin segera mendekati gadis yang baru saja keluar dari kelas 3'8.

"Jiyoung! Kang Jiyoung!" panggil Jeongmin. Gadis itu berbalik.

"Ada apa, Jeongmin?" tanya Jiyoung.

"Kau mau membantuku ?"

"Bantu apa ?"

"Kita ke kantin dulu. Aku traktir," ajak Jeongmin, yang dibalas anggukan oleh Jiyoung.

Mereka sampai di kantin.Lalu memesan makanan

"Ada apa?" tanya Jiyoung memulai pembicaraan.

"Seseorang menantangku balapan liar, tapi jelas kemampuanku di bawah dia. Jadi, aku meminta bantuanmu untuk menggantikanku. Dia tau kalau yang melawannya orang lain, bukan aku. Kau setuju kan?" jelas Jeongmin, yang langsung dibalas tatapan ogah dari Jiyoung.

"Kau pikir aku apa? Aku tidak mau balapan lagi," tolak Jiyoung cepat.

"Kenapa? Ayolah Jiyounga. Aku akan memberikan apapun yang kau mau asalkan kau menerima tawaran ini," paksa Jeongmin, tidak menyerah.

"Bagaimana kalau aku kalah?"

"Tidak masalah. Tapi, aku yakin kau tidak akan kalah." Jeongmin tampak yakin.

"Memangnya siapa lawanku itu?" tanya Jiyoung

"Dia dikenal dengan nama RC-Speed. Tapi, aku tidak tau nama aslinya. Dia selalu memenangkan balapan liar di daerah tempatku main."

"Baiklah. Tapi, kau janji akan memberikan apapun yang aku mau kan?"

"Tentu. Tapi, kau juga harus berusaha menang."

"Pasti. Kapan balapannya?" tanya Jiyoung.

"Besok lusa," jawab Jeongmin. Jiyoung mengangguk mengerti.

Mereka pun melanjutkan makan. Tapi, tampaknya Jiyoung sama sekali tidak fokus dengan makannya. Berkali-kali ia memeriksa HP-nya yang tidak berdering.

Jeongmin menyadari hal itu. "Kau menunggu telepon seseorang?"

"Iya. Sudah beberapa hari ini dia tidak menelponku. Aku tahu dia memang sangat jarang menelponku, tapi kan..." Jiyoung tidak melanjutkan ucapannya.

"Pacarmu yah?" tanya Jeongmin hati-hati. Jiyoung mengangguk lemas.



Salam Nealra. 28 Juni 2017

The Way of Love ;94l-95lTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang