"Bagaimana mungkin dia bisa mencintaiku? Kenal saja baru sebulan. Dan tak pernah ada interaksi langsung. Kalaupun iya dia mencintaiku, kenapa dia tak sebutkan alasan yang jelas dan kenapa harus aku?" gumamku setelah membaca secarik surat dari seorang laki-laki bernama Gilang
"Udahlah kamu gak usah fikir terlalu lama. Jarang-jarang lho kamu punya pacar seorang santri. Gimana?" Ujar Ulfani
"Iya. Lagipula nih ya, kalau kamu dekat dengan si Gilang itu, kan aku jadi bisa ada kesempatan buat dekat sama si Rofi. Ayolah ra. Masa kamu tega membiarkan sahabatmu ini cintanya bertepuk sebelah tangan" Rayu Laila
"Tapi kalau nanti ketahuan ustadzah gimana?" Tanyaku
"Gapapa kok. Aku buktinya enggak" timpal seorang perempuan dari balik pintu, namanya Naira. Rupanya dari tadi dia menguping pembicaraan kami.
"Hubunganku sama Rifki memang pernah ketahuan. Tapi lihat, buktinya aku masih bisa kan tetap bersama sama dia. Kamu harus pintar-pintar aja jaga rahasia. Aku dukung kok kamu sama Gilang. Kan Gilang sahabatnya Rifki, jadi aku tau sifat dia kayak gimana. Dia baik kok" ujar Naira tersenyum
Aku benar-benar bingung. Logika ku mengatakan bahwa aku tak apa jika menerima cintanya. Lagipula aku masih muda dan tentunya remaja sangat wajar jika mencintai. Namun hati kecilku berteriak seakan melarangku. Aku diam sejenak.
Ku genggam surat ini dan ku putuskan untuk menuruti permintaannya untuk menemuinya sekarang dibelakang pondok. Aku melangkah keluar kamar diikuti dengan teman-temanku. Teman-temanku bersembunyi dibalik tembok. Aku segera menghampiri ikhwan bertubuh tinggi itu. Ternyata ia bersama dengan teman-temannya.
"Assalamu'alaikum" ujarku
"Wa'alaikumsalam, ciyelah datang tuh" jawab mereka dan suasana menjadi ribut dengan candaan-candaan mereka.
"Kamu udah baca suratku ya?" Tanyanya menatapku. Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Ada rasa senang dan ada juga rasa kegelisahan dihati ini. Walau sebenarnya hati ini sedang berteriak dan mengatakan 'JANGAN LAKUKAN INI'
"Jawabanmu gimana ?" Tanya Gilang, aku menghela nafas dan kemudian mengangguk.
"Menggangguk itu artinya apa? Jangan buat aku bingung dong" tanyanya lagi
"Iya. Aku menerima cintamu" jawabku dengan malu. Lalu teman-temannya bersorak dan saling tos. Aku membalikkan badan dan langsung berlari ke arah teman-temanku. Lalu kami berlari ke dalam kamar pesantren. Teman-temanku berkumpul di atas kasurku sambil bertanya-tanya.
"Wah wah yang udah menerima cinta"
"Eh tadi ada si Rofi ya?"
"Kamu gak akan nyesel deh haha"
"Iya dia orangnya setia kok"
"Cie aku yang jomblo bisa apa"
Sepertinya mereka sangat senang. Mereka terus bicara dan menggodaku. Tapi kenapa hatiku ini rasanya tidak sepenuhnya senang? Begini kah rasanya memiliki hubungan dengan lawan jenis? Kenapa kegelisahan begitu nyata dihidupku semenjak aku menerima cintanya. Apakah keputusanku saat ini salah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Cinta
SpiritualMengenai deskripsi, langsung baca aja ya💌 insyaallah inspiratif dan diupload setiap hari^_^ terimakasih:)