Part 6

2.3K 85 6
                                    

         Aku ingin mencari buku tentang aturan hubungan antara lawan jenis diperpustakaan, tapi perpustakaannya masih terkunci rapat. Padahal aku sangat membutuhkan buku itu. Untuk menambah pengetahuanku juga.
      
         "Cari apa?" Tanya seorang dibelakangku, aku terlonjak kaget dan berbalik badan, ternyata Ali lagi. Kenapa aku terus menerus bertemu dengannya (?)
       
        "Yang pasti bukan cari kamu!" Jawabku sinis, dia hanya menunjukkan wajah datarnya. Lalu memutar bola matanya, dan berjalan menjauhiku. Tunggu! Aku lihat dia menggenggam sebuah kunci. Aku berlari menghampirinya.

        "Eh eh tunggu" panggilku

        "Saya punya nama dan nama saya bukan eh! Mau ngapain kamu mengejar saya? Katanya kamu bukan mencari saya?" Ujarnya sinis

        "Iya afwan Ali! Aku cuma mau minta kunci perpustakaan. Itu dipegang sama kamu kan kuncinya?" Tanyaku dengan lembut, jika tidak maka dia akan sinis lagi kepadaku.

        "Tunggu, darimana kamu tahu nama saya Ali? Jangan-jangan kamu mencari tau tentang saya ya sama orang-orang dipesantren ini agar dapat informasi" tebaknya

        "Sungguh geermu overdosis tau nggak! Tuh lihat, di baju kamu ada nama Ali. Kamu fikir aku fans kamu gitu? Gak ya! Nanti aku malah diterkam lagi" ujarku sambil melotot

        "Ukhti senang sekali ya melototin saya, okelah kalau gitu, gak saya kasih kuncinya" jawabnya dengan santai

        "Enak banget kamu ngomong. Kamu fikir perpustakaan ini punya nenek moyang kamu? Seenaknya banget sih ini kan tempat umum. Itu sama aja kamu menghalangi seorang untuk mencari ilmu, jadi gini nih orang yang dipercaya sama pesantren" ujarku sambil tersenyum jahat

        "Saya diamanahkan untuk menjaga perpustakaan sementara guru yang lain rapat. Nanti kalau saya membuka untuk kamu, saya yang kena marahnya" tegasnya kepadaku

        "Kenapa begitu sih? Oke lah aku pergi dari sini. Assalamu'alaikum!" Ujarku sambil melangkah

        "Wa'alaikumsalam Zahra" jawabnya, aku terhenti. Bagaimana dia bisa tau namaku? Ah sudahlah, daripada nanti aku geer berkepanjangan lebih baik aku pergi.
                               *****
        "Zahra?" Panggil seseorang. Yap! dia telah memenuhi permintaanku untuk datang ke taman pesantren ini. Gilang.

        "Aku mau kita gak pacaran lagi. Udah cukup aku merasa gelisah karena hubungan ini!" Tegasku

        "Kenapa Ra? Aku sungguh mencintai kamu" Ujarnya, aku lihat ada air mata mengalir ke pipinya. Loh? Masa cowok nangis sih-_-

        "Kenapa nangis?" Tanyaku tanpa menatapnya, ia hanya terus menunduk dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

        "Jadi cowok jangan cengeng deh kamu. Apa-apaan sih pake nangis segala" timpalku sambil memutar bola mataku, jujur, ini membuatku muak. Masa gara-gara aku tinggalin dia kaya gini sih?

        "Oke oke kita masih pacaran! Dan stop drama" ujarku lalu pergi meninggalkannya. Aku sangat bingung harus melakukan apa. Aku tak ingin membuatnya menangis karena aku, apa aku menyakitinya? Jangan sampai sewaktu-waktu dia bunuh diri, itu yang membuatku mengurungkan niatku.

        "Zahra dipanggil Ustadzah Atika" Teriak seorang santriwati saat aku melewati lapangan, ya mungkin Ustadzah Atika ingin meminta bantuanku. Aku berlari menuju ruangannya.

        "Assalamu'alaikum" ucapku sambil mengetuk pintu,

        "Wa'alaikumsalam,masuk" ucapnya, aku membuka pintu lalu mencium tangan beliau. Lalu aku duduk didepan meja beliau. Aku tersenyum kepada beliau namun wajah beliau tak secerah biasanya, menunjukkan kemarahan atau kekecewaan mungkin. Aku fikir ini tak akan baik.

        "Sejak kapan kamu pacaran?!" Tanya Ustadzah dengan tegas. Bagaimana ini terjadi? Kenapa beliau bisa tau?

        "Maaf ustadzah... zahra gak berm--"

        "Kapan para ustadzah mengajarkanmu untuk pacaran Zahra? Kapan? Mengapa kamu mengecewakan Ustadzah?" Aku hanya bisa menunduk dan tak terasa air mataku mengalir deras. Aku sama sekali tak berani menatap Ustadzah.

         "Zahra, kamu harus tau. Ustadzah disini mendidik kamu untuk menjadi wanita sholihah, bukan wanita yang pandai bermaksiat. Segeralah taubat Zahra." Ujar Ustadzah Atika dengan suara lirihnya, aku mencoba menatap wajahnya, ternyata beliau pun ikut menangis.

        "Zahra minta maaf Ustadzah... Zahra janji Zahra tidak akan mengecewakan Ustadzah lagi karena pacaran. Zahra janji ini yang terakhir" ujarku sambil menangis lalu berlari memeluknya.

        "Terimakasih Zahra" ucap ustadzah lirih sambil membalas pelukanku.
                           *****
        Aku merapikan barang-barangku dan bergegas untuk berpindah kamar. Semua teman-temanku menangis dan membentuk lingkaran didepan ranjangku. Aku tersenyum menahan kesedihanku. Tak apa lah. Mungkin ini memang yang terbaik.

        "Kamu kenapa pindah ke asrama Ustadzah Ra? Apa kamu mau melupakan kita?" tanya Ulfani dengan isak tangisnya

        "Iya Ra. Kamu jahat ninggalin kita. Kamu gak mau lagi kan jadi temen kita? Gara-gara kita udah maksa kamu buat pacaran sama Gilang" ujar Laila dengan senyuman sinisnya disertai air mata.

        "Teman-teman, aku ninggalin kalian bukan untuk melupakan kalian. Aku hanya ingin berubah menjadi lebih baik, dan harus dituntun juga diawasi oleh para Ustadzah. Aku janji aku gak bakal melupakan kalian." Jawabku sambil tersenyum, Annisa tersenyum penuh arti sambil memandangku.

        "Kamu berapa lama di asrama ustadzah Ra?" Tanya Annisa

        "Hanya 2 minggu kok. Setelah itu aku kembali ke kamar ini. Udah kalian jangan nangis terus dong. Aku juga pindah kamarnya mulai besok kok" jawabku

        "Selama 2 minggu kamu belajar dan sholat di asrama ustadzah?" Tanya Naira

        "Iya hehe" jawabku

        "Teman-teman aku keluar sebentar ya, ada satu masalah lagi yang harus aku selesaikan, setelah aku balik lagi, gak boleh ada yang nangis pokoknya, assalamu'alaikum" pamitku

        "Wa'alaikumsalam" jawab mereka serempak, lalu aku melangkah keluar dari kamar Santri Khadijah 2.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang