Semua Murid SMA Angkasa berhamburan pulang, terkecuali Pinus Yang Tinggal sendirian di kelasnya. Ia menengok ke sampingnya mencari teman sebangkunya Mili tetapi tidak ada. Ponsel di sakunya berbunyi menandakan ada panggilan masuk, terteralah nama Mili di layar handphonenya.
" Halo Pinus, sorry gue buru-buru pulang tadi. Soalnya Kak Angga maksa gue harus pulang sama dia. Oh iya lo mau nemuin kak Vendra kan? kata kak Angga dia masih ada di kelasnya kok sama temennya yang lain. Semangat ya Pinus semoga berhasil!" kata suara di seberang sana.
Belum sempat ia menjawab sambungan di putus sepihak oleh Mili. Dasar penghianat, katanya mau bantuin ngambil buku hariannya malah duluan pulang sama Pacarnya. Awas aja besok. Pinus berdecak kesal, ia pun berjalan menuju kelas Vendra.
Sementara itu Mili menatap cowok di sampingnya," udah beres?" tanya cowok tersebut.
" udah Kak, tapi gue kasian deh ngeliat dia soalnya dia pemalu orangnya. Temen kakak gak berlebihankan nanti ngejailinnya." Tanya Mili pada Pacarnya. Angga.
" Mudah-mudahan aja enggak, gue juga gak bisa jamin. Vendra itu orangnya jail banget. Gue juga kasian liat nasib temen lo itu. Abisnya mau gimana lagi dia maksa gue tadi." Kata Angga.
" Tapi kok dia bisa tau ya gue bakalan nemenin Pinus ngambil bukunya? awas aja kalo temen gue sampe kenapa-napa. Ya udah kita pulang aja ." Ajak Mili dan menaiki motor Angga yang melesat menembus jalanan ibu kota.
Sesampainya Pinus Di depan kelas Vendra ia ragu ingin masuk, terlihat Vendra sedang bersama Kedua temannya yang tertawa. Ia menghembuskan nafasnya dan melangkah masuk kesana, Oke Pinus Kamu pasti bisa. Ia menyemangati dirinya sendiri demi buku hariannya.
" Ekhem.. " ia berdehem membuat ketiga cowok itu menatapnya.
Vendra menaikan satu alisnya dan mengulum senyuman. Tidak sia-sia di menyuruh Angga, ia pikir akan Gagal.
" Eh ada temennya Mili. Kenapa mau nyariin Mili ya? Dia udah balik tadi sama Angga." Kata Bayu.
" Bukan kak, emm...aku mau ketemu Kak Vendra," dan yang di sebut namanya pun menoleh.
" Ven di cariin tuh, diem aja sariawan lo," Ucap Aska yang di tertawai Bayu.
Pinus tersenyum sesaat," Kak buku yang tadi kakak pegang itu Punya aku?" tanya Pinus to the point.
" buku yang mana? buku yang saya pegang banyak." Jawab Vendra.
" Buku yang gambar doraemon itu ya?" tanya Bayu tiba-tiba.
" iya yang gambar doraemon itu." Jawab Pinus.
Vendra menatap Bayu sinis, ia pun mengeluarkan buku tersebut dari dalam tasnya.
" Kalo mau buku ini ada syaratnya." Kata Vendra dan membuat kedua temannya saling berpandangan.
" tapi jangan susah-susah!" kata Pinus.
" Buatin Saya Puisi, terserah tentang apa" ucapnya santai.
" gila ni anak otak jailnya main terus. Temen lo tu" bisik Aska pada Bayu yang hanya geleng-geleng kepala.
" Aku gak bisa buat Puisi"
" berarti buku ini jadi Milik saya, saya kasih waktu 5 menit dari sekarang."
Tanpa berpikir panjang Pinus pun membuka tasnya mengambil sebuah kertas dan pena. Ia duduk di bangku paling depan dan siap mengarang indah. Entah apa jadinya Puisinya ini. Tapi kenapa juga ia harus melakukannya, bukannya itu bukunya.
" Waktu habis, silakan di bacakan!" kata Vendra sambil memainkan Handphonenya. Kedua temannya pun ikut mendengarkannya.
" tapi bukannya kakak baca sendiri aja masak harus di bacain, malu." Pinus menundukkan kepalanya.
" Gak papa, kita gak akan ketawa dengerinnya" kata Bayu meyakinkan.
Pinus menarik nafasnya dalam-dalam dan mulai membacakannya," Kau tau apa yang kusuka? itu adalah senyum mu. Kau tau apa yang ku benci? itu adalah tangismu. Kau tau apa yang ku nanti? itu adalah cintamu dan kau tau apa yang kuinginkan? itu adalah dirimu." Pinus melihat reaksi ketiga kakak kelasnya itu mendengar puisi abal-abalannya.
" Katanya gak bisa, tapi bagus puisinya," Kata Aska dan menyengol pundak Vendra yang terus menatap Pinus.
" kata siapa bagus ? Ulang! " Vendra menatap acuh ekspresi Pinus yang terlihat kesal. Dalam hati ia tetawa betapa polosnya adik kelasnya ini. Kenapa pula mau-maunya ia suruh beginian. Semakin membuatnya tertarik.
" Lagi? tap—" ucap Pinus terpotong.
" Terserah, waktu kamu Cuma sekarang atau mau bacain puisinya di depan semua orang besok?" tanyanya dan mendapatkan gelengan dari Pinus.
Dengan berat hati ia kembali mengarang puisi lagi.padahal puisi yang ia buat tadi sangat bagus tapi emang dasar Vendra saja yang tukang jahil.
" Jangan terlalu sadis-sadis amet Bro, kasian dia. Gue cabut dulu cewek gue udah nungguin di cafe. Yukk Bay, lo ikut gue!" Aska berjalan keluar kelas dan di ikuti Bayu di belakangnya. Tapi sebelum pergi Bayu memperingati Vendra," Awas lo anak gadis orang jangan diapa-apain, entar emaknya Ngamuk bisa kelar hidup lo."
Pinus menghampiri Vendra dan bingung saat hanya Vendra sendiri, kemana kedua temannya? Tanyanya dalam hati.
" Udah? Baca yang puitis pakek hati!" Titah Vendra pada gadis didepannya ini yang di balas anggukan olehnya.
" Cinta... Hanya satu kata, tapi entah mengapa aku tak dapat memahaminya. Cinta... hanya satu kata tapi mengapa ia enggan di sentuh dengan kelembutan. Ia datang dengan tawa dan berakhir dengan luka. Kenapa? Kenapa kau datang jika hanya menyakiti.kenapa? kenapa kau datang membuat tangisan? Bisakah aku menggapaimu? Bisakah aku memilikimu? Walau aku tidak mempercAyaimu dengan semua alasanmu."
" Cukup! Ni ambil buku nya! Jangan ceroboh keberuntungan gak dateng terus-menerus," Vendra meletakkan buku tersebut di atas meja dan berjalan keluar kelas dengan ekspresi yang tak dapat di baca.
Pinus mengambil buku tersebut dan menatap kepergian laki-laki itu dengan bingung. Dalam hati ia menggerutu kesal, untung ganteng. Tak mau ambil pusing ia memasukkan buku hariannya dalam tas lalu menelepon supir pribadinya untuk menjemputnya.
Yang tidak ku mengerti dari sebuah pertemuan mengapa harus ada perpisahan
SORRY KALO GARING
typo bertebaran...