"Shoot" sebuah tournament yang di ikuti remaja untuk mendapatkan sebuah "Goblet" (semacam cangkir yang berbentuk seperti piala). Goblet dapat mengabulkan permintaan dari orang yang meminum air yang terdapat didalalamnya. "Shoot" diadakan setiap 5 tahun sekali dan diikuti hanya oleh remaja tertentu. Tahun ini adalah tahun dimana "Shoot" akan diadakan lagi. Ini merupakan tournamen ketujuh yang akan diadakan. Tak banyak orang yang mengetahui tournament ini. Karena ini merupakan tournament rahasia. Hanya organisasi atau keluarga tertentu saja yang mengetahuinya.
. . . . . . . . .
Namaku Harwindo Ridho Syah Alam. Lebih dikenal dengan nama Alam. aku tinggal di Kediri bersama dengan chada karena kedua orang tuaku telah meninggal dunia. Mereka meninggal karena dibunuh. Ada seseorang yang mengatakan kalau mereka mati dibunuh oleh salah satu anggota dari kelompok yang mengikuti "Shoot". Karena hal tersebut aku sangat membenci hal-hal yang berkaitan dengan tournament tersebut. Meskipun orang tuaku juga mengikuti tournament itu.
Tahun ini tournament itu akan diadakan kembali. Banyak keluarga atau organisasi bergabung untuk membentuk tim. Agar mereka bisa memenangkan tournament ini.
"Al tahun ini tournament "shoot" akan diadakan kembali. Bagaimana menurutmu?" tanya chada
"aku tak memperdulikan hal itu. Tak ada yang menarik dari hal itu."
"Ayahmu dulu seorang shooter (shooter=seseorang yang ikut dalam tournament shoot). Dia bersama ibumu bergabung dalam satu grup. Kenapa kau tak mengikuti jejak mereka?"
"mengikuti tournament tersebut hanya tindakan bodoh saja. Sudah aku mau berangkat dulu." Sambil berjalan meninggalkan nya.
selama satu minggu ini chada terus membicarakan tentang "shoot". Ia membujuk ku agar aku ikut "shoot". Meskipun begitu keputusan ku untuk tidak ikut tetap kuat. Ketika diajak bicara tentang "shoot" aku lebih memilih untuk pergi dari pada mendengarkan omongan yang tidak penting.
Sesampainya aku disekolah aku dikejutkan dengan ada nya sebuah surat di dalam lokerku. Ku buka surat itu didalam nya berisi :
Hay Alam kamu adalah salah satu kontestan dalam "shoot" segera persiapkan dirimu. Satu minggu lagi tournament akan dimulai apabila kau tak bersiap-siap kau kan mati.
Tertanda EAGLE EYEs.
Seperti itulah isi surat yang ada di dalam lokerku. Karena sudah hampir masuk aku bergegas masuk kekelas dan aku melupakan apa isi surat itu.
. . . . . . . . .
"tet.....tet.." suara bel istirahat.
Waktunya bagiku untuk makan siang dan mengistirahatkan mata dan tubuhku dari kejenuhan kegiatan hari ini. Aku pergi ke kantin untuk membeli makanan kemudian aku pergi ke tempat rahasia ku. Di tempat ini aku bisa mendapatkan ketenangan. Di gazebo belakang ini jarang sekali ada orang yang mau menempatinya karena tempat nya yang berada di belakang bangunan sekolah. Memang sedikit tidak terawat dengan banyak ditumbuhi semak belukar sehingga tempat ini tertutup rapat. Setelah sedikit kubersihkan tempat ini menjadi kamar tidur kedua bagiku.
"ahhh. Akhirnya aku bisa bersantai."
Ketika aku beristirahat aku terkejut dengan adanya suara di gudang sebelah. Dengan mengendap-ngendap aku coba mengintip dari balik semak belukar yang tumbuh lebat di sekitar gazebo. Terlihat dua orang laki-laki sedang berbicara.
"maukah kamu gabung dengan tim ku? kita bisa memenangi "shoot" dan mendapatkan Goblet." Tanya seseorang cowok yang memakai jaket merah.
"maaf aku akan bergabung dengan tim yang ku inginkan. tanpa ada nya paksaan" jawab Yasser.
"pikirkan baik-baik apa yang kutawarkan" kemudian seseorang yang mengenakan jaket merah pergi meninggalkan Yasser. Sedikit penjelasan tentang nya. Yasser Arafat biasa dipanggil Yasser. Dia adalah teman sekelas ku dia termasuk keluarga Arafat. Keluarga pendiri yayasan bela diri di asia. Dia menguasai satu bela diri yaitu wushu. Dan sepertinya keluarga nya juga termasuk kontestan dalam "shoot".
Setelah mereka berdua pergi aku kembali ke tempat rahasiaku dan meneruskan tidur siangku. Ketika terlelap aku bermimpi tentang kedua orang tuaku saat menyenangkan ku bersama mereka. Seketika aku bangun dari tidurku dan aku mulai merasakan rindu pada mereka. Sejenak ku mengingat mereka. Tanpa terasa air mataku menetes.
"eh aku menangis. Untung saja tidak ada orang disini" ujar ku sambil menghapus air mataku"
Sepulang sekolah aku bertemu dengan Arlan di depan sekolah. Arlan adalah anak konglomerat dia hebat dalam berbagai bidang. Dia adalah teman masa kecilku. Hamper setiap hari kami bermain bersama. Entah apa yang membuat hubungan kami agak renggang. Namun yang pasti hubunganku dengan dia tak terlalu baik sekarang. Dia membisikkan sesuatu kepadaku.
"hey al. jika kau tak ikut . Aku akan menghancurkan apa pun yang dekat denganmu." bisik Arlan padaku.
Entah apa yang dimaksud Arlan Aku sendiri tidak mengerti. Namun Sepertinya itu sebuah ancaman atau peringatan untukku. Tapi aku tak ingin terlalu memikirkan nya.
Sesampainya aku dirumah aku dikejutkan dengan rumah yang dalam keadaan rusak berat. Aku mencoba mengecek ke dalam rumah. sungguh terkejutnya diriku menemukan chad dalam keadaan berlumuran darah.
"hey chada apa yang terjadi? Siapa yang melakukan hal ini?"
"tak usah kau pedulikan aku. Waktu ku sudah tak lama lagi. Ambil ini, ini milik ayahmu. Jaga dirimu dengan ini. Maaf aku tak bisa melindungimu lagi." Sambil memberikan sebuah pistol padaku.
"tunggu Chad aku akan memanggil bantuan. Bertahanlah untuk waktu yang lama. Rumah Sakit jauh dari sini"
Tak berapa lama kemudian ambulans datang dan membawa chad ke rumah sakit. Tapi sepertinya Chad sudah tak bisa bertahan.
"semoga kau diterima disana chad. Kau adalah orang baik" gumamku
. . . . . . . . .
Setelah berbenah dan bersih-bersih rumah aku beristiraht sebentar di teras rumah. ketika beristirahat aku ingat pistol yang diberikan chad. Kemudian aku mengambil nya. kuperhatikan setiap detail yang ada pada pistol yang bewarna hitam dengan ukiran berwarna emas di genggammannya yang bertuliskan "kill or be killed".
"kruukkk......" suara perutku
"ahh..aku lapar.."
karena chad sudah tak ada jadi tak ada yang memasakkan aku makanan lagi.
"makan apa ya enak nya?" gumamku dalam hati
Tiba-tiba aku teringat dengan tempat yang dulu sering aku kunjungi bersama orang tuaku. Di sana aku sering makan mie goreng dan es krim.
"oke kalau begitu aku akan makan disana saja. Yosshh berangkat"
Setelah berganti pakaian aku berangkat kesana menggunakan sepeda ku. tak butuh waktu lama untuk sampai disana karena jarak tempat makan yang kutuju dengan rumahku tak terlalu jauh. Sesampainya disana aku bertemu dengan Fani adiknya Arlan. dia terlihat sendirian saja disana. Jadi aku menghampirinya.
"hai fan, kog sendirian aja? " sapaku
"eh alam. aku lagi pengen makan sendirian aja. Aku denger tadi rumah mu di serang ya?" jawab Fani
"iya. Dan chad yang menjadi korbannya." Jawabku sedih. "eh berarti aku ganggu ya?"
"aku turut berduka atas itu. Enggak kog lam. Aku seneng ada kamu disini aku jadi ada temennya" jawab fani
Setelah aku memesan makanan kami meneruskan berbincang-bincang kami untuk waktu yang lama. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.
"sudah jam 8 nih Fan ayo pulang?" ajakku pada Fani
"ayo. Aku juga sudah merasa mengantuk"
Ketika perjalanan pulang. Langkahku terhenti karena ada seseorang yang memanggil namaku. Entah siapa dia, aku tak bisa melihat wajahnya karena tertutup topeng. Tapi dia mengatakan kalau dia yang telah menghancurkan rumahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot (war has begun)
FantasyShoot sebuah tournament rahasia untuk merebutkan goblet. dalam satu tournament terdapat 100 orang peserta, namun di akhir tournament hanya ada satu yang selamat atau tidak ada yang selamat sama sekali. tidak akan ada pengganggu yang hidup. no pain...