"Even though it's dangerous, come closer, a little more. I can't stop it."
Aku dan Naomi sampai di lokasi syuting empat puluh menit kemudian. Pembuatan musik video Naomi hari ini mengambil lokasi di luar ruangan, tepatnya di taman Han. Suasana di sekitar lokasi telah ramai oleh para kru maupun penggemar Naomi yang ingin melihat idolanya secara dekat. Mereka tampak antusias sekali.
Setelah memarkirkan mobilku di tempat yang seharusnya, lantas aku keluar lebih dulu lalu membukakan pintu untuk Naomi. Gadis itu menyunggingkan senyum terima kasihnya yang ramah.
"Aku harus merias wajahku dulu dengan In Na unni. Sebaiknya kau mengobrol dengan Jackson disana, aku takut kau akan mati kebosanan karena menungguku," saran Naomi sambil menunjuk ke arah Jackson yang sedang mengobrol dengan seorang pria.
"Tidak bisakah aku bersamamu saja? Kau tidak perlu khawatir, aku tidak akan bosan selama bersamamu."
Kedua mata Naomi terbelalak disertai dengan tawa kecil. "Kau serius? Wah, bahkan Jackson tidak pernah berkata seperti itu."
Lagi-lagi Jackson.
"Baiklah, terserah kau saja," ucap Naomi dan aku hanya mengangkat bahuku sambil tersenyum. Kemudian aku mengikutinya menemui si penata rias yang ia maksud.
"Selamat pagi unni," sapa Naomi ramah dan seorang perempuan yang dipanggilnya langsung menyunggingkan senyum lebar. Ia menyuruh Naomi duduk di kursi di hadapannya.
"Oh, kau bersama seseorang?" tanya In Na ketika melihatku. Raut mukanya agak terkejut, kurasa ia mengenaliku. "Perkenalkan, aku Choi In Na. Kau Im Jaebum kan?" tebaknya.
Aku mengangguk sambil tersenyum tipis. Sepertinya berita itu memang sudah tersebar dengan luas. Tanpa kusadari banyak orang yang mengenali wajahku. Bahkan aku pun tak pernah bertemu dengan mereka sebelumnya. Aku menempati kursi di samping Naomi.
"Unni, kau pasti sering membaca berita tentangku," ujar Naomi dengan raut muka yang ceria. Kenapa sikapnya santai sekali? Apa ia senang jika memiliki skandal denganku? In Na memberi Naomi segelas kopi lalu kembali sibuk menyiapkan peralatan untuk merias wajah sang artis.
"Yah, siapa yang tidak akan membaca berita yang sedang heboh-hebohnya," In Na memoleskan bedak di wajah Naomi dengan telaten. Seperti seorang ibu yang sedang mendandani anak gadisnya.
"Jangan berlebihan unni. Itu hanya gosip," Naomi menoleh lalu tiba-tiba menggenggam tanganku. "Kami adalah sahabat dekat dan apa yang mereka tulis tidak sepenuhnya benar."
Entah kenapa aku merasa kecewa saat Naomi mengucapkan kata 'sahabat'. Apa ia tidak menganggapku serius selama ini? Padahal aku telah beberapa kali mengatakan tentang niatku untuk mendapatkannya.
"Cinta bisa bermula dari persahabatan, Naomi. Apa kau tidak pernah mendengarnya?" In Na masih bersikeras. Sekilas ia melirikku sambil menyunggingkan senyum penuh arti. "Lagipula menurutku Jaebum ssi ini adalah lelaki yang baik. Dia bahkan mau menemanimu syuting. Padahal menunggu itukan pekerjaan yang sangat membosankan."
"Itu karena aku juga tidak ada pekerjaan hari ini. Jadi aku bisa menemani Naomi," balasku singkat. Aku tidak ingin membesar-besarkan apa yang baru saja In Na ucapkan. Alasannya adalah karena tidak mau membuat Naomi merasa kurang nyaman dan tidak ingin ada berita tentang kami tersebar lagi.
"Astaga, lihatlah dia sangat pengertian," ucap In Na dengan suara yang dibuat-buat.
"Unni, kenapa kau bicara seperti itu sih?" Naomi tampak salah tingkah dan rona merah perlahan muncul di kedua pipinya yang berwarna pucat. "Jae, jangan dengarkan kata-katanya ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Defsoul Trilogy
FanfictionAku menjadi semakin terpuruk setelah mendengar pengakuan Naomi. Sebuah kenyataan yang membuatku hancur berantakan. Aku bahkan tidak bisa lagi mengontrol kebencianku pada semua orang. Tapi hati kecilku terus bertanya, "Pernahkah ia mencintaiku meski...