"If this is a sin, I'm gonna get punishment. For you, I'd lose everything. I want all of you, it's not nonsense. Oh everything."
Suara jepretan kamera masih terdengar di telinga kami. Aku tetap menggenggam tangan Naomi begitu kami melangkah keluar gedung. Para manusia yang melabeli diri mereka dengan sebutan wartawan atau paparazzi ini langsung bergerak mendekat, namun dengan sigap aku merangkul Naomi dan menyembunyikan wajahnya agar tak banyak dipotret.
Kasihan sekali dia, sudah tercoreng namanya masih saja dicerca dengan pertanyaan-pertanyaan yang makin menyudutkannya. Apa mereka tidak punya hati? Bagaimana kalau mereka yang ada di posisi Naomi?
Setelah bersusah payah menerobos gerombolan itu, akhirnya aku berhasil memasukkan Naomi ke dalam mobil. Kini ia bisa sedikit lebih aman.
"Im Jaebum ssi, kenapa anda masih mau melindungi Naomi ketika dia terlibat skandal dengan laki-laki lain?" tanya salah seorang wartawan.
Aku berhenti lalu menatap tajam pada seorang perempuan muda yang baru saja mengeluarkan sebuah pertanyaan yang cukup menggangguku. Ia terdiam dengan bibir yang terkatup rapat, sepertinya sedikit gentar dengan sikapku. "Carilah seorang laki-laki yang mau mencintaimu dengan tulus. Setelah itu kau akan tahu jawabannya," tukasku singkat lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.
"Jaebum, kau tidak apa-apa?" Naomi memandangku dengan cemas.
Aku tersenyum sambil mengelus puncak kepalanya. "Ayo pergi dari sini," ucapku dan kami pun segera melesat cepat dengan mobilku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, tapi yang pasti aku telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Demi Naomi.
...
Aku memutuskan untuk mengantar Naomi ke kantor. Entahlah, aku hanya merasa jika akan lebih baik bila Naomi segera menyelesaikan masalah ini daripada terus bersembunyi di rumah. Setidaknya, ia bisa memberi penjelasan pada JYP. Kupikir JYP juga sedang pusing memikirkan nasib artisnya ini.
Para wartawan terlihat sudah memadati halaman depan kantor JYP. Aku menghela napas pendek, skandal ini benar-benar membuat seisi Korea menggila.
"Jaebum, mereka terlalu banyak. Bagaimana kalau kita pergi saja?" keluh Naomi sambil menatapku parau.
Aku tersenyum dan menggelengkan kepala. "Tidak, kita akan menghadapi ini bersama-sama."
"Tapi Jae..."
"Begini, aku keluar duluan dan memberi sinyal pada para bodyguard untuk meminta bantuan. Setelah itu aku akan mengeluarkanmu dari mobil dan membawamu masuk ke kantor. Oh ya, jangan lupa pakai kaca mata hitam dan topi."
Naomi terdiam. Ia menatapku dengan senyuman tipis.
"Ada apa? Kau tidak setuju?"
"Bukan itu, tapi aku merasa sangat aman sekarang. Tadinya kupikir aku akan menghadapi semua ini sendirian. Aku sempat ketakutan setengah mati."
"Sssh..." aku menempelkan telunjukku ke bibir Naomi lalu beralih memegang kedua pipinya yang pucat. "Jangan pernah berkata seperti itu lagi. Mulai sekarang, kau tidak akan pernah sendirian karena ada aku."
Naomi mengangguk.
"Bagaimana, bisa kita mulai sekarang?"
Gadis itu pun mulai melakukan apa yang kukatakan tadi, memakai kaca mata hitam dan menutupi kepalanya dengan sebuah topi. "Baiklah. Hati-hati Jae."
Kemudian setelah mempersiapkan diri, aku keluar dari mobil dan berusaha untuk setenang mungkin agar tidak menarik perhatian para wartawan yang sedang ricuh. Sesuai dengan rencana yang kubicarakan dengan Naomi, aku mengangkat kedua lenganku ke udara untuk menarik perhatian salah satu bodyguard di depan gedung. Bagus, mereka dengan cepat menyadari keberadaanku dan segera memerintahkan yang lain untuk melakukan pengawalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] Defsoul Trilogy
FanficAku menjadi semakin terpuruk setelah mendengar pengakuan Naomi. Sebuah kenyataan yang membuatku hancur berantakan. Aku bahkan tidak bisa lagi mengontrol kebencianku pada semua orang. Tapi hati kecilku terus bertanya, "Pernahkah ia mencintaiku meski...