"Loving can heal, loving can mend your soul"
"DEKKK!!!! BANGUN WOOOYYY!!! ALARM LO BERISIIIKK”
Suara gedoran pintu yang sangat berisik mengusik tidur Celina. Perlahan tangannya terulur meraih ponsel di nakas dan mematikan alarmnya yang sebenernya suaranya kalah nyaring dengan gedoran pintu.
“KAK DANIS...... BERHENTI GEDORIN PINTU! ELO TUH YANG BERISIKKKK!!!” geram Celina sambil mencak-mencak di kasurnya. Pagi yang buruk. Samar-samar terdengar gerutuan dari luar bersamaan dengan berhentinya suara gedoran pintu yanag merdu itu. Celina beranjak mandi karena hari ini hari pertamanya setelah liburan kenaikan kelas.
Celina turun untuk sarapan setelah hampir 20 menit siap-siap.
“pagi...” sapanya malas sambil bibirnya yang mengerucut.
“pagi Cel... eh! Kok pagi-pagi manyun?”
“lagi bete Ma” Tatapan Celina beralih menatap tajam kakaknya yang hanya nyengir tak berdosa
“Cel, kok mata lo bengkak? Abis nangis ya lo?” tanya kak Danis dengan pandangan menyelidik. Fyi, kak Danis orangnya protektif banget. Kadang Celina sampe risih sendiri sama sifat kakaknya yang satu itu. And great, gara-gara pertanyaan itu kini Celina jadi pusat perhatian.
Celina berdehem “iya nangis, baca novel semalem” jawabnya dengan raut yang dibuat senormal mungkin. Nggak mungkin kan dia bilang kalo semalem dia abis nangis gara-gara diputusin pacarnya. Yang ada selain malu pasti Kak Danis bakalan heboh mau ngasih pelajaran sama Davin. Kan ribet.
Pandangan kak Danis menajam seolah gak percaya. Tapi untung Papa menyela “Ya udah cepetan sarapan Cel, ntar telat lho”
.............................................................
“Woy Cel, tungguin!” teriak Saskia yang berlari ambil setengah menyeret Aurel.
“emang kita sekelas lagi?” tanya Celina
“Yoi... seneng banget dah gue, emang lo gak liat papan pengumuman apa? Pake nanya” sahut saskia. Btw dia itu paling cerewet diantara mereka bertiga. Yup, mereka udah sekelas sama Celina selama kelas X dan sekarang sekelas lagi.
Celina mendengus malas “males aja”
“males kenapa nih? Males liat papan pengumuman apa males sekelas lagi sama kita?”
“dua-duanya” tanpa peduli ocehan mereka berdua Celina jalan duluan ke kelas XI IPA 2, kelasnya. Di dalam ternyata udah banyak yang dateng. Bangku yang tersisa hanya dua bangku depan. Karena yang belakang udah penuh sama cowok-cowok dan cewek-cewek yang sukanya nyalon, biasa cewek hits. Celina memang bukan cewek populer kaya cewek-cewek hits itu. Celina nggak begitu peduli sama popularitas kayak mereka. Males banget ya nggak sih, emang sekolah buat ajang adu popularitas apa? Seenggaknya itu pemikiran Celina. Pandangannya nggak sengaja bertubrukan dengan cowok yang mati-matian dia hindari. Davin.
Tanpa Celina sadari sedari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikan dari bangku belakang deretan sebelah kanannya. Iya, ini yang membuat Celina males masuk sekolah. Karena ia nggak bisa gitu aja melupakan kejadian semalem. Apalagi paginya harus bertemu dalam satu kelas.
“Cel, perasaan gue aja atau lo lagi berantem sama Davin?” tanya Aurel
“nggak kok. Btw kalo hari pertama kan pasti nggak ada gurunya tuh, gue mau ke perpustakaan aja mau tidur.” Celina langsung keluar kelas tanpa menunggu jawaban kedua temannya.
“eh, lo ngerasa ada yang aneh nggak sama Celina?”
“iya nih Sas, aneh banget. Kayaknya mereka lagi berantem deh” Saskia mengendikkan bahunya sambil menghembuskan nafas.
.............................................................
Suara lagu milik Ed Sheeran Photograph mengganggu fokus Arga yang sedang membaca komik di perpustakaan. Buru-buru dia menekan tombol reject seraya tersenyum kikuk menyadari dia lupa men-silent ponselnya. Dilihatnya sekilas ponselnya yang terpampang nama Rey, yang baru saja menelponnya. Arga menghiraukan dan kembali fokus ke komiknya sebelum ponselnya bergetar menandakan ada notif pesan
Rey : curut!! Lo dimana?
Jeri : curut!! Lo dimana? (2)
Alex : curut!! Lo dimana? (3)
Read
Jeri : anjirrr.. di read doang!
Rey : lagian kalian ngapain ngikut kata-kata gue?
Jeri : males ngetik
Alex : males ngetik(2)
Jeri : sekali lagi lo copas gue ketekin lo Lex!
Arga : BERISIK!
Jeri : caps nya dijaga ya mas
Rey : Njirr... jijik. Dimana ga? Ngantin yok!
Arga : perpus
Alex : aelah mas.... rajin bener dah jam segini di perpus
Rey : oiii.. lo berdua sana gih kawin.. jijik bener gue punya temen lekong
Arga : udah pw
Arga yang sibuk chatingan nggak sengaja ngeliat cewek yang baru saja masuk dan menelungkupkan kepalanya ke atas meja di sampingnya. Dia udah nggak peduli sama ponselnya yang terus bergetar. Tiba-tiba cewek itu memposisikan kepalanya menghadap kearah Arga yang sontak membuat Arga kaget setengah mati. Buru-buru dia mengalihkan perhatiannya. Tapi nggak lama kemudian dia kembali melirik cewek itu yang sudah tertidur dengan posisi masih menghadap kearahnya. Tanpa sadar Arga tersenyum tipis. Tangannya yang masih memegang ponsel ia arahkan ke samping dan diam-diam mengambil gambar cewek yang tetep cantik walaupun tertidur. Dia tau cewek ini bukan cewek populer atau most wanted di sekolah ini, tapi cewek ini entah kenapa memiliki keistimewaan sendiri menurut Arga. Bahkan seorang Arga pun takluk.
.............................................................
Davin yang menyadari Celina menghindarinya hanya bisa menghela nafas berat. Sejujurnya dia juga masih sangat mencintai cewek itu. Tapi dia punya alasan kenapa dia tidak bisa menolak pertunangannya dengan gadis bernama Nayla. Anak temen papanya.
Flashback on
“Dav.... papa mau ngomong sama kamu” Davin yang sedang fokus ke ponselnya mengalihkan perhatiannya ke Papanya.
“Ada apa Pa?”
“Kamu pasti kenal anaknya Om Bastian kan? Nayla, dia satu sekolah sama kamu kan?”entah kenapa firasat Davin nggak enak mendengar nama Om bastian dan anaknya disebut.
“Iya Davin kenal, tapi nggak gitu akrab”
“Papa udah bahas ini sama Mama kamu, juga Om Bastian. Bahwa kalian akan segera bertunangan” Kata Papanya enteng seolah itu adalah hal biasa. Tatapan Davin menajam.
“Pa, kenapa Papa mutusin ini tanpa persetujuan aku? Papa kan tau aku punya pacar” ucap Davin mencoba untuk tidak berteriak.
“Eyang kamu dulu sudah berpesan bahwa akan menikahkan cucunya dengan anak Om Bastian. Itu amanah Dav. Dan Papa nggak mau tau, amanah tetap harus dijalankan.” Kini tangan Davin udah terkepal sempurna dengan nafas tersengal.
“Pa, tapi kenapa Papa baru ngomong setelah aku udah menjalin hubungan sama cewek lain? Kenapa Papa nggak langsung ngomong dari dulu sebelum aku punya pacar”
“Maka dari itu, kalian kan hanya sekedar pacaran. Kalian harus putus” ucap Papa Davin final.
“Tapi Pa..” belum selesai kalimat itu sudah dipotong Papanya
“Davin!! Cukup! Papa sudah mengatakan sejelas mungkin. jadi Papa yakin kamu pasti ngerti apa mau Papa.” Davin hanya bisa tertawa miris. Rasanya pengen banget dia mengumpat tapi dia sadar itu percuma.
Flashback off
Sekali lagi Davin hanya menatap miri bangku Celina, dia jadi kangen senyum cewek itu mengingat tadi malam dia sudah menyakiti hati gadis itu.
Drrrtt..dddrrtt
From : Nayla R
Dav, ntar pulang sekolah bareng ya, sopir aku gak bisa jemput soalnya 😁
To : Nayla R
Iya
***
TBC
Responnya please 😀😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Future
Teen Fiction"mungkin aku bukanlah orang yang spesial di masa lalumu, tapi aku akan jadi yang paling spesial dimasa depanmu. Dan yang perlu kau lakukan hanyalah bahagia" _Arga Radinka Stefano_ "Bahagia itu relatif. Tergantung bagaimana kita memandangnya, merasak...
