#2

66 22 53
                                    


I know I need somebody, so I can learn how to love


Senyum terus terpancar dari bibir Arga di sepanjang dia berjalan dikoridor menambah kadar kegantengannya yang secara langsung membuat cewek-cewek histeris sendiri melihatnya. Rasanya hari ini harus ditandai sebagai hari yang bersejarah karena duduk bersebelahan, ralat agak jauh sebenarnya, sama Celina dan parahnya dia berhasil memfoto Celina walaupun lagi tidur.

“Woii” Arga agak terjungkal ke depan karena dorongan Jeri

“Cielah... abis kencan sama buku bikin lo sebahagia ini Ga?” celetuk Rey

“Gue lagi bahagia, oke. Jadi jangan rusak mood gue”

“Segitunya banget, bau-baunya nih kalo lo kayak gini ada hubungannya sama si angel lo itu. Kenapa abis ketemu lo?” tebak Jeri

“Atau jangan-jangan dia udah tau siapa lo?” Celetuk Alex yang daritadi diam nggak seheboh kedua sahabatnya

“Iya, gue abis ketemu my angel dan berhasil foto dia pas lagi tidur?”

“Diam-diam?” tanya Alex memastikan. Arga mengangguk masih tersenyum.

“Baru dapet fotonya  aja lo kayak orang sarap gini, gimana kalo beneran jadian?” kekeh Rey

“Bodo.. yang penting gue seneng” Arga memang menceritakan semuanya kepada ketiga sahabatnya, sebenerny mereka terus membujuk Arga agar mau lebih memperjuangkan Celina bukan cuma jadi secret admirer nya aja, tapi sekali lagi jawabannya adalah karena Arga keras kepala. Menurut Arga, dia nggak mau dianggap jadi PHO, anggap aja Arga pengecut dan sebagainya. Tapi cowok itu yakin kalo suatu saat Tuhan pasti akan memberinya kesempatan untuk bisa dekat dengan Celina kalo memang dia jodohnya.

“Eh Ga, gue dengar-dengar Celina lagi berantem sama cowoknya. So, ini kesempatan lo Sob!” kata Rey yang membuat Arga menoleh seketika

“Kata siapa lo?”

“Kata Saskia, temennya Celina. Tadi gue nggak sengaja denger dia lagi ngobrol sama temennya yang satunya itu, duh lupa gue namanya”

“Oh jadi lo nguping?” tuduh Jeri yang membuat Rey hanya meringis

“Hehe.. gini-gini nguping gue berfaedah kali”

Arga diam memikirkan kata-kata Rey, apakah ini kesempatannya?

“Kalo emang lo serius, deketin. Jangan nunggu bola terus, gimana mau ada kemajuan?” sindir Alex dengan santainya tanpa melihat raut wajah Arga yang kesal. Alex itu emang yang paling pendiam diantara mereka berempat. Tapi sekali ngomong ya gitu, tajam setajam silet.

.............................................................

Celina mengerjapkan matanya menyesuaikan dengan cahaya karena baru bangun tidur. Dia menggeser layar ponselnya. Udah se-jam lebih dia ketiduran. Perpustakaan emang surganya buat tidur karena selain suasananya yang tenang, juga ada AC nya. Dia mengedarkan pandangannya melihat perpustakaan sudah sepi. Memang sudah jam 1 yang artinya sebentar lagi bel pulang pasti berbunyi. Dia memilih berjalan keluar setelah merapikan rambutnya yang agak kusut. Tapi betapa kagetnya saat di depan pintu perpustakaan ada yang menyeret tangannya secara tiba-tiba. Celina memang hanya melihat punggung orang itu, tapi dia udah lebih dari sekedar hafal, cowok itu Davin. Celina berusaha meronta

“Lepasin gue!” protes Celina. Namun alih-alih berhenti Davin memilih terus berjalan sedikit menyeret Celina ke arah atap sekolah.

“DAVIN! Lo denger gue ngomong nggak sih?” teriak Celina akhirnya. Saat ini mereka sudah di depan tangga menuju ke atap. Davin berbalik

Be My FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang