Useless - 1

38 5 4
                                    

Part 1

September 2013.

Kolam renang tampak seperti dikerumuni oleh semut. Tidak hanya pada kolam anak-anak, kolam untuk remaja dan dewasa pun juga tidak mau kalah. Hanya saja di kolam anak, sudah bisa dipastikan tidak bisa berenang sebebas di kolam renang dewasa. Apalagi cuaca pagi ini cukup mendukung.

Sinar matahari sudah mulai angkuh dan siap menyengat lebih tajam. Untungnya, sesekali cahaya itu meredup dan mendinginkan suasana. Seolah menaungi mereka yang ingin berenang di hari libur ini. Hari yang umumnya hanya terjadi dalam seminggu sekali.

"Cepet dikit!" teriak seorang lelaki belia di ujung kolam seberang. Ia sedikit merasa senang sekaligus geram. Senang bukan karena bisa menghabiskan waktu bersama gadis itu, melainkan karena kembali bisa berenang untuk melepaskan penat meski sejenak. Dan geram karena harus mengajari seseorang yang sedari tadi ditunggunya, namun tidak kunjung menghampiri.

Gadis semampai itu terlihat mengambang. Sesekali memunculkan kepalanya untuk mengambil napas. Kemudian kembali bersembunyi dan itulah yang terjadi berulang kali. Hanya saja kecepatannya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan lelaki itu.

Antara kemampuannya yang memang terbatas atau justru sengaja mengulur-ulur waktu-demi bisa berlama-lama dengan lelaki itu. Hidung yang tidak terlalu bangir dan bibir tipis gadis itu juga tidak mau kalah untuk muncul di permukaan. Lengkap dengan sepasang pipi yang tidak terlalu tembam.

Di ujung sana, lelaki tak berkaus dan berambut lepek sedang mendengus. Gadis yang tingginya rata-rata itu masih mengapung dan tidak segera tiba di pangkal kolam. Membuat lelaki itu berkacak pinggang seraya menghela napas panjang. Juga menelan ludah hingga jakunnya bergerak naik. Ia berusaha meredakan emosi yang rasanya nyaris tak terobati.

Siang-siang begini gadis itu malah membuatnya kerepotan. Walaupun lelaki yang mengenakan boxer hitam itu tidak mengatakannya secara langsung. Tetapi dari wajahnya sudah bisa terbaca tanpa harus menelisik lebih dalam. Amat datar dan kegeramannya tidak bisa disembunyikan lagi. Cepat atau lambat, emosinya akan meledak-ledak. Ia bisa saja menganiaya dan menghakimi gadis itu. Menenggelamkannya tanpa ampun. Sebab sudah terlalu lama membuat lelaki itu menunggu.

"Ayo! Lebih cepet! Kerahin tenagamu! Udah siang nih, panas!" teriak lelaki itu kesal. Sudah sangat jemu ia menunggu. Menunggu kepastian yang tak kunjung menghampirinya. Bahkan ia sudah berenang pulang-pergi sebanyak sepuluh kali. Kesabarannya pun benar-benar dibuat terkikis habis. Sedangkan yang ditunggu, seakan tidak tahu diri.

Tidak jarang orang-orang sekitar menengok ke arahnya. Bahkan terpaku pada sosok bertelanjang dada yang kini bersedekap sambil memicingkan mata. Mereka memerhatikan lelaki yang terus-menerus berteriak seolah dunia ini hanya milik berdua dengan gadis itu.

Gadis-gadis belia pun tak jarang mengamati lelaki bertubuh ideal itu. Dadanya membidang, tubuhnya tegap, dan ditambah lagi wajahnya yang rupawan. Lelaki itu memicingkan mata melihat gadis yang sedari tadi membuatnya berteriak, geram, dan berlumut di ujung kolam.

Lelaki itu mulai berenang menjauh dari tempat semula. Habis sudah kesabarannya. Sesegera mungkin ia ingin mengakhiri kegiatan ini. Teknik pengambilan dan pernapasan yang pas. Terlihat sangat profesional dan mengagumkan. Hampir mayoritas orang pun melongo melihat gaya berenang lelaki itu.

Tiba-tiba gadis itu menengadah dengan mulut yang terbuka lalu berteriak, "Aw," seraya menggosok-gosokkan tangan ke kepalanya. Begitupun dengan yang dilakukan lelaki di hadapannya sekarang. Gadis yang hanya setinggi dagu lelaki itu pun merasa terkejut. Ia tidak menyangka jika akan bertabrakan dengan temannya itu.

"Bisa nggak sih kamu ngerem? Sakit tau!" keluh manja gadis yang mengenakan penutup kepala khusus untuk berenang. Berbaju renang berwarna biru tua dengan model rok yang panjangnya selutut. Setidaknya sudah cukup sopan untuk dipandang. Tidak terlalu vulgar dan menyilaukan mata.

Lelaki itu mendesah. Hidung mancungnya menarik lalu mengembuskan napaspanjang untuk mengurangi kadar kekesalannya. Sebenarnya ia ingin marah dan menghakimigadis itu habis-habisan. Dan yang lebih utama, ia ingin segera enyah dan terbebas dari lawan bicaranya.

USELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang