Escape Attempt

33 6 0
                                    

Hari ini, aku memesan Grab untuk pergi ke sekolah. Tapi, entah mengapa Grab ini malah mengantarku ke suatu tempat yang asing bagiku.

Memang, aku diantarkan ke sekolah. Tapi, ini bukan sekolahku.

Sekolah ini cukup besar. Bertingkat tiga. Bangunan sekolah ini sudah tua. Temboknya berwarna putih keabuan. Memang terlihat menyeramkan, tapi banyak sekali murid di sini.

Aku berjalan ke sebuah kelas. Ketika aku melihat ke dalamnya, ada seseorang yang ku kenal. Aku dekat sekali dengannya. Nayla. Aku pun memanggilnya.

"Nayla!" panggilku.

"Mozza. Ayo cepat! Kita harus pergi dari sini!" ucapnya tiba-tiba. Aku tak mengerti. Tapi aku mengikutinya saja.

"Kita boleh keluar jika kita bisa menyelesaikan semua rintangan yang diberikan," lanjutnya.

"Apa? Ada apa ini?" Aku bingung.

"Lebih baik kita cepat ikuti mereka. Akan susah jika kita terpisah," ucap Nayla sambil menunjuk ke sekumpulan murid.

Kami pun berlari ke arah sekumpulan murid itu. Aku tak mengenal mereka. Tapi aku melihat Nayla berbicara pada mereka.

Kami lalu mulai menyelesaikan rintangan agar bisa keluar.

***

Sudah setengah rintangan kami lewati. Aku sudah tak sanggup. Kini, kami berdiri di hadapan rel kereta api. Terdapat 3 jalur. Anehnya, mengapa bisa rel kereta ini ada di tengah-tengah sekolah.

Aku sudah terpencar dengan murid lain. Tapi aku masih bersama Nayla.

"Ayo!"

Kulihat Nayla berlari menyebrangi ketiga rel tersebut. Aku pun mengikutinya.

Kami sampai di sebrang. Aku menengok ke arah kiri untuk melihat seberapa jauh rel ini. Dan tidak seperti yang ku duga.

Rel ini ada ujungnya. Di ujung rel ini terdapat pintu gerbang yang sepertinya sangat besar. Karena dari jarakku yang sepertinya cukup jauh, gerbang itu masih terlihat cukup besar.

"Nayla, lihat ke sana!" ucapku sambil menunjuk ke arah gerbang besar itu.

"Kita bisa keluar dari sini lewat gerbang itu," lanjutku.

Ku kira Nayla juga akan sependapat denganku. Tapi ternyata tidak.

"Kita tidak boleh lewat gerbang itu. Curang jika kita lewat sana. Lebih baik kita selesaikan dengan jujur," ucap Nayla.

"Ya. Mungkin kau ben-"

Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, aku melihat beberapa murid laki-laki berlari dengan sangat kencang ke arah gerbang itu.

"Kau lihat? Mereka juga berniat lewat sana," ucapku dengan sangat antusias. Aku berusaha meyakinkan Nayla.

Seiring bertambah jauhnya murid-murid tadi, para guru yang mengawas terus saja meneriaki mereka.

"Nay, ayo cepat. Sebaiknya kita ikuti mereka."

Nayla tak menjawab. Ia hanya diam menatap gerbang. Tapi tatapannya kosong. Ia sedang melamun.

"Nayla!" Satu sentakan dariku membuyarkan lamunannya.

"Ayo," ucapku.

"Ayo!" serunya.

Kami pun berlari sekencang yang kami bisa. Ini aneh. Kami berlari tidak seperti biasanya. Kami tak pernah berlari secepat ini. Kini kami sudah seperti superhero flash saja.

Di belakang kami, murid-murid lain mengikuti. Hanya sedikit, tapi itu membuat beberapa guru mengejar kami. Tapi, kami sudah jauh di depan para guru itu.

Tidak sampai sepuluh menit, kami akhirnya sampai di gerbang. Kami bergegas melewati gerbang dan berkumpul dengan murid laki-laki yang lari duluan tadi.

Kini kami berada di sebuah jalan yang tidak terlaru besar dan tidak terlalu ramai pula. Jika berbelok ke kanan, maka di ujung jalan ini kita akan menemukan jalan raya.

"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya salah satu murid laki-laki itu.

"Kita harus pergi sejauhnya dari sini," jawab yang lainnya.

Kami pun mulai berpencar pergi menjauh dari area sekolah. Aku dan Nayla pergi ke arah kanan. Kami berencana mencari angkutan umum untuk pulang.

Ketika kami sudah sampai di jalan raya, kami mencari angkutan umum. Kami tak kunjung mendapatkannya. Kami pun berjalan sambil berharap ada angkutan umum yang lewat.

Setelah berjalan cukup lama, kami melihat sebuah angkutan umum. Kami lalu mengejarnya. Ketika akan naik, aku melihat bapak-bapak yang sepertinya aku pernah melihatnya. Dia juga akan naik ke angkutan umum yang sama.

Aku pun terus mengingat-ingat wajah orang itu, berharap bisa menemukan jawabannya.

Tiba-tiba, aku sudah berada di kamarku. Terbaring di kasurku.

"Tunggu, ini mimpi?" batinku.

Meskipun aku sudah terbangun dari mimpi yang membingungkan itu, aku masih saja terus memikirkan orang yang kutemui dalam mimpiku.

"Siapa ya? Kok sepertinya aku pernah melihatnya? Ah, sudahlah. Mungkin hanya dalam mimpi."

°°°°°°

Holaa.. Maaf kalau rada gaje ya.. Lupa lupa inget sama mimpi ini. Lupanya dua kali. Tungguin terus cerita mimpiku ya.. Di cerita selanjutnya ada horrornya. Tapi aku engga yakin kalau diceritain kerasa seremnya. Tapi, coba baca aja ya..

ありがとう

-14-07-17-

The DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang