Aku, adikku, dan nenekku sedang berjalan di jalan samping lapangan besar di komplek perumahanku. Aku memimpin jalan di depan, sedangkan adik dan nenekku di belakangku.
Kami berjalan dalam diam. Tidak ada pembicaraan. Sampai segerombol anak seusiaku dan seusia adikku berjalan mendekati kami lalu ikut berjalan bersama kami.
Aku memperhatikan anak-anak itu. Kulihat adikku sudah dapat berbaur dan mengobrol dengan anak-anak itu. Nenekku juga mengobrol dengan mereka.
"Kayaknya mereka baik deh," batinku.
Aku pun melanjutkan memandangi satu persatu anak-anak itu. Pandanganku lalu sampai pada seseorang yang langsung memikat hatiku pada pandangan pertama.
"Ganteng banget ya orang itu," batinku yang merujuk pada orang yang berjalan di samping adikku.
Aku terus saja memerhatikannya. Sampai timbul suatu rasa yang tak dapat ku deskripsikan tapi ku mengerti artinya. Aku tidak yakin dengan rasa itu, karena ini terlalu cepat.
"Aku nanti bilang ke Arafa sama Hana deh kalo aku punya doi baru," batinku lagi. Entah mengapa aku bisa berkata seperti itu. Itu terlontar begitu saja dari bibirku.
Aku masih memperhatikannya hingga salah satu dari anak-anak itu menangkap basah diriku sedang memperhatikannya.
"Cie.. Cie.." ucap anak-anak itu.
"Apa sih," ucapku risih karena tatapan mereka.
Ketika mereka sudah tidak menggodaku lagi aku berkata pada adikku, "Rifki, tanyain dong namanya siapa?"
"Tanyain ke siapa?" Adikku malah balik bertanya.
"Itu tuh, orang itu," ucapku sambil menunjuk orang yang sedari tadi menyita perhatianku.
"Gak mau ah," ucap adikku.
"Eh, ayolah. Tanyain. Kamu kan deket sama mereka-mereka. Pasti sama dia juga deket kan. Seenggaknya kamu pernah ngobrol." Aku mencoba meyakinkannya.
"Kenapa coba, gak tanyain sendiri aja?" Adikku tetap tidak mau membantuku.
"Ih, aku malu. Udah buruan aja!" paksaku.
"Iya, iya." Akhirnya adikku mendatanginya. Aku tak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi, lalu adikku kembali.
"Apa katanya? Siapa namanya?" Aku langsung melontarkan pertanyaan pada adikku.
"Gak tau tadi dia bilang apa ya. Pokoknya gitu deh namanya," jawabnya ngawur.
"Kamu ngomong apa sih, gak ngerti ah." Akhirnya aku pasrah tidak mengetahui namanya.
***
Kami sampai di tujuan. Sebuah rumah bercat putih dengan banyak tanaman di depan rumahnya. Aku sebenarnya tak tahu kemana kami akan pergi. Aku hanya mengikuti nenekku juga rombongan asing yang tiba-tiba saja nimbrung ini.
Kami sudah duduk di kursi masing-masing di ruang makan. Di sebelah kiriku duduklah adikku, dan di sebelah kananku duduk seseorang yang tak kukenal yang berasal dari rombongan itu.
Aku mulai berbaur dengan mereka. Aku mengobrol banyak hal sambil tertawa.
Aku mengarahkan kursiku ke arah kiri, karena aku sedang mengobrol dengan adikku juga teman-teman baruku yang sebelumnya sudah mengenal adikku.
Tiba-tiba saja, aku merasakan hangat di punggungku. Aku tidak merasa aneh ataupun berpikiran aneh. Tapi, mulai dari situ adikku dan teman-teman baruku bertingkah aneh.
Mereka tertawa. Bukan tertawa bersamaku, tapi tertawa padaku.
"Aneh," gumamku.
Adikku pun lalu seperti memberiku isyarat mata untuk menengok ke belakang. Dan tebaklah, apa yang kutemukan? Orang tadi yang semoat mencuri perhatianku. Dia ada di sana sambil tersenyum memelukku.
"Ganteng.." batinku.
Tapi, tanpa pikir panjang aku langsung mendorongnya. Perasaanku campur aduk, antara senang, marah, dan malu. Aku pun memalinhkan wajahku. Anak-anak yang melihatku pun menyorakiku.
Aku merasa orang itu--sebut saja cogan--itu memiliki perasan padaku. Aku senang, karena aku juga memiliki perasaan padanya. Tapi, aku takut jika saja suatu saat dia nembak aku. Bukan aku mau kepedean, tapi kalau itu terjadi aku terpaksa harus menolaknya. Karena aku ingat di sekolahku ada peraturan bahwa kami tak boleh memiliki hubungan lebih antara lawan jenis, alias pacaran.
Aku pun mengusirnya, bukan tapi menyuruhnya pergi dengan halus. Dia lalu pergi dan aku tak melihatnya lagi sampai selesai makan.
***
Tiba-tiba aku terbaring di kasurku. Tunggu, ini hanya mimpi?
Aku seperti tidak ingin mimpi ini berakhir. Jika di dunia nyata cintaku tak dapat terbalaskan, maka apakah dunia mimpi bisa membalas cintaku?
Oh, sudahlah. Aku akan membuang waktu hanya untuk memikirkan hal mustahil. Aku pun bergegas mencari hp dan memberitahu Arafa dan Hana, sahabatku tentang mimpi itu.
***
Maafin ceritanya gaje
ありがとう
-09-09-17-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreams
Random> - - - I'll tell you about my dream. It's about adventure, family, friends, things that are not unexpected, mystery, love, and many more.. Please enjoy a collection of my dream and become the main character :)