Hari ini, sekolahku mengadakan study tour. Tetapi, study tour kami malah pergi ke sebuah rumah tua.
Rumahnya tingkat tetapi masih kokoh meski sudah tua. Warna catnya sudah memudar dan sepertinya sudah lama tidak dicat ulang.
Kami duduk di dalam sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Tetapi cukup untuk menampung kami semua.
Di depan, sudah beridiri seorang bapak-bapak dengan proyektornya yang sudah menyala.
Bapak itu menjelaskan sesuatu yang tak kumengerti, sehingga aku tak terlalu memperhatikannya.
Aku memperhatikan sekitar. Dari mulai teman-temanku yang memperhatikan si bapak, hingga yang mengobrol. Aku juga memperhatikan ruangan ini.
Di depan ada tembok polos tempat gambar dari proyektor berada, di sebelah kanan kami ada kaca sehingga kami dapat melihat keluar, dibelakang kami juga ada tembok polos, sedangkan di sebelah kiri kami ada tangga.
Di tengah penjelasan si bapak tadi, datanglah nenekku membawa banyak donat untuk kami. Aku pun mengambil satu lalu memakannya. Tak lama, kakekku datang membawa banyak gelas teh tawar untuk kami. Kami pun beristirahat terlebih dulu.
Setelah menghabiskan makanan dan minuman, aku pun pergi keluar dari rumah tua itu. Di luar, terhampar padang rumput luas. Satu yang menarik perhatianku, yaitu kereta api yang terparkir di depan rumah itu. Aku pun mendekatinya lalu naik. Tapi anehnya, aku naik di atas atapnya, bukan di dalam keretanya.
Kereta itu pun melaju di atas rel dengan kecepatan yang lambat. Aku menikmati angin yang berhembus menerpa wajahku.
Lintasan kereta api ini hanya berbentuk oval, jadi kereta ini memutar lagi kembali ke depan rumah tadi.
Ketika sudah sampai di depan rumah tua tadi, aku pun turun lalu masuk ke rumah itu.
"Apa yang kulewatkan??" batinku.
Keadaannya sudah berubah. Rumah sudah tinggal beberapa orang saja, tidak lebih dari duapuluh orang. Mereka sedang berlalu lalang sibuk dengan urusan masing-masing. Aku melihat guru bahasa Arabku, bu Irene lalu menghampirinya.
"Bu, mengapa sibuk sekali?" tanyaku pada bu Irene.
"Kita akan pulang sekarang. Cepatlah bersiap, mandi dan kemasi barangmu!" jawab bu Irene.
"Baik, Bu." Aku pun pergi untuk bersiap.
Aku pergi ke kamar mandi yang terletak di kamar utama untuk mandi. Tapi, ketika aku sampai di sana sudah bayak yang mengantri. Salah satu temanku lalu berkata, "Di sini penuh, kau pergi ke kamar mandi di ruang tengah saja." Barusaja aku akan pergi ke sana, temanku berkata lagi. Kali ini, ia memelankan suaranya. "Tapi, banyak yang berkata bahwa kamar mandi itu angker."
Aku lalu pergi ke kamar mandi di ruang tengah. Pintunya memang tak sebagus pinta kamar mandi di kamar utama, tapi aku yakin ini tak seperti yang dikatakan temanku tadi.
Aku pun masuk dan tak ada sesuatu yang terjadi. Biasa saja, tak ada yang perlu dikhawatrikan. Aku pun mandi.
Selesai mandi, aku berpakaian lalu keluar dari kamar mandi. Keadaan sudah lebih sepi lagi dari sebelumnya. Mungkin tidak lebih dari sepuluh orang. Aku melihat guru Matematikaku, bu Sani lalu menghampirinya.
Sebelum aku bertanya, bu Sani sudah menyuruhku keluar. "Ayo, ayo kita pulang. Cepatlah keluar, yang lain sudah menunggu," katanya. Aku pun keluar.
Ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di kamarku.
"Oh hanya mimpi.."
***
Maaf baru update lagi ya.. Maaf juga ceritanya gaje. Makasih yang udah baca..
Btw cerita ini kayaknya paling pendek..
ありがとう
-21-12-17-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dreams
Random> - - - I'll tell you about my dream. It's about adventure, family, friends, things that are not unexpected, mystery, love, and many more.. Please enjoy a collection of my dream and become the main character :)