4. second terror

32 5 0
                                    

            "Gab, kamu kenapa?" Pertanyaan pertama keluar dengan mulus dari Nello. Aku mengerjap bingung. "Hey?" panggil Nello lagi.

Aku memegang kepalaku, pusing. "Ngh, aku dimana?" tanyaku. "Yang lain kemana?" tambahku seraya berusaha duduk.

"Eh, kamu jangan dulu banyak gerak. Kamu ada di kamar," jawab Nello. Ia membantuku untuk duduk dan bersandar pada kepala kasur.

"GAAAAB!!!" Pintu kamar terbuka dan terlihatlah Kazuge dan Fio dengan wajah khawatir. Mereka langsung memelukku. "Kamu nggak apa-apa? Kamu kenapa, Gaaab?!" tanya Fio.

"Memang aku kenapa, sih?" tanyaku bingung. Aku menatap tiga temanku secara bergantian.

"Kamu pingsan, Gab. Untung ada aku, kalau tidak, kamu jatuh dari kursi," jawab Kazuge yang membawa segelas air. "Nih, minum dulu. Biar kamu tenang," tawar Kazuge sambil menyerahkan air.

Fio memegang pundakku. "Ada apa, Gab? Cerita sama kita, kita siap dengerin kamu," ucapnya.

Aku kembali menatap mereka secara bergantian. Mereka tersenyum teduh padaku. Rasanya, bahagia sekali baru saja masuk asrama, lalu bertemu teman setulus mereka.

Aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padaku sebelum aku pingsan. "Aku tidak ingat apa-apa, sakit kepala rasanya," kataku sedih.

"Tapi, sehabis kamu pingsan tadi, anak baru itu langsung teriak-teriak tidak jelas sambil menunjuk kamu dan dia sempat bilang 'Tolong aku!!!'. Kamu sempat kenal, Gab?" Fio mengatakan hal teraneh padaku.

Aku mengernyit heran. "Kok aku?"

Nello menghela napasnya. "Kamu coba cerita pelan-pelan, Gab. Siapa tau kita bisa menemukan jawabannya," ujar Nello.

Aku mengangguk. "Tadi, setelah Fio meninggalkan aku sendiri di kamar, aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka. Saat aku keluar kamar mandi, aku hendak mengambil ponselku yang ada di meja rias. Sekilas, aku melihat cermin dan di situ ada anak seumuran kita? Lalu aku refleks menutup mata, setelah aku buka mataku lagi, anak itu sudah nggak ada."

"Tapi, yang membuat aku menjadi bingung, kenapa saat kamu baru saja duduk bersama kami, kamu langsung pingsan?" Nello mengusap-usap dagunya, seolah tengah berpikir.

"Seingatku, aku menatap anak baru yang sedang mengenalkan dirinya itu. Setelahnya, aku langsung nggak inget apapun," tambahku.

Kazuge mendekatkan dirinya padaku, lalu berbisik, "ada anak dibalik anak itu, Gab. Ia meminta pertolonganmu."

Refleks mataku langsung terbuka lebar. Jantungku serasa berdebar. "Apa maksudmu?!"

"Ya, maksudku, anak itu membawa sesuatu yang misterius? Ia membawa salah satu jawaban dari apa yang kita pertanyakan selama ini, Gab," jelas Kazuge sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Kazuge itu punya kelebihan indera, Gab. Bukan indera ke-6 yang bisa melihat hantu atau semacamnya. Kazuge berbeda, ia dapat merasakan hawa-hawa negatif yang berada di sekitarnya. Meskipun, yah ..., Kazuge belum bisa menyempurnakan kelebihan inderanya itu sih," ucap Nello panjang lebar.

Aku tercengang. Sungguh, Kazuge hebat.

"Jujur, Gab, ketika pertama kali aku melihatmu, aku merasa kamu membawa hawa yang sangat positif. Aku rasa, hanya kamu yang dapat memecahkan jawaban dari asrama ini," kata Kazuge tenang.

"Kok aku? Aku kan murid pindahan, mana mungkin bisa memecahkan jawaban asrama ini? Bahkan aku belum ada setahun di sini ...," keluhku.

Fio tersenyum. "Tenang, Gab. Kami di sini siap membantumu kapanpun kamu membutuhkan kami."

Aku menoleh pada Fio, napasku pun serasa tercekat. Anak yang kulihat di cermin tadi, berada persis di belakang Fio tengah tersenyum padaku. "AAAAAH!" Aku berteriak histeris. Anak itu tertawa. Ia menghampiriku dan berbisik, 'thank you for coming into this dormitory,' dan ia menghilang!

***

S'note:

Yash, maaf setiap chapter sangat pendek. Karena plotnya memang pendek sekali. Aku akan buat partnya sesedikit mungkin agar tidak melenceng dari rencana.

Aku tunggu masukannya ya💗

16 Juli 2017

Terror In Dormitory GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang