"Kamu kenapa, hey?" tanya Nello.
Aku menutup mukaku, aku sama sekali nggak berani buat membuka telapak tangan yang berada di mukaku ini.
Kazuge memegang tanganku lalu menurunkannya perlahan. "Hei, Gab, nothing here. Calm down," ucapnya. Aku masih enggan membuka mataku. Aku takut anak itu kembali muncul tiba-tiba. "Gab? Hei, open your eyes. Jangan takut. Kami di sini bersamamu," tambahnya.
Perlahan aku membuka mataku, dan menatap wajah Kazuge yang tenang. "Kazuge, i'm so scared. Dia berada di belakang Fio!" ucapku gemetar.
Fio menatapku heran. Ia mendekat, lalu memelukku yang tengah gemetar. "Calm, Gab."
"Aku nggak bisa tenang kalau diterror kayak gini," ucapku lemah. "Anak itu tersenyum lalu bilang 'thank you for coming into this dormitory'."
"Itu anak siapa sih ganggu orang aja!" geram Nello.
"Menurutku, itu anak yang meminta tolong padamu Gab. Karena kami nggak bisa lihat keberadaan dia, sudah dipastikan hanya kamulah yang dapat menjawab semuanya," kata Kazuge serius.
Aku merengkuk. "Takut ..., nggak berani ah."
"Gaaab! Kalau bukan kamu, siapa lagi?" tanya Nello.
"Mungkin anak baru tadi? Atau siapa pun! Selain aku, tolong ...," ucapku lemah.
Sungguh, aku takut. Harus sendiri? Tidak, aku tidak pernah membayangkan ini sebelumnya. Ini terlalu seram untuk aku lewati sendiri.
Fio tersenyum, ia bersandar pada pundakku. "Hei, we here for you and anything of this dormitory."
"Thank you, Guys. I'm so lucky to have you," balasku tulus. Aku memeluk Fio erat.
"Kita mulai malam ini?" tawar Nello.
"Ngh, bisa mulai besok aja? Takut Gab masih trauma," ujar Kazuge.
"Oh, okey. Tomorrow, huh?" Nello terlihat kecewa.
Aku tersenyum melihat Nello. "Jangan sedih, aku akan memulihkan diriku mulai sekarang. Besok, aku akan siap membongkar semua jawaban asrama ini. Aku yakin, kalian akan membantuku."
"Gab, tolong kamu tulis sebuah surat, kamu letakkan di meja rias itu. Kamu jangan melihat ke arah cermin sampai besok pagi. Aku yakin, anak itu akan membalas suratmu," ucap Kazuge saat ia menutup pintu.
Aku menatap Fio meminta persetujuan. Fio pun mengangguk. "Aku di sini untukmu, ingat," katanya.
Aku pun menghela napas lelah. Dari sekian banyak siswa di asrama ini, kenapa harus aku? Aku tidak yakin aku bisa menjawab semua pertanyaan ini seorang diri. Pasrah, aku mengambil secarik kertas dan pena. Aku menulis;
Hallo? Aku Gab, orang yang selalu kamu teror. Thank you for your terror. Why you always terror me? Aku dapat menolongmu, jika kamu memberikan petunjuk yang jelas. Bukan seperti ini
Please, reply. I'm still waiting.
"Aku doakan semua berjalan lancar, Gab," Fio kembali mengusap-usap pundakku, seperti menyalurkan kekuatannya padaku. "Sekarang, kamu tidur. Tenangkan pikiranmu, besok ia sudah membalas suratmu," lanjutnya yakin.
Aku mengangguk pelan dan segera berbaring di kasurku. Tak lupa menarik selimut seraya berdoa esok hari tidak akan ada apa-apa. Yeah i hope.
***
S'note:
So inggris mode on.
Part nggak akan lebih dari 20 atau bahkan nggak lebih dari 10? Bikos ini so sroot eh short.
Bocoran, part depan udah masuk part jawaban yash. Pendek banget karena aku nggak mau cerita ini melenceng dari plot seharusnya. Aku muak dengan plot yang selalu melenceng.
So, masukkan tetap diterimaaa<3
15 Agustus 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror In Dormitory Ghost
HorrorBermula dari Gab pindah negara, sampai dia masuk asrama. Asrama yang aneh, seperti tak ada orang hidup di dalamnya. Padahal, Gab melihat banyak orang yang berlalu-lalang di asrama tersebut. Meski baru beberapa hari Gab menempati asrama itu, Gab suda...