Aku berhenti tepat di depan kamar bernomor 205. Miss Christi mengetuk pintu itu dengan pelan. "Permisi," ucapnya.
Tampak seorang anak perempuan berambut pirang membukakan pintu tersebut, ia tersenyum senang ketika melihatku. "Ya, Miss Christi?" tanyanya.
"Hallo, Fio. Katakan selamat tinggal pada kesendirianmu di kamar ini. Aku membawakan teman untukmu," jawab Miss Christi.
"Oh, terimakasih Miss. Akhirnya aku akan mempunyai teman untuk bercerita selain buku diary-ku!" ucap si anak itu sembari tersenyum.
Miss Christi membalas senyuman anak itu lalu berkata, "Sama-sama anak gadisku. Senang-senang ya, jangan kamu apa-apakan anak baru ini!" goda Miss Christi. Aku yang mendengar itu, hanya tertawa pelan. "Ya sudah Gab, Miss kembali ke ruang kantor dulu ya," tambahnya.
Aku mengangguk dan Miss Christi pun langsung berjalan menjauhi tempatku berdiri saat ini. Setelahnya, anak perempuan itu memanggilku untuk mendekatinya. Ia juga membawakan koperku. Sungguh baiknya anak ini!
"Hai?" sapa si anak itu.
"Hai, aku Gabriella. Panggil aku Gab atau Ella saja, terserah kamu," jawabku sambil tersenyum.
"Hai Gab! Kenalkan, aku Fio. Salam kenal, Gab," balas anak yang bernama Fio itu. Satu yang aku kagumkan darinya, rambutnya berwarna pirang. "Gab, satu jam lagi kelas bahasa akan dimulai. Ayo, aku bantu kamu mengemas pakaianmu ke lemari," sambungnya.
Aku mengangguk. "Terimakasih Fio."
Fio membuka lemari mini yang terletak di depan kasurku. Ia mengambil alih koperku dan mulai memasuki baju-bajuku. Aku pun mengambil tindakan untuk duduk di sampingnya seraya melipat baju-bajuku.
"Gab, kamu pindahan dari mana?" tanya Fio.
"Aku pindahan Indonesia, Fi," jawabku.
"Ah! Kamu beruntung sekali, Gab, pernah tinggal di Indonesia! Aku sangat ingin sekali mengunjungi Indonesia." Decak kagum Fio membuatku tersenyum kecil.
"Lho, kenapa?"
Fio membulatkan matanya. "Iya, pesona alam Indonesia, itu sangat indah! Aku hanya bisa melihat pemandangan tersebut melalui internet."
Aku tertawa pelan. "Wah, terimakasih! Aku jadi bangga bisa tinggal di Indonesia."
Aku dan Fio melanjutkan pembicaraan kami sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu kamar kami.
Tok tok tok.
Fio bangkit untuk membukakan pintu. "Oh, hai Kazuge! Dan hai Nello si tukang tidur!" sapanya.
Aku memandangnya dengan heran. Mereka siapa? Sepertinya kedua anak itu telah dekat pada Fio.
Kedua lelaki itu pun masuk ke kamar kami. Mereka menatapku dengan tatapan yang aneh, tak dapat kuartikan. "Mmm, itu siapa, ya?" tanya salah seorang lelaki di antara mereka.
Fio menghampiriku sambil menggandeng mereka. "Kenalkan, ini siswi baru di asrama kita! Namanya Gabriella."
Aku mengulurkan tanganku dan disambut oleh kedua lelaki itu.
"Aku Kazuge," ucap lelaki yang berkacamata.
"Dan aku Nello," kata lelaki yang bertubuh tegap.
"Aku Gab, senang berkenalan dengan kalian!"
Fio mengenalkan mereka lebih dalam lagi. "Gab, mereka berdua ini adalah sahabatku sejak kelas tujuh tingkat dua. Waktu itu, kami satu kelas dan sering sekali satu kelompok saat belajar. Makanya, mulai dari situ kami semua bisa dekat seperti ini."
"Mereka sudah seperti keluargaku sendiri, Gab. Dengan berbagai karakter mereka; Kazuge, laki-laki berkacamata yang pandai mencairkan suasana dengan sikap hangatnya. Dan yang terakhir, Nello, tukang tidur. Dia selalu tidur tanpa memerhatikan keadaan dan situasi," sambungnya.
Mata Nello membulat. "Hei, kenapa pengenalan punyaku selalu seperti itu?" protesnya.
Aku tertawa kecil. "Nggak apa-apa, Ne. Karakter orang itu berbeda dan aku menghargai perbedaan itu, kok," kataku santai.
"Semoga kamu bisa menerima Nello sebagai keluarga, Gab. Karena sikapnya yang selalu tidur dimana pun memalukan. Jangan malu untuk berteman dengan Nello," sahut Kazuge.
Lagi-lagi aku tertawa kecil. "Kalau kelakuannya malu-maluin tapi tulus sahabatan sama aku, tak apa-apa."
Fio, Kazuge dan Nello saling melempar pandangan. Lalu mereka menatapku dan berucap, "Nice to meet you, Gab!" secara bersamaan.
***
S'note
Astaga, aku amat tidak percaya diri update cerita ini:( chapter selanjutnya udah masuk teror pertama yash.
Kalau tidak dicoba, tidak akan pernah bisa, bukan?:)
2 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Terror In Dormitory Ghost
HorreurBermula dari Gab pindah negara, sampai dia masuk asrama. Asrama yang aneh, seperti tak ada orang hidup di dalamnya. Padahal, Gab melihat banyak orang yang berlalu-lalang di asrama tersebut. Meski baru beberapa hari Gab menempati asrama itu, Gab suda...