I am a Loser

1.1K 67 16
                                    


Ketika mataku terbuka, aku merasa sangat pusing. Aku mencoba berjalan, tapi pinggang dan pantatku terasa sangat sakit.

Ketika aku membuka kamarku, P'Pha terlihat sedang tertidur. Dengan wajah damainya, aku mendekatinya. Perlahan sesuatu yang selalu aku mimpikan muncul dalam benakku ketika melihat bibir P'Pha yang tipis.

Dengan pelan dan hati-hati mengecup bibir itu, hanya sebentar. Karena aku merasa bahwa ia mulai bergerak terganggu.

"Pagi P'." Aku menyambutnya.

Mata P'Pha terlihat mengerjap lalu terbuka perlahan, dahinya menyergit menyesuaikan sinar matahari yang mengenainya.

"Ugh...Badanku pegal semua." Ucapnya ketika bangun.

"Bisa tidak kau lepasin ikatan ini? Aku juga harus masuk toilet dan lain-lain." P'Pha menatapku tak berdaya.

Benar juga, aku sampai lupa hal itu. Tapi aku sudah menyiapkan beberapa hal agar dia tidak bisa kabur begitu saja.

Aku berjalan kearah Laci meja dan mengambil sebuah borgol disana.

Aku sudah memikirkan semuanya,

"Baiklah..tapi maaf P' harus aku borgol." Kataku pada P'Pha yang dijawab oleh anggukan lemah.

Kenapa ia tiba-tiba menjadi penurut seperti ini? Apa dia sedang merencanakan sesuatu?

Saat aku mendekatinya di ranjang, aku baru sadar ternyata wajahnya terlihat pucat.
"P'? Kamu sakit?" Aku mendekatinya dan langsung mengecek suhu badannya.

Ia demam tinggi.

"Tidak usah sok perhatian!" walaupun sedang lemas, ia mentapku penuh dengan kebencian. Seakan menyuruh untuk menjauhkan tanganku dari atas dahinya.

"Maaf.." Kataku.

"Semua ini karena kau. Kalau aku mati disini, hantuku pasti gentayangan sampai membuatmu gila." Terdengar sadis namun lucu menurutku.

"Aku akan rawat P' sampe sembuh kok." Ucapku bersemangat.

"Cih... Apapun yang kau lalukan, aku akan tetap memberimu pelajaran ketika keluar dari sini, bajingan!" Ujar Ari marah.

Aku hanya diam dan memborgol kedua tangannya. Ia mengikutiku dengan lemas menuju toilet.

Setelah sampai di depan toilet, ia masuk dan aku menunggu diluar.

"Untung saja aku tidak buang air besar, kalau ia. Kurasa kau harus nyebokin(?)." P'Pha berkata dari dalam tiolet.

Aku hanya terkikik mendengarnya.

"Aku tau kau sedang tertawa diluar, asal kau tau saja. Aku tidak penah bercanda, setelah keluar dari sini. Aku bakalan hancurin hidupmu." Lanjut P'Pha.

Walaupun sakit mendengarnya, aku tetap berusaha tersenyum. Mengingat bahwa P'Pha sedang berbicara denganku dan bersamaku saja sudah cukup.

P'Pha keluar dari Toilet.

"Apa kau tau? susah sekali cuci tangan dan barangku pas tangan keborgol kaya gini." Ujar P' menggerutu.

Aku suka sikap P' saat ini, walaupun memang masih sedikit kasar. Apakah ia selalu seperti ini saat sedang sakit.

"Ayo aku anterin ke kasur. P' bisa tidur dan istirahat disana, tapi aku bakalan tetap ikat tangan P'. Aku bakalan buatin P' bubur dan beli obat ," Ujarku.

P' tidak menjawab, ia mungkin sudah sangat lemas. Dia berbaring di ranjang dan aku menyelimutinya.

"Aku sudah tidak berdaya seperti ini, kau masih ingin ikat tanganku?" Tanyanya dengan mata sayu, aku jadi tidak tega. Tapi aku harus tetap mengikat tangannya, jika tidak ia bisa saja kabur.

"Maaf.." Akhirnya hanya itu yang bisa aku ucapin.

P'Pha hanya memalingkan wajahnya kearah lain. Aku segera pergi dari kamarku dan secepat mungkin memakai sepatu. Untunglah didekat apartemenku ada sebuah apotik jadi aku tidak harus pergi jauh-jauh.

Setelah selesai membeli obat untuk P', aku langsung kembali dan membuat bubur. Aku merasa sangat bersalah, karenaku P'Pha harus sakit dan menderita, semua ini karena ke'egoisanku semata.

Tapi aku harus siap, aku sudah memikirkannya dengan matang semuanya adalah masalahku dan kesalahanku. Suatu saat aku pasti akan menanggung akibatnya.

Aku membuka pintu dan kulihat P'Pha masih berbaring dengan tidak nyaman. Dengan hati-hati aku mencoba membangunkannya.

"Maaf P' tapi sekarang kau harus makan." Ucapku.

Ia menatapku dingin lalu memalingkan wajahnya kearah lain.

"Aku tidak mau makan. Biarkan aku mati saja disini, agar kau akan membusuk dipenjara." Suaranya terdengar lemah.

"Maafkan aku P'" aku terdiam.

Pertahananku runtuh seketika.

"Baiklah P'." Ujarku Yakin, lalu ia menolehkan wajahnya padaku.

"apa?"

"Aku akan melepaskanmu." Cukup, aku sudah tidak sanggup lagi. aku benar-benar tidak berdaya saat melihatnya seperti ini, semua yang kurencanakan telah memudar. Melihatnya sakit, membuatku ikut tersakiti. Aku ingin dia bahagia, aku akan melepaskannya dan apapun yang terjadi setelah itu. Biarkan terjadi.

Matanya membulat.

"Benarkah?"


"Ya P' kau ingin melakukan apapun setelahnya aku tidak peduli. Kau bisa melaporkanku, menghajarku ataupun membunuhku seperti yang kau katakan. Aku bisa menerimanya, sekali lagi aku minta maaf." Aku tidak berani lagi melihat wajahnya sekarang.

"Tapi sebelum itu, izinkan aku merawatmu hingga besok. Aku ingin kau bebas dan sembuh." Lanjutku kemudian.

Tidak terdengar jawaban.

Kemudian ia menjitak kepalaku dengan keras.

"Kalau begitu suap aku cepat !" ujarnya.

"Terimakasih P' aku harap kau meminum obat ini setelah selesai makan." Aku menyuapkan bubur padanya dan dia memakannya perlahan.Kupu-kupu itu kembali beterbangan diperutku sama seperti saat aku menyuapkan sup padanya kemarin. Aku sangat senang bisa melakukan hal kecilseperti ini saat bersamanya.

"Hei..Kenapa kau tersenyum seperti orang gila sekarang?"

"Ah...tidak P'." Aku merasa sangat bodoh sekarang.

Aku kembali menyuapinya hingga bubur itu habis.

Lalu memberinya obat.

Ia kembali tidur dan aku kembali menyimutinya.
ah... besok ia akan aku bebaskan, aku tersenyum miris memikirkannya. Ternyata aku hanya bisa bertahan sampai disini.

Aku berjalan kearah pintu dan membukanya, sebelum keluar aku membalikkan badanku lalu melihatnya.

"Cepatlah sembuh.. P'pha-ku." Gumamku lalu penutup pintu kamar.

BELCAMBUNG....


KYAAAA, BASS. Sini sama aku aja, uhhh... imut banget sih, pengen juga dong cubit pipimu yang tembem kaya Pha di Episode minggu lalu. Ugh... iri banget deh sama abang God.

Akhir kata, I LOve You Bass <3

Not Mine or Be Mine?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang