#20 Another Chance

949 135 0
                                    

Eunha jelas tidak tenang tiap kali mengingat kelangsungan timnya. Ia tidak siap jika harus melepas Eunwoo dan Rose sebagai arranger mereka.

Tidak hanya itu, sepertinya Jungkook juga ikut bingung. Tiap kali Eunha berpapasan dengan Jungkook, keduanya hanya sesekali mencuri tatapan, membungkam mulut, lalu melengos begitu saja.

Tidak tidak, pikirnya. Bukan ini yang Eunha mau.

"Kau melamun lagi."

Yuju menyodorkan sebuah minuman kaleng di depan Eunha.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi, Eunwoo juga sudah pergi sampai waktu pulang nanti. Eunha benar-benar tidak memiliki rencana apapun.

Awalnya, Eunha sudah memiliki skenario di kepalanya. Mulai dari mereka pergi liburan bersama sampai mengatur latihan-latihan mereka.

Tapi satu per satu rencana itu dihantam oleh benturan dari segala sisi.

Penambahan anggota, kasus Junhoe, Jihyo, lalu sekarang Eunwoo dan Rose yang kian sibuk dengan segudang aktivitasnya.

"Huft... eotteokehaji?"

Kepala Eunha merosot, lalu jatuh begitu saja di permukaan meja. Serius dia sempurna kehilangan semangatnya.

"Ayo kita duduk di depan kelas." Yuju meraih lengan Eunha. Merayu gadis itu supaya lebih bersemangat.

Baru saja mereka hendak keluar kelas, dua orang juga berjalan masuk.

Eunwoo dan Rose.

Dari tadi, Eunha memang ingin membicarakan banyak hal dengan Eunwoo dan Rose. Tapi setiap kali ia ingin menegur Eunwoo yang bahkan ada di kelas yang sama dengannya, kesempatan itu tidak pernah datang. Dan sekarang, disaat ia bisa berhadapan dengan mereka, Eunha justru bingung ingin bicara apa.

"Eodiga?"

Yap, hanya kata itu yg keluar dr mulut Eunha.

"Ada yang ingin kami bicarakan. Duduklah." Eunwoo menengahi pembicaraan ketika dirasanya Eunha seperti kecewa atau marah.

"Katakan saja cepat. Sebentar lagi bel berbunyi."

Bukannya membuka suara, Rose justru merogoh saku jasnya. Tangannya meraih tangan Eunha dan menyelipkan sebuah benda di telapak tangan Eunha.

Sebuah USB.

"Bukalah dengan Jungkook. Di dalamnya ada beberapa lagu yang sudah kami susun ulang. Kalian bisa memilih mana saja yang menurut kalian cocok untuk perlombaan nanti." jelas Rose sambil mengusahakan tersenyum.

"Mianhae Eunha ya. Aku dan Rose tidak bermaksud menghindari kalian. Dan keputusan kami memilih olimpiade ini, benar-benar sudah kami pikirkan dengan sangat hati-hati. Tapi kami sadar, tidak mungkin meninggalkan tim begitu saja. Makanya Rose mengusulkan membuat rekaman instrumen untuk kalian latihan tanpa kami."

Eunha memandangi benda kecil di tangannya itu. Begitupun Yuju yang sejak tadi sama sekali tidak membuka suara dan lebih memilih menjaga jaraknya.

"Kami akan tetap membantu kapan pun kami bisa. Kita ini tim kan?"

Tapi tetap saja rasanya berbeda, batin Eunha.

Rose mencengkram kedua bahu Eunha "Aku janji, setelah olimpiade ini selesai, aku dan Eunwoo akan langsung ke tempat kalian tampil."

Lalu tangan gadis bersuara khas itu menyembulkan kelingkingnya di depan wajah Eunha.

Pinky promise

Jika suasana hatinya tidak sesedih ini, mungkin Eunha sudah meledek Rose habis-habisan. "Eih, dwaesseo. Kalian memang harus datang."

Yuju mengepal tangannya di udara sambil beberapa kali membenturkannya ke lengan Eunwoo, "Kalian juga harus memenangkan olimpiade itu. Awas saja kalau sampai kalian kalah."

Count On Me | 97 Line [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang