NONE 4

29 5 0
                                    

Claire POV

Aku merenggangkan tubuhku yang terasa pegal. Aku menyipitkan mataku untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina ku.

Dimana aku? Aku menolehkan kepalaku dan menyadari bahwa aku sedang berada di dalam mobil. Ah, bukankah tadi aku sedang dalam perjalanan ke museum? Dan... bersama Reynand.

Aku menolehkan kepalaku dan mendapati Reynand sedang tertidur. Saat ini jok depan mobilnya ia turunkan sedikit ke belakang sehingga kami seperti di kasur. Berepa lama aku tidur? Yaampun aku sangat malu.

Aku melihat jam tangan ku dan sekarang menunjukan pukul dua empat lima sore. Itu artinya sekitar lima belas menit aku tertidur. Aku menatap wajah Reynand. Memang benar ia sangat tampan. Terlebih saat tidur seperti ini.

Alis yang tebal, hidung mancung, rahang kokoh, kulit putih bersih dan bibir sexy nya. Ah, aku jadi mengingat malam itu. Bodohnya aku, kenapa aku tidak pilih - pilih dulu sebelum melakukan itu.

"Sudah cukup memandangi aku?"

Suaranya mengejutkanku. Jadi selama ini ia tidak tertidur? Sial, aku pastikan wajahku memerah saat ini. Aku langsung memalingkan wajahku.

"Aku tidak memandangimu, percaya diri sekali," sanggahku.

Ia terkekeh lalu bangkit duduk.

"Lalu apa? Mengagumi ku? Aku tahu aku tampan," katanya.

Aku melongo. Percaya diri sekali dia,

"Oh, kau punya kepercayaan diri yang sangat tinggi Mr. Greyson. Ku kira kau adalah sosok yang kharismatik, sehingga kau dikagumi oleh hampir semua siswi di sekolah, kecuali aku tentunya,"

Sekarang dia yang melongo, lalu tersenyum nakal. Ia mendekatkan tubuhnya padaku. Aku langsung memojokan tubuhku ke pintu.

"Kenapa kau tidak mengagumiku?" Tanyanya setengah berbisik.

"Uhm.. karena tidak ada yang pantas aku kagumi dari dirimu, ditambah lagi sikapmu yang baru saja kau tunjukan padaku. Oh, jangan terlalu berharap,"

Ia memundurkan lagi tubuhnya.

"Sudah, ayo cepat turun. Kita punya dua jam lagi sebelum museum tutup."

Rupanya dia mengalihkan pembicaraan. Aku hanya mengangguk dan keluar dari mobilnya. Aku mengernyit. Tunggu,

Kita punya dua jam lagi sebelum museum tutup.

Kita? Dia akan ikut? Aku lihat ia keluar dari mobilnya dan mengunci mobilnya.

"Kenapa?" Tanyanya

"Kau akan kesini juga?"

"Iya, aku mau kesini. Lagi pula ini tempat umum kan?" Katanya.

Ia benar. Aku tidak bisa melarangnya kesini. Percaya diri sekali aku bahwa dia kesini mengikutiku.

Aku melangkahkan kakiku ke dalam museum. Ini bukan kali pertama aku ke sini, dulu setiap kali aku atau ibuku berulang tahun, kami akan mengunjungi museum karena aku suka seni. Aku juga ingin menjadi seniman. Entah itu, pelukis, pemahat, penari atau penyanyi. Aku suka semua yang berbau seni.

Hari ini memang bukan hari ulang tahunku atau ibuku. Hanya saja mumpung hari ini aku libur, jadi aku punya kesempatan untuk kesini karena setelah kematian ibuku, aku belum pernah kesini lagi.

Saat aku hendak membayar di loket, Reynand menahan tanganku dan mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar tiket kami. Aku berterimakasih padanya. Dan ia tersenyum. Kami berjalan beriringan mengelilingi museum.

NONE | On HoldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang