Ketakutannya

26.5K 1.7K 9
                                    

"Ay ..., ayo bangun nak ini udah siang kamu harus ke kampus" Terdengar suara di balik pintu.

"Asstagfirullah hal adzim! Aku bisa terlambat." Aylin segera turun dan bersiap siap.
Ini pasti karna tadi malam aku mikiran anak itu. Batin aylin berbicara.

Sampai di kampus tentu saja dia terlambat tapi beruntungnya dia diperbolehkan masuk karna aylin memang anak rajin dan ini adalah untuk pertama kalinya dia terlambat.

Setelah kelas selesai aylin bersiap siap pulang. Dia menunggu bus di halte sambil mengerjakan tugas dari dosen dengan leptop di pangkuannya.

Sedang asik asiknya dia mengerjakan tugasnya. tercium parfum yang begitu iya kenal, dan dia begitu mengenal siapa orang yang memakainya.

"Apa mau mu?" Aylin bersuara dingin.

"Ternyata kau begitu mengenaliku rupanya," ujar pria itu dengan senyum yang begitu memuakkan bagi aylin.

Aylin hanya diam tak berkutik, jantungnya berdetak kencang menandakan bila dia begitu takut, tapi tak bisa berlari kakinya terasa beku.

"Maafkan aku ay ....," Suara pria itu terdengar dengan nada penuh penyesalan. "Aku tau aku salah, tapi itu bukan salahku sepenuhnya ay, dia sendiri yang mencari mati dengan mendekatimu."

Aylin masih terdiam, mengingat kelakuan pria itu membuat hatinya sakit bagai di tusuk belati.

'Bahkan dia tak mengesali perbuatannya'

"Apa begitu susahnya kau berada di sisiku?, apa sebegitu buruknya aku di matamu? Apa kekuranganku ay?" Aylin mengepalkan tangannya seketika.

"Sangat susah, hingga mustahil rasanya aku akan berada di sampingmu, bukan kah sangat terlihat apa kekuranganmu,
Kau melihat cadarku kan, kita sangat berbeda. Dan tak mungkin bisa bersama." Balas Aylin dingin.

Kebetulan bus berhenti, dengan segera Aylin naik, bersamaan dengan itu,  air matanya menetes, mengingat betapa kejamnya prilaku pria itu.

'Aku sangat menyesal membantunya dulu kalau nantinya akan jadi seperti ini, seharusnya aku membiarkannya saja. Hah tapi tidak bisa juga begitu Allah memerintahkan manusia untuk saling tolong menolong.' batin Aylin kesal sendiri.

Entah kenapa pikirannya mulai terbang ke beberapa tahun lalu, dimana pertama kali dia bertemu dengan pria aneh itu.

Suara rem bus yang berhenti, membawa aylin ke masa depan kembali, dia memejamkan matanya seolah ingin melupakan kejadian itu dan bergegas turun ke rumahnya dan menenangkan dirinya.

"Ay ..., Kau sudah pulang nak, mandi dan segeralah turun ya, kita makan bersama." kata ummi nya dengan lembut dan di sertai senyuman

"Iya." Hanya kata itu yang dapat ia ucapkan dengan lesu

"Ada apa nak ?" Tanya anisa heran

"Tidak ada ummi, hanya saja ...," Aylin diam dan memilih untuk tidak melanjutkan kata katanya.

"Hanya saja apa nak ?."

"Emm tidak Ummi, aku ingin mandi." Setelah mengatakan itu Aylin langsung pergi ke kamarnya.

Saat sampai di kamarnya Aylin tak langsung mandi dia duduk di sebuah bangku yang ada di balkonya.

"Abi, Arfan ... Bisakah kau kembali...
Bisakah kita lanjutkan." Setetes air mata jatuh dari mata indah Aylin. "Rasanya sakitt, saat aku harus menerima kenyataan bahwa kau sudah tiada, dan aku ... Aku tak bisa melupakanmu." Kata kata penuh akan kesakitan dan penderitaan, terucap dari bibir mungil gadis itu diiringi air mata yang terus bercucuran.

Cadarku dan obsesimu ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang