Kajian sore dan dia

20.2K 1.2K 16
                                    


A

bdiel PoV

  salahkan terlalu mencintai seseorang? Salahkah bila aku menginginkan kebahagiaan? Salahkah bila aku menginginkan kasih sayang ?

Aku tau kesalahanku tidak akan bisa di maafkan, aku seorang pembunuh, oleh karna itu aku menginginkan seseorang yang bisa memberi kehidupan pada setiap orang.

Obsesi ? Iya katakanlah begitu aku tak peduli, entah itu obsesi gila psycopath yang aku inginkan adalah Aylin ku. Tidak cukup kah aku mengalami kesakitan selama ini ?

Flashback

Di malam yang begitu hening suara rintihan kesakitan dan pilu itu terdengar nyaring, tidak ada yang bisa di lakukan oleh anak kecil itu selain menangis dan berdoa semoga ini semua cepat berakhr.

"Anak bodoh ! Kau hanya kesalahan buk.. Buk.."

"Ampunn!," Teriak pengampunanku yang tak pernah di dengar
Cambuk itu terus mengakiti tubuh mungkil ku hingga darah mengucur deras di tubuh ku.

"Seharusnya aku membunuhmu dulu, hah!" Setelah puas iya dengan bedak tebal dan  bibir yang dipoles dengan lipstik merah menyala itu pergi begitu saja.

Sedangkan aku berusaha  keluar rumah menuju taman dekat sungai yang begitu indah. Di bawah bintang  dan di terangi rembulan aku merintih kesakitan

Tiba tiba  aku merasakan ada tangan yang begitu mungil memegang tanganku yang terluka mungil itu segera membersihkan lukaku

"Kamu habis berantem ya kak? Kenapa gak di obatin kata mama kalo gak diobati nanti sakitnya tambah parah, atau kakak takut perih ya? Jangan takut kak aku obati dengan lembut ya," kata kata gadis itu begitu polos di mataku dengan kehati-hatian tangan itu membersihkan luka ku seolah tak ingin membuatku kesakitan.

"Aku tinggal di sana, aku liburan ke sini. Karna dekat dengan taman ini kata papa boleh main ke sini asal jangan jauh jauh, aku main petak umpet sama Rizki tapi denger kakak kesakitan aku datangi kakak aja hehehe."

  Gadis itu mendonggak menatap ku sambil tersenyum, senyum yang sangat manis begitu indah dengan mata coklat yang bersinar kulit yang putih terang di bawah bulan purnama.

Aku hanya terdiam melihatnya, memperhatikan setiap gerakan tubuhnya saat mengobati lukaku.

"Yey sudahh, aku bakat jadi dokter ternyata, buktinya lukanya udah aku perban pake baju aku hehehe, nanti aku pinjem jaket Rizki aja lah," ujarnya dengan senyum ceria khas anak kecil yang bahagia berbeda dengannya.

  Iya aku sadar gadis kecil ini merobek baju panjangnya untuk membalut dan membersihkan lukaku dengan kerudung panjang nya yang terulur.  hingga kerudung hijau itu terlihat penuh darah.

"Pipi kakak juga luka." katanya khawatir

Dengan sigap gadis itu ke sungai lalu mengambil air membasahi kerudungnya dengan air lalu kembali ke hadapanku.

"Badan kakak tinggi, menunduk sedikit ya aku mau bersihin lukanya terus aku kasih plester," ujarnya lembut yang memang terlihat kesusahan membersihkan luka di pipiku.

Aku menunduk mengikuti arahanya dengan serius dia membersihkan lukaku dan memberinya plester.

"Yey sudah selesai, muka kakak udah bersih." senyum nya begitu tulus mata nya yang sedikit sipit tenggelam dalam senyum itu.
  Dia terlihat bahagia sekali melihat lukaku tidak terlihat parah.
Aku masih memperhatikan nya saat tangan mungil nya membuka baju ku

"Ya Ampunn banyak sekali luka di tubuh kakak! huaaa.... Hu.. Hu..pasti sakit kan kak,"  air matanya mengalir dengan deras seolah dia merasakan sakit nya.

Cadarku dan obsesimu ( Complete )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang