5 (lusin keempat)
Detik berdetak mengikuti irama degup, bagai harmoni yang mengalun syahdu, meski mengganti masa, fajar dengan senja memainkan dakhil intuisi, agar tiap mata jatuh hati padanya, meski mengganti masa, fajar pertama tiga tahun lalu, senja pertama tiga tahun lalu, bertemu denganmu, berganti, dengan dalih dalihnya memaksaku agar menerima, kini, fajar terakhir dan senja terakhir, bertemu,denganmu, tak peduli, berapa koma menitik puisi singkat ini, dan tak peduli letak koma yang tak menentu, karena tak sebanyak koma,yang menitik setiap kenangan yang juga rancu, dari fajar pertama, hingga fajar terakhir, ku berharap tiada titik di dunia ini, ku berharap hanya koma, agar setiap kenangan, tak bertitik, hanya berjeda, namun tetap azali, walau desir angin yang berkesiur menjadi prahara yang murka, tetaplah menjadi kawan, yang tak, mengenal titik, tetaplah menjadi komaku,
KAMU SEDANG MEMBACA
5 Lusin Aksara yang Berlagu
PoetryHanya secercah aksara yang melagu penuh intuisi.