Mobil sedan berwarna hitam mengkilap melaju memasuki basement sebuah gedung besar di tengah kota. Mobil itu terhenti dan terparkir di basement paling pojok. Seorang pria yang duduk di kursi kemudi keluar dari dalam mobil yang disusul dengan 2 cowok lebih muda. Pria tinggi itu membuka bagasi mobil dan mengeluarkan beberapa tas jinjing besar dan satu koper.
"Han, tolong bawain ini." ucap pria tersebut pada salah cowok muda tadi sambil menyodorkan salah satu tas.
Yohan tidak lantas mengambil tas yang disodorkan. Ia melihat-lihat lagi tas-tas yang baru saja dikeluarkan, pikirannya menimbang-nimbang. "Bang, gue bawa tas yang ono aja deh." balas Yohan dengan tangan menunjuk tas jinjing merah yang ukurannya lebih kecil dari tas jinjing yang disodorkan oleh abangnya.
"Gak usah protes. Nih ambil!" perintahnya telak. Seungwoo, nama pria tinggi itu, kembali menyerahkan tas jinjing besar tadi. Sebenarnya Yohan malas membawa tas yang kalau dilihat-lihat kayaknya berat. Tapi mau tidak mau Yohan mengambil tas tersebut dan menentengnya daripada harus kena sembur abangnya.
Seungwoo beralih ke adiknya yang paling bontot. "Nah kalau adek bawa koper ya." Beda dengan Yohan, suara Seungwoo berubah lembut ketika menyuruh Dongpyo. Dongpyo cuma manggut-manggut diperintah Seungwoo. Beda halnya dengan Yohan, raut mukanya sudah berubah jadi tidak enak pandang. Iri.
"Dih bang kok lo gitu." protes Yohan.
"Gitu gimana?" tanya Seungwoo bingung dengan perkataan Yohan.
"Pilih kasih!" jawabnya, sewot.
Seungwoo menegakkan badan dan menatap Yohan diam selama beberapa detik, kemudian mengabaikan cowok itu karena dirasa ucapan adiknya ini tidak penting dan memilih berjalan meninggalkan Yohan yang kemudian diikuti oleh Dongpyo.
"Bang! Yaelah." Merasa diabaikan Yohan mengejar kedua saudaranya itu yang meninggalkan dirinya sendirian.
Mereka berjalan menuju lobby gedung apartement melalui pintu selatan dari parkiran basement. Dongpyo dan Yohan sedaritadi pandangannya memperhatikan sekitar lobby yang luas. Lobby memang sepi, hanya ada security, beberapa anak kecil dan orang dewasa yang mereka yakini penghuni gedung ini juga.
Mereka berhenti sesampainya di depan lift. Seungwoo memencet tombol dan menunggu lift bergerak turun. Tak lama, datang seorang cowok berpakaian seragam olahraga sekolah dari arah belakang, berdiri diam di sebelah mereka. Sekali lihat bisa dipastikan cowok itu masih anak sekolah yang baru pulang.
Ting!
Lift berdenting dan pintu terbuka, mereka, tiga bersaudara ditambah satu cowok asing, masuk ke dalam lift tersebut.
Si tertua yang hendak menekan tombol lantai lift, keduluan oleh anak sekolah asing tadi yang ternyata juga menekan tombol lantai yang tiga bersaudara ini ingin tuju. Seungwoo mengira anak itu mungkin saja tetangga baru mereka.
Tapi masih kemungkinan. Bisa aja anak itu cuma mampir, siapa yang tau.
Seungwoo enggak mau ambil pusing mikirin anak orang, toh tidak kenal juga. Tapi Dongpyo yang intens merhatiin dari awal anak cowok itu datang sampai sekarang mereka masuk lift, penasaran sama logo di kaos olahraga anak itu.
"Kayak kenal."
Sadar diperhatiin, Eunsang menoleh ke arah tiga bersaudara itu. Kaget, Dongpyo yang ketauan melihat Eunsang langsung senyum canggung. Eunsang pun membalas dengan senyuman juga.
"Penghuni baru ya? Baru lihat soalnya hehehe," tanyanya. Eunsang menduga mereka bertiga ini penghuni baru karena membawa tas dan koper besar, seperti orang pindahan.
"Iya, baru pindah hari ini." jawab Dongpyo.
Atensi Seungwoo dan Yohan teralih ketika mendengar Dongpyo mengobrol dengan orang di sebelah mereka ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Neighbour : Apartement 182
FanfictionApartemen bernomor 182 terkenal dengan keangkerannya apalagi sudah lama sekali pemiliknya tidak menempati apartemen tersebut. Tapi bagaimana jika apartemen itu sekarang dihuni oleh penghuni baru yang merupakan kakak beradik? © 2019 chuupid