Part4 : Sandi

124 17 13
                                    

"Kita harus terus berjalan! Sebentar lagi kita akan sampai di perbatasan negara." ucap sang pemimpin.

Mereka terus berjalan tanpa menoleh ke belakang. Pandangan mereka lurus kedepan tanpa ada yang menghalangi mereka sejauh ini.

Sejauh ini jalanya masih setapak dengan rumput rumput liar yang tumbuh disela-sela jalan. Tumbuhan liar juga tumbuh di sekeliling jalan, ada duri di bagian daunya dan tumbuhan itu mempunyai bunga yang mirip seperti bunga mawar tapi dengan versi yang lebih kecil.

Semakin jauh berjalan, jalanya juga semakin menyempit. Mereka terus berjalan hingga jalan setapak itu habis dan menemukan sebuah hutan yang rimbun di depan mata mereka.

"Sepertinya kita sudah sampai di perbatasan wilayah kerajaan. " ucap sang pangeran.

"kita semua akan melewati hutan itu, ayo! " ajak Elissa sembari menunjuk hutan yang lebat itu.

Apa kita benar benar akan melewati hutan yang sangat lebat itu? Ini pasti akan sulit. Keluh Sharla.

"Ini tak akan sulit jika kita tetap bersama." Tabib muda bernama Vigro itu berada di sebelah Sharla, membisikan sebuah kalimat dan tersenyum pada Sharla setelahnya.

Kenapa dia bisa tau apa yang kupikirkan?!

"Daripada kau memikirkanya, lebih baik kita menyusul yang lain untuk mencari berlian itu. Kau lihat, mereka sudah berada jauh di depan." Vigro memberikan senyum tipisnya dan berjalan ke depan menyusul yang lainya.

Sharla masih saja tak habis pikir kenapa Vigro bisa tau apa yang ia pikirkan. Tapi ada pikiran lain yang menyelimuti pikiran Sharla, senyum anak itu manis sekali.
.
.
.

Hutanya lebih lebat dari kelihatanya di luar tadi. Banyak pepohonan tinggi di dalam hutan itu yang menjatuhkan beberapa daun keringnya dan menghiasi jalan yang susah untuk mereka lewati itu.

Elissa menggunakan pedang di tanganya untuk membuka jalan yang ditutupi oleh tumbuhan liar yang merajalela memenuhi semua tempat.

Setelah lama berjalan melewati semua pohon tinggi itu, akhirnya mereka sampai di suatu tempat yang dipenuhi batu batu besar. Mereka beristirahat sejenak disana.

"Sepertinya ada seseorang disekitar sini." Vigro mulai mendeteksi seperti layaknya paranormal sedang menjalankan misi.

"Keluarlah kalian! Pemimpin kalian ada disini." Vigro memanggil 5 orang dengan pakaian prajurit dari balik batu besar tempat mereka beristirahat.

"Kenapa kalian ada disini?" Tanya Elissa dengan nada heran setelah melihat 5 anggotanya berada di tempat yang jauh dari wilayah kerajaan dengan menggunakan pakaian lengkap seperti akan berperang.

"Ma-maafkan kami ketua. Kami hanya ingin me-membantu kalian. Ma-maafkan kami ketua." Salah satu dari mereka meminta maaf pada ketua mereka dengan gugupnya, layaknya orang sedang ketakutan pada sesuatu.

"Kalian sudah berani menguping pembicaraan orang dalam! Sekarang kembalilah ke kerajaan! Kali ini aku memaafkan kalian, tapi ingat, jangan biarkan rahasia ini tersebar ke seluruh wilayah!" Tegas Elissa sebagai pemimpin.

"Te-terima kasih ketua, kami akan segera kembali." Mereka berlima lari menjauhi ketua mereka menuju kembali ke wilayah kerajaan.

"Mereka hebat bisa mengikuti kita tanpa ketahuan sejauh ini." Puji pangeran Emits.

"Mereka benar benar tidak sopan, mereka sudah berani menguping pembicaraan anggota kerajaan. Maafkan anggotaku  yang bodoh itu pangeran Raphael." Elissa meminta maaf atas kesalahan anggotanya pada pangeran Emits bernama Raphael itu.

DiamondsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang