Taman belakang sekolah adalah tempat yang paling tepat untuk menenangkan pikiran. Taman itu memang hijau dan asri. Bukan pohon besar seperti beringin yang membuatnya sejuk, melainkan hanya pohon-pohon setinggi lima meter. Namun sayang, hanya sedikit yang mengetahui tempat senyaman ini.Rinjani Zhitasya. Gadis berambut kuncir kuda itu sedang duduk disalah satu kursi di taman ini. Rambutnya bergerak kesana-kemari bersamaan dengan semilir angin yang berhembus. Tempat ini sudah menjadi favorit nya selama setahun bersekolah disini. Baginya, taman belakang sekolah adalah tempat ternyaman dan terdamai yang pernah ia temui, walaupun hati dan pikirannya tidak pernah sedamai tempat ini saat berkunjung.
"Buat dia terbiasa dengan kehadiranmu."
Sebait kalimat yang dibaca dari layar ponsel membuat Gadis ini menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya meremas geram rok sekolah milik nya, dadanya terasa sesak seperti ada beribu-ribu jarum yang menusuk dadanya.
Plak.
Sebuah kaleng minuman berhasil mendarat di kepala Zhita dengan mulus.
"Aww." Zhita meringis kesakitan sembari mengelus kepalanya.
Mata Zhita menelaah hampir ke sudut taman. Namun, nihil tidak ada satu pun orang di sana.
"Siapa yang membuang kaleng minuman sembarangan?" teriak Zhita dengan pandangan terus mencari orang yang telah berani melempar kaleng minuman ke kepala nya.
Hening. Tidak ada suara yang menyahut, yang terdengar hanyalah suara kicauan burung.
"Keluar lo, pengecut." Suara Zhita terdengar lebih keras bahkan amarahnya sudah membakar besar.
"Gue di sini."
Zhita menoleh ke arah suara. Dilihatnya, seorang anak laki-laki sedang bersandar santai di atas ranting pohon rambutan, tangan kirinya sedang memegang sebuah comic dan sebelah kanan sedang asik memutar fidget spinner dengan lampu warna-warni yang terlihat sangat menarik.
Zhita membuang napas berat, dia beranjak dari duduknya kemudian berjalan ke arah cowok yang bernama Gibran Angkasa.
"Turun lo, kunyuk!" seru Zhita dengan mata melotot menatap cowok di atas pohon rambutan itu dan kedua tangan nya diletakkan di pinggang.
Gibran masih berpokus dengan comic yang dibaca nya tanpa menghiraukan perintah Zhita.
"Lo itu budek apa bego, sih? Gue bilang turun!"
Cowok itu membuang napas bosan lalu menutup comic yang dibaca nya, mata cowok itu menatap sinis ke arah Zhita.
"Ogah, kalo gue turun ntar lu naksir liat muka gue."
Tawa Zhita pecah seketika. "Najis, mana mungkin gue suka sama muka kayak ketek kecoa begitu."
"Hati-hati kemakan omongan sendiri, lho," ucap Gibran dengan senyum liciknya.
"Whatever, pokoknya sekarang lo turun, atau gue..." Zhita sengaja menggantung kalimatnya.
Gibran menaikkan sebelah alisnya. "Atau apa?"
"Atau gue lempar nih sepatu ke muka lo." Tangan kanan Zhita memegang sebelah sepatu miliknya sendiri.
"Lempar aja kalo bisa."
Zhita menggeram kesal, kesabaran nya sudah habis. Dengan emosi Zhita melempar sepatu miliknya ke wajah cowok itu, namun meleset.
"Tuhkan gak kena." Ledek Gibran itu dengan menjulurkan lidahnya.
"Dasar banci, beraninya cuma sama cewek."
"Dih, mana ada banci seganteng gue," ucap cowok itu dengan penuh percaya diri.
Zhita mengacak-ngacak rambutnya frustasi, mood gadis ini memang sudah tidak baik sebelumnya dan sekarang mood gadis ini bertambah buruk ketika bertemu Gibran. Kepalanya hampir saja pecah mungkin lebih tepatnya kepala Thalia sebentar lagi akan pecah.
Sebelum benar-benar kepalanya pecah, Zhita mengambil sepatunya dan meninggalkan cowok itu dengan mulut yang terus menerus mengucapkan sumpah serapah selama di perjalanan.
--oo0oo--
-----
A/n: Author
Allhamdullilah part.1 sukses😊
Yang gak tau kunyuk itu apa? Kunyuk itu sejenis Anak monyet😁
Ya,udah...authornya gak pengen banyak bacot, pokoknya jangan lupa VoMent yaw😄----Jun💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Euphoria
Novela JuvenilRinjani Zhittasya yang tau semua tentang Rakasa Putra Zayka. Dulu Thalia dan Zayka sedekat nadi, namun sekarang Zayka seperti tidak pernah menganggapnya hidup. Menyedihkan, mencintai tanpa dicintai. Ternyata Thalia salah selama ini dia tidak seutuhn...