Satu : Twin

109 56 61
                                    

Yang paling baik diantara yang terbaik dan yang paling kuat diantara yang terkuat namun bisa membuat seseorang menjadi yang paling buruk diantara yang terburuk dan yang paling lemah diantara yang terlemah. Itu adalah satu dan selalu satu.
Cinta

-Audi Annisa

***
Happy Reading~

Duduk di bangku paling pojok di kelas, dua siswi itu asyik berbicara. Lebih tepatnya calon siswi dan mereka lebih tepatnya sedang menertawakan sesuatu.

"...Itu cowok sepasang, kumisnya janjian ya? Cocok, kayak kembar." Ungkap Audi kemudian tertawa. Tanpa ia sadari, dua laki-laki yang dibicarakan itu melihat ke arah mereka.

"Astaga benar juga, Di. Eh, tapi udahlah ngomongin orang. Nanti karma, kan berabe." Membalas Audi dengan menutup mulut, agar suara tawanya tidak sampai ke telinga senior pengurus MOS. Kemudian dengan lagak bergedik ngeri.

Benar juga apa yang dikatakan Renata. Untung diingetin, pikir Audi kemudian mengedarkan pandangan ke depan untuk menyimak sisa-sisa ceramah Ketua OSIS yang mereka lewatkan dan kemudian merasa risih saat menyadari bahwa calon siswa lain sesekali mencuri pandang pada penghuni pojokan, yaitu mereka.

Atas nama penasaran dan sedikit parno terhadap apa yang terjadi, Audi bertanya dengan gadis berhijab yang duduk didepannya. "Nik, kenapa temen-temen liatin kesini mulu ?" Bisiknya pelan.

Monica yang dihadapannya membalas dengan nada yang lebih kecil dan cepat. "Mereka pada penasa..." suara kecil itu tergantikan oleh teriakan salah seorang pengurus MOS.

"Eh itu yang dipojok, jangan ngomong mulu lo ! Dengerin nih Kak Reno lagi ngomong di depan. Mau lo kena hukuman spesial ? Cabutin bulu ketiaknya Kak Reno tuh. Sama yang ganteng gak bakal ngeri-ngeri amat kok." Ucapannya yang diikuti evil smile itu membuat semua yang berada dalam Ruang Ketiak merasa geli sekaligus mual. Apalagi apa yang dibicarakan Kak Santi itu merusak imej populer, ganteng, tampan, kece, dan bla bla-Kak Reno. Orang yang dibicarakan itu menatap tajam sang penista imejnya. Tunggu aja di ruang OSIS, aku bales San.

Audi tentu saja ikut merasa jijik sekaligus keringat dingin, karena kalimat itu tadi ditujukan untuknya. Udah ya Kak Reno, awalnya pengen ngefans, tapi gak jadi deh. Mana nama Ruang MOS kita mendukung pembahasan banget lagi. I'll feel-nya jadi nambah deh.

Tentang nama Ruang MOS yang aneh ini-sesungguhnya nama ruangnya berdasarkan bagian tubuh. Tapi pengurus OSIS sudah kehabisan akal untuk ruang ketujuh alias ruang terakhir ini. Namun, semua nama ruangan itu difilosofikan dari jenis pengurus MOS masing-masing kelasnya.

Ruang satu : Ruang Kepala

Pengurus OSIS di sini adem ayem banget. Mengurusi masalah calon siswa yang bandel pun dengan kepala dingin dan tenang. Pokoknya beruntung bisa mengecap bokong untuk duduk di sini.

Ruang dua : Ruang Leher

Calon siswa dan siswanya masuk melalui jalur belakang. Dilindungi para guru dari ancaman para perajam neraka terhadap dosa-dosa. Yang orang-orangnya kalau jalan pasti lehernya ditegakkan se-tegak-tegaknya. Biar kelihatan angkuh gitu. Juga pengurus MOSnya orang populer dan kece yang sama nenggak lehernya.

Ruang ketiga : Ruang Perut

Bukannya para calon siswanya atau pengurus MOS yang gendut atau bahkan kurus. Tapi di kelas ini semua anggotanya melakukan fungsi dengan baik dan teratur layaknya organ dalam perut, orang disiplin dan sebagiannya masuk dalam 20 peringkat teratas se-kabupaten. Salah satunya Salmalea Shadika, sahabat Audi yang paling pintar dan satu-satunya yang punya mantan. Itupun mantannya cuma satu. One and only one.

Ruang keempat : Ruang Tangan

Ruang Tangan ini baik calon siswa maupun pengurus MOSnya saling melengkapi. Tidak berlagak layaknya diktator kejam. Erika Valeria, salah satu dari grup pertemanan Audi dan Renata tercatat baik disini. Enjoy diajak bicara dan mampu menyelesaikan masalah dengan saling menggenggam tangan. Mirip Ruang Kepala sih, tapi bedanya Ruang Tangan jarang bermasalah dengan Ketua OSIS.

Ruang kelima : Ruang Lutut

Dari Ruang sebelumnya yang mempunyai Pengurus MOS yang idaman. Disinilah diletakkan para peneriak-peneriak sejati. Paling berisik dengan hawa didalamnya yang sangat panas. Kayaknya disana terletak calon siswa paling dongkol. Namun, apabila berani memicingkan mata kepada Senior. Siap-siap saja berlutut untuk minta maaf. Diantara semua Ruang, Audi bersyukur tidak masuk ruangan ini. Sekalipun ada salah satu sahabatnya yang kurang beruntung, Amanda Sesa Simanjuntak.

Ruang keenam : Ruang Kaki

Disini bukan ruangan yang lebih parah daripada ruang lutut dan sampai diinjek-injek. Malahan disini tersedia pengurus MOS yang memiliki jabatan rendah sekaligus rendah hati dengan calon siswa yang memiliki peringkat rendah dilihat dari NEM SMP. Udah kayak Yo Dawg tuh.

Ruang ketujuh : Ruang Ketiak

Disinilah ruangan beratap untuk tempat rehat sejenak dan bersinggah melepas penat yang sudah dicampur keringat. Rajanya somplak ada disini, 5 pengurus MOS. Orangnya memang jenaka, tapi suka buat challenge 'Tahan Tawa' dan itu sungguh percobaan pembunuhan secara perlahan. Sering disinggahi Kak Reno, sang Ketua OSIS tampan karena para Pengurus MOS yang suka sekali menjahili calon siswa dengan hukuman yang aneh dan menjijikan, padahal sedang berpuasa.
Namun, perhatian pengurus MOS fokus pada calon siswa yang culun di bangku depan untuk diusili dengan julukan aneh-aneh.

"Audi udah dong melamunnya, itu Kak Reno nyuruh kamu kedepan. Masih sempat bengong sih." Sayup-sayup bisikan Renata membuyarkan lamunan Audi yang membuatnya tersentak kaget.

Segala perhatian tertuju pada Audi, sial. "Kalian berdua saja yang maju kedepan. Kan sama-sama berisik, walau yang satunya lebih sengklek." Perintah Kak Gendut yang namanya masih misteri.

Tangan Audi menggenggam tangan Renata, keringat dingin. Kemudian menariknya ikut kedepan kelas, seperti yang diperintahkan. "Ayo temenin aku, Ren. Berdua lebih baik." Bisik Audi cepat dengan kaki setengah berdiri yang gemetar. Lalu melangkah menuju tempat jarahan Pengurus OSIS setelah Renata setuju untuk ikut, emang temen sesuka-seduka.

Audi terus menatap Kak Reno, bukan untuk memuji ketampanannya. Tapi menunggu instruksi setelah menunggu 5 menit berdiri di depan kelas. Layaknya terdakwa yang menunggu vonis hakim dengan pasrah.
Kak Reno, Rahmat Tuhan mana lagi yang kau tampakkan kepadaku. Puja Renata, masih sempat.

"Hmm, kok diem ? Nunggu apaan ?" Tanya Kak Reno dengan senyuman yang pas dengan wajahnya.

"Nunggu vonis hakim, eh maaf kak. Nu—nunggu instruksi dari kakak." Audi terbata-bata. Melepas genggaman tangan Renata, kemudian mengelap peluh dingin di jidatnya.

Kelas menjadi riuh dengan bisikan anak-anak lain setelah mendengar kalimat selanjutnya, "Instruksi apaan ? Kakak cuma penasaran. Kalian kembaran ya ?".

***

Maaf kalau masih jelek, alurnya bakal lambat. Soalnya kejadiannya bakal bener-bener diceritain.
Kasih comment buat saran dan kritiknya ya,,aku bakal perbaiki kalau penulisannya masih kurang nyaman 😊. Enjoy to comment.
Jangan lupa vote ya 😁

Nb : Maaf kalau ada typo, jarang aku nulis 1000 kata dalam satu ketikan.

Closer #Wattys2017Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang