Rindu

69 8 0
                                    

Langit mendung menghiasi langit siang itu. Angin menghembus memainkan dedaunan yang menari-nari. Dari balik jendela Aisyah memandang keluar, Menunggu tetes demi tetes butiran bening jatuh ke bumi. Suara butiran bening yang mengenai atap menyatu dengan butiran bening yang jatuh bebas ke permukaan bumi. Kenangan-kenangan masa itu terputar bebas dimemori Aisyah

*Flashback on*

Gadis dengan wajah manis duduk diruang keluarga, sementara tiga orang lainnya memperhatikan terus raut wajahnya. Wajah gadis itu, Aisyah gelisah menunggu kedatangan ayahnya yang tercinta. Ia beranjak dari kursinya lalu menggerutu tak jelas, lalu duduk lagi. Kemudian berdiri lagi, berjalan mondar mandir kesana kemari

"Sya, duduk aja ibu pusing lihat kamu"

"Kak, udah deh, ayah juga pulang sebentar lagi. Tunggu aja dulu"

"Tapi ini udah lewat 15 menit tapi ayah belum pulang" kesalnya pada dua orang yang bertanya padanya, tak mengerti kondisinya sekarang ini

Dari arah luar terdengar langkah kaki tegas menuju ke pintu

"A—"

"Ayahhh" ucap Aisyah berlari menuju kearah ayahnya dan langsung memeluk pria paruh baya itu.

"Sya, biarin ayah masuk dulu. Kasihan baru pulang, pasti ayah capek" ucap ibu dan dengan segera Aisyah melepas pelukannya dari sang ayah

"Ayah kenapa pulangnya lambat? Aisyah marah sama ayah"

"Tadi macet sayang, jangan marah yah? Ayah janji gak akan telat lagi" rayu sang ayah pada putri kecilnya

"Aisyah pegang yah janji ayah. Aisyah sayang ayah"

Mereka, Ayah- Ibu- Aisyah- Ahmad- Syifa duduk disebuah sofa dengan teh dan kue yang menjadi pelengkap hari-hari mereka. Mereka mengobrol ringan disertai dengan rintikkan hujan yang mengenai permukaan bumi.

*Flashback off*

Kalian tahu? Bagaimana kebahagian yang nyaris sempurna bagi Aisyah? Maksud nyaris sempurna disini bukan artinya menyepelekan hal itu. Karena kesempurnaan itu tak ada batasnya, dan kesempurnaan itu hanya milik Allah swt. Kebahagian itu bukan ketika kita memiliki harta berlimpah, bukan memiliki rumah yang bertingkat letaknya dimana-mana, bukan mobil mewah yang setiap harinya terus berganti, dan bukan pula uang yang masuk ke rekening tiap detik. Tapi, kebahagiaan itu adalah memiliki sebuah keluarga. Ketika semua rasa dapat menyatu menjadi satu, menutup setiap celah-celah kekurangan yang selalu nampak dimata orang lain. Semua rasa, baik itu ketika sedang berbahagia ataupun bersedih.

Ia rindu saat itu, saat dimana keluarganya menjadi lengkap.Saat tawa terdengar memenuhi sudut ruangan. Saat suara keceriaan, memenuhi gendang telinga.

Standar kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda. Ada orang yang memiliki standar kebahagiaan setinggi langit dan adapula yang sesederhana mungkin. Sederhana, kata itulah yang pantas diberi gelar untuk seorang Aisyah. Ia sudah bisa merasakan kebahagiaan ketika ia dapat mendengar suara orang yang ia sayangi.

Setelah memandangi jendela cukup lama ia berbalik dan berlari mencari keberadaan ibunya.

"Ibuuu" teriaknya terus berlari

"Oh ibu ada dikamar" kata Aisyah setelah menemukan sosok yang ia cari

"Iya Sya, ada apa?"

"Ibu, Aisyah mau bicara sama ayah. Maksudnya mau nelpon ayah" ucap Aisyah dan langsung dituruti oleh sang ibu

"Ini" kata ibu sambil menyerahkan handphonenya

Dengan lihai Aisyah menekan nomor orang yang dituju.

"Hallo, Assalamu'alaikum" ucap sang ayah dengan nada berat nampaknya sedang kelelahan

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh ayah. Aisyah kangen banget sama ayahh" ucap Aisyah girang mendengar salam dari sang ayah

"Ayah juga kangen sama Aisyah, Ibu, Ahmad dan Syifa. Ngomong-ngomong ibu sama Syifa mana? Ahmad udah pulang belum?"

"Aduhh, ayah satu-satu dong Aisyah. Oh, abang dokter kan masih kerja yah"katanya. "Oh, Aisyah lupa. Ibu, Syifa ayah mau bicara" lanjutnya

"Loudspeaker aja Sya"

"Kalian gimana kabarnya?"

"Alhamdulillah baik" jawab mereka kompak

"Alhamdulillah, ayah juga disini baik-baik aja. Ibu, ayah titip anak-anak. Syifa dan Aisyah hormati dan jaga ibu kalian yah. Ayah sayang kalian semua"

"Kok ayah ngomong gitu sih?"

"Ayah kapan pulang?" ucap Aisyah mengalihkan pembicaraan

"Bentar lagi. Ayah tutup dulu yah, soalnya ayah mau kerja lagi Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"

*****

Kemarin baru saja ia mendengar suara sang ayah tercinta, perasaan bahagia masih terpancar sampai sekarang. Jika bisa, ia ingin mengabarkan pada dunia bahwa saat ini ia sedang berbahagia. Mungkin, menurut sebagian orang, ini adalah hal yang biasa. Tetapi, cobalah mengerti keadaan Aisyah saat ini. Seorang gadis yang sangat sangat menyayangi sang ayah, yang jarang berkomunikasi apalagi bertatap muka, walau ia memaksa ayahnya tetap tidak bisa dan hal itu terjadi karena tuntutan pekerjaan.

"Sya, dari tadi senyum-senyum melulu. Ada apa?" ucap Ashadya yang memperhatikan wajah Aisyah

"Kemarin, aku udah nelpon ayah. Seneng banget deh rasanya" jawabnya ditambah senyum yang makin merekah dan Ashadya hanya ber-oh ria mendengar penuturan sahabatnya satu ini

Tiba-tiba Ahmad, Ahmad Khalid al Fatih kakak Aisyah datang ke kelas dan memotong pembicaraan mereka. Aisyah yang melihat kakaknya segera berlari menuju kearahnya. Wajah Ahmad terlihat menyedihkan, tak tahu apakah ia lelah atau ada alasan lain

"Kak Ahmad udah pulang? Kenapa kesini?" ucap Aisyah to the point

"Kakak baru pulang tadi, dan langsung jemput kamu. Kakak mau ngabarin kalau--" potong Ahmad menghembuskan nafas berat seakan hal yang akan disampaikan terasa begitu sulit

"Ada apa kak?" ucap Aisyah masih memasang senyum khas, penasaran dengan apa yang akan dikatakan kakanya

ChangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang